INTUISI : 14

48 2 0
                                    


Bentang tengah berdiri dengan badan yang dia sandarkan pada motor miliknya, dia sedang menunggu seseorang dengan sabar sejak setengah jam yang lalu. Sudah berkali-kali dia melirik jam mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.

Sampai dia membuang nafas untuk kesekian kalinya barulah gadis yang sejak tadi ia tunggu muncul dan berlari kecil kearahnya.

"Maaf, Kak. Nunggu lama ya?"

Bentang tersenyum seraya menggelengkan kepala, "engga kok, Al, santai aja. Mau pulang sekarang?"

Alesia mengangguk, "tapi mampir ke toko buku dulu ya, Kak? Ada buku yang mau gue beli."

"Sori, Al, tapi gue harus buru-buru pulang. Lain kali aja ya beli bukunya?"

Iya, karena tadi cowok itu sudah berjanji kepada Kinara bahwa dia hanya akan pergi setengah jam saja untuk menjemput Alesia ketempat les. Dan sekarang sudah setengah jam lebih beberapa menit dan dia masih harus mengantar Alesia pulang lagi. Kalau dia menuruti permintaan Alesia untuk mampir ke toko buku lagi bisa-bisa dia menghabiskan waktu lebih dari satu jam.

"Bentar doang, Kak. Janji nggak lama-lama ... Please? Penting banget ini serius!"

"Fine. Ayo naik."

Dengan sangat terpaksa akhirnya Bentang menuruti permintaan gadis itu. Entah mengapa akhir-akhir ini Alesia sering sekali mengandalkannya untuk antar jemput. Bukannya Bentang merasa tidak ikhlas, tapi saat ini dia harus menjaga Kinara yang masih sakit dirumah.

"Kak Ben mau ikut masuk nggak?"

Alesia bertanya begitu mereka sampai di toko buku yang dimaksud Alesia, dan dijawab gelengan oleh Bentang.

"Plis jangan lama-lama ya, Al, gue ninggalin Kinara sendiri dirumah soalnya."

Alesia mengangguk ragu.

Apa itu tadi? Bentang bilang apa? Plis?

Kinara segitu manjanya? Batin alesia.

Dan akhirnya Bentang menyusul Alesia kedalam begitu selesai berbicara dengan Kinara lewat HP.

"Udah 'kan, Al?"

Alesia mengangguk, "Gue bayar bentar ya, Kak."

Begitu Alesia mengeluarkan dompetnya, Bentang malah lebih dulu menyerahkan kartu miliknya. "Biar gue aja."

Tentu saja Alesia hanya bisa mengangguk menuruti. "Makasih ya, Kak."

Bentang tersenyum "Udah yuk." Ajaknya lalu berjalan lebih dulu membawa buku yang di beli Alesia membuat gadis itu menghela nafas.

"Buru-buru banget sih!" Rutuknya kesal.

Bentang mendengar rutukkan itu namun ia memilih abai. Karena yang ada di pikirannya saat ini hanya Kinara. HANYA KINARA!

***

"Thank's ya, Kak. M-mau masuk dulu??" tawar Alesia ragu-ragu begitu ia turun dari motor Bentang, masih di depan pagar rumahnya.

Tentu saja Bentang menjawab tidak dengan memberi gelengan cepat. "Cabut dulu, Al." Pamitnya lalu melajukan motornya begitu saja menuju rumah, meninggalkan Alesia yang menghentak-hentakkan kakinya dibelakang.

Dan disepanjang perjalanan ponsel nya terus saja berdering membuatnya semakin overthinking mengingat Kinara. Takut sekali dirinya jika sesuatu akan terjadi kepada gadis cantiknya itu.

"Kinara?"

Hanya satu nama itu yang pertama kali keluar dari mulut Bentang begitu kaki panjangnya menginjak rumah.

INTUISIWhere stories live. Discover now