INTUISI : 17

55 2 0
                                    

"Lo yakin, Ran, Kara sering kesini?" Tanya Bentang kepada Randi

Randi menghela nafasnya. "Mending lo simpen aja pertanyaan lo itu, Ben, kali aja ada yang mau jawab nanti."

"Lah, gue serius nanya dundun."

"I'm crush on her, kalau lo lupa." Randi menepuk bahu Bentang dua kali lalu melangkah masuk kedalam aula yang luasnya dua kali lapangan futsal.

Dan benar saja. Begitu Bentang melangkah masuk matanya langsung dapat menyaksikan Lengkara yang tengah berlatih balet seorang diri. Perempuan itu sangat fokus sampai tidak menyadari keberadaan Randi dan Bentang disana.

"Kara kita-"

Belum sempat Bentang menyelesaikan kalimatnya Randi sudah lebih dulu memberikan isyarat agar cowok itu berhenti dan tidak mengganggu aktivitas Kara.

Bucin sekali memang. Membuat Bentang berdecak kesal.

"Jangan ganggu lo, gue masih pengen liat dia nari gitu, anggun banget."

Ya Bentang akui kali ini dia melihat dengan jelas ketulusan cinta Randi kepada Lengkara dimata cowok dingin itu. Tatapan Randi kepada gadis di depan mereka sangat berbeda sekali. Bentang saja sampai dibuat merinding.

"Udah, Ran. Pacar orang itu lo liatin mulu nggak takut dihajar sama Raja lo?" Tegur Bentang.

"Apa gua pernah ganggu kalau lo liatin Kinara lama-lama?"

Bentang mengerutkan dahi heran. Kenapa malah Kinara, sih?

"Memangnya gue pernah kaya gitu?"

Randi tiba-tiba menatap wajah Bentang yang begitu polos lalu dia tertawa ngakak.

"What the fuck, Ben! Itu pertanyaan? Lo selama ini nggak sadar apa kalau setiap kali ngeliatin Ki mata lo udah kayak mau lepas dari cangkangnya. Apa banget dah, padahal sepupu bukan pacar, naksir lo?"

Tepat saat Randi menyelesaikan kalimatnya, Lengkara datang mendekat lengkap dengan wajah yang terlihat bingung, terkejut, dan juga kesal.

"Ngapain kalian disini? Tumben!" Tanya cewek itu tak suka. "Mau ngintipin gue?"

"LOL!" Cibir Bentang. "Gue mau ngomong sama lo penting!" Terang Bentang langsung menuju poin.

Kedu cowok itu mengikuti Kinara menduduki sebuah kursi panjang di pinggir ruangan.

"Penting? Owww, what this? Kinara?"

Bentang dengan cepat mengangguk. "Gue mau lo minta maaf sama dia di hadapan publik. Tolong bersihin nama baik dia seperti semula."

Lengkara terkekeh mengejek. Membuat darah Bentang perlahan naik.

"Minta maaf buat apa? Gue nggak salah apa pun. Dan kalau pada akhirnya semuanya jadi tau, harusnya lo temuin orang yang nyebarin video itu ke publik, bukan gue. Lo salah, Ben."

"Lo tau, Kar, Kinara itu primadona disini. Jadi udah pasti semua huru-hara tentang dia bakal bikin publik rame."

Lengkara menghela nafas sambil bersedekap dada. "So?"

"Lo yang udah bikin orang-orang nulis komentar buruk soal dia, Kar. Di video itu Kinara bahkan nggak ada ngomong sepatah kata pun. Gue nggak ngerti apa tujuan lo lakuin semua ini. Padahal Kinara nggak pernah sama sekali punya urusan sama lo."

"Oh My God! Terus lo sekarang nyalahin gue? Ben, mata lo buta ya? Telinga lo tuli? Gue paham banget kalau lo sangat care and protect her, but, lo harus tau kalau sebenernya Kinara sendiri yang udah bikin orang-orang jadi nge-hate dia. Kinara dengan segala sebutan Maha Sempurnanya itu udah bikin dia jadi cewek yang sombong, angkuh, dan nggak menghargai orang lain."

INTUISIWhere stories live. Discover now