INTUISI : 11

55 5 0
                                    

Mata cantik dengan bulu lentik milik Kinara perlahan mengerjap. Sedikit bingung karena begitu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dia tidak merasa bahwa ini adalah kamarnya. Dia lantas bangun dan melihat ke jendela, mata nya yang tadi masih sayu-sayu kini terbuka lebar! Gadis itu takjub dengan pemandangan yang dia saksikan sekarang, pantai biru disaat senja.

Lalu, tanpa aba-aba Kinara langsung berlari keluar. Rasanya tidak sabar ingin menyaksikan pemandangan itu dari dekat. Dan karena terburu-buru akhirnya kaki nya terpleset dia tangga, untung saja Bentang datang tepat waktu menangkap tubuh mungil gadis itu.

Dengan raut khawatirnya Bentang lantas menggendong Kinara membawa gadis itu turun sampai ke pantai.

"Lain kali hati-hati, Ki. Jangan lari! Kalau kamu jatuh gimana?" Tekan Bentang begitu menurunkan Kinara.

Namun kalimatnya tak di gubris sama sekali. Kinara justru sibuk berdecak kagum karena apa yang telah dia saksikan.

"Cantik banget Bentang!" Puji Kinara dengan wajah sumringahnya.

Bentant tersenyum, menghampiri gadis itu lalu mengusap kepalanya.

"Cantik banget kan' ?" Kinara menatap Bentang

Bentang mengangguk, meraih pinggang Kinara untuk ia rengkuh. "Iya, cantik banget kaya kamu."

Kinara tersenyum malu, "aku serius tau!" sahut nya sambil memukul dada bentang pelan.

"Aku juga serius Kinara." Jawab Bentang dengan tatapan memusat pada Kinara.

Senyum Kinara memudar begitu matanya bertemu dengan mata Bentang. Meski keduanya selalu dekat sejak kecil, Kinara tetap merasa gugup saat Bentang menyorotnya sedalam ini.

Karena tidak tahan lagi akhirnya Kinara mendorong tubuh Bentang menjauh darinya. "Aku mau kesana" katanya gugup.

Bentang terkekeh kecil, "jangan jauh-jauh Ki, jangan lari." Peringat Bentang begitu melihat Kinara berlari-lari kecil menyusuri pinggiran pantai.

Hingga tiba-tiba gadis itu sadar, dia sudah berlari terlalu jauh. Dia menoleh ke mana-mana tujuannya adalah mencari keberadaan Bentang. Tapi nihil, laki-laki itu tidak ada disana, bahkan tidak ada siapa-siapa disitu selain dirinya, sendirian.

Mendadak hari mulai gelap. Senja pun mulai pamit. Kinara panik, seiingatnya dia tidak membawa hp karena tadi terburu-buru.

Tapi? Bentang mana mungkin tega meninggalkannya sendirian disini.

Dengan segala kepanikan Kinara hanya bisa memanggil-manggil nama Bentang. Tanpa disadari, pipi nya basah, Kinara menangis. Badannya gemetar. Tempat ini luas sekali, hari sudah gelap, lampu villa pun herannya mati. Apa disini mati listrik?

"Bentang," Kinara terisak sendu memanggil nama laki-laki itu. Bentang, hanya ada satu nama di benaknya. Hanya Bentang.

"Ki takut Ben.. " Tubuh Kinara gemetar, rasanya dia tidak bisa lagi menopang beratnya sendiri.

Disaat tubuhnya akan luruh ke tanah, sebuah lengan kekar menangkapanya, mendekapnya erat-erat sambil membisikkan, "aku disini, Ki. Kamu aman, ada aku jangan takut."

Kinara memeluk Bentang erat sekali melupakan semua rasa takutnya pada lelaki itu. Sampai tiba-tiba suasana yang tadi nya gelap mendadak terang benderang.

Kinara mendongak, menatap wajah Bentang yang masih memeluknya. Laki-laki itu tersenyum manis sekali.

"Happy Sweet Seventeen Kinara! Semoga kamu selalu di limpahkan bahagia."  Ucap Bentang selembut mungkin, lalu mengecup kening gadis itu lama.

"Ben aku bahkan nggak inget kalau hari ini birthday nya aku." Kata Kinara, ia menangis.

"Kok kamu inget sih?"

INTUISIWhere stories live. Discover now