INTUISI : 05

68 5 0
                                    


Malam ini sesuai rencana, Kinara akan bertemu dengan kelompoknya untuk mengerjakan tugas. Tadinya Pak Ega yang berencana akan mengantar, tapi mendadak Bentang menelpon dan mengatakan bahwa dia sudah dalam perjalanan menuju rumah Kinara.

Saat ini masih pukul tujuh lebih sepuluh menit dan Kinara sedang bersiap-siap di kamarnya. Ia mengenakan rok milo tua selutut dengan atasan kaos oversize putih polos. Terakhir ia akan menggunakan sendal jepit putih dengan aksen boneka di tali kana kiri nya. Sederhana tapi seperti itu lah style nyamannya, terserah atas penilaian siapa pun yang melihat.

Cantik mah bebas!

Saat Kinara tengah mengikat rambut, tiba-tiba ada tangan yang mengambil alih aktivitasnya. Pelakunya adalah Bentang. Kinara melihat sosok istimewa itu dengan sangat jelas dari cermin besar dihadapannya.

"Kok nggak ngetuk pintu dulu, sih?" Dumalnya

"Udah tadi, kamu nya nggak denger." Jawab Bentang santai

Tangan Bentang dengan telaten merapikan helai demi helai rambut Kinara lalu mengikatnya. Kinara tidak terkejut lagi, hal itu sudah sangat sering dilakukan Bentang saat Kinara berada dirumah cowok itu. Bukan tanpa alasan, Syahra dan Syaqib sering meninggalkan Kinara seorang diri untuk waktu yang lama demi tuntutan pekerjaan dan berakhir dengan dirinya yang dititipkan dirumah Syafa-Ibunda Bentang, kakak kandung Syahra.

"Masa sih? Ben bohong!" Ujar Kinara menatap Bentang dengan mata yang disipitkan.

"Apaansi, Ki." Bentang tertawa dengan tangannya yang mengusak-mengusak rambut Kinara.

Sontak mata gadis itu membola. "Ben, kebiasaan deh! Berantakkan lagi kan!"

Kinara mengomel saraya merapikan penampilannya di depan kaca. Tapi dengan jailnya Bentang malah menarik ikatan di rambutnya.

"BENTANG!" Kesal Kinara dengan kedua tangan mengepal di depan wajah.

Bukannya takut cowok itu malah terbahak. Wajah Kinara terlihat begitu cute ketika sedang marah. Jujur, Bentang suka sekali melihat wajah itu, wajah Kinara yang lucu menggemaskan.

"Maaf ya, Ki. Sengaja soalnya hahaha."

"Kalau gitu kenapa tadi capek-capek kamu iket? Buang tenaga banget."

Gadis itu sedang mengikat ulang rambutnya sendiri. Padahal, harusnya dia sudah ready sejak tadi.

Semua gara-gara Bentang!

Tapi meski begitu, ia tetap merasa bahagia. Berada di dekat Bentang merupakan she's happines. Oksigennya terasa lebih sehat ketika Bentang berada dalam radius 100 meter dari dirinya.

Oke ini hiperbola!

"Kenapa diiket lagi?" Tanya Bentang membuat dahi Kinara mengkerut.

"Cantikkan digerai, Ki."

Bentang mengambil alih rambut coklat Kinara untuk ia rapikan. Karena jarak yang dekat Bentang bisa mencium aroma black opium dari tubuh dan rambut Kinara, harum khas gadis itu.

"You look so pretty." Puji Bentang dengan senyum lebarnya.

Kinara tersenyum sipu membuat Bentang terkekeh kecil. Lalu keduanya turun kebawah menuju mobil Bentang yang sudah terparkir di halaman depan.

Kini keduanya sudah duduk di mobil Bentang. Namun yang membuat Kinara bingung cowok berhoodie putih itu tidak kunjung menjalankan mobilnya, ia justru menolehkan kepalanya pada Kinara dan menatap gadis itu dengan sorot yang tidak bisa Kinara artikam.

"Ngapain ngeliatin?" Tanya Kinara mulai salah tingkah.

Bentang tidak menjawab, hanya tersenyum.

Kinara membuka kaca di depannya untuk memeriksa apa ada yang salah dengan penampilannya. Tapi ia tidak menemukan hal aneh apa pun. Lalu tatapannya kembali pada Bentang yang masih setia menatapnya.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang