PROLOG

43 16 7
                                    

3 JUNI 1990
30 Tahun sebelum serangan zombie

Malam itu keluarga Cempaka, keluarga Dirgantara, dan yang lain baru saja pulang dari tempat wisata. Dengan menaiki bus parawisata mereka menembus melewati terpaan angin dan derasnya hujan. Keadaan didalam bus sangat sunyi, sebagian besar orang sedang tertidur lelap.

Semua nampak baik baik saja, sampai tiba tiba sebuah mobil muncul dari balik kabut, Mobil itu berbelok belok seakan ingin memperbaiki posisinya. Tapi, karena licinnya jalan mobil itu membanting stir tepat ke arah dimana bus parawisata itu melaju. Demi menghindari mobil yang berjalan ke arahnya, sopir bis membanting stir ke arah kiri. Namun naas, karena kabut yang tebal, sopir itu tidak sadar bahwa di samping kiri jalan adalah jurang yang dibawahnya terdapat sungai dengan aliran cukup deras.

Bus itu menabrak pembatas jalan. Tidak kuat menahan tubrukan, pembatas jalan itu patah dan hancur begitu saja. Tanpa halangan bus itu pun terperosok kedalam sungai. Sepersekian detik kemudian, suasana menjadi sunyi, tidak ada tanda tanda kehidupan. Mereka semua meregang nyawa didalam sana. Mobil penyebab kecelakaan ini pun berhenti. Pengemudi mobil itu membuka pintu, dia berjalan menuju sisi jalan, melihat keadaan bus itu. Semua porak poranda. Pengemudi itu langsung berlari kembali menuju mobilnya. Hujan turun makin deras, kepanikan dan rasa bersalah menyelimuti pengemudi itu. Dia pun langsung menginjak gas dan mobil itu pun pergi begitu saja.

Beberapa jam setelah kejadian, seorang ilmuan bernama Zanzibar Dirgantara menerima kabar bahwa keluarganya mengalami kecelakaan. Tanpa pikir panjang, ia langsung menaiki motornya dan bergegas menuju lokasi. Sesampainya dilokasi mimpi buruklah yang ia lihat.Dari kejauhan ia melihat Ayah, Ibu, dan adiknya sudah terbujur kaku diselimuti plastik mayat. Sangking syoknya Zanzibar sampai tidak bisa menangis, dengan tertatih tatih ia berjalan mendekati jenazah keluarganya itu.

Dia berjalan diiringi suara sirine mobil polisi dan tangisan keluarga lain yang bernasib sama dengan dirinya. Tepat didepan ketiga jasadnya, barulah disitu Zanzibar menangis. Air matanya bercucuran deras bagai air terjun. Kakinya lemas, karena tidak kuat berdiri ia pun terduduk bertumpu dengan kedua lutut. Ia mengalihkan pandangannya demi mengurangi kesedihannya. Saat pria muda berambut pirang itu melihat ke sisi jalan, ia melihat sebuah tas. Tas itu tergeletak cukup jauh dari dirinya. Karena bentuknya yang tidak biasa, Zanzibar coba mendekati tas itu. Dia berjalan melewati kerumunan orang.

Tas itu bewarna coklat, simbol dua lingkaran menghiasi bagian depan tas itu. Penasaran, Zanzibar membuka tas itu. Ia membuka resletingnya. Benar saja, tas itu bukanlah tas biasa. Tas itu adalah mesin. Ditengahnya terdapat layar kecil bertuliskan

“2020 – 2002 perjalanan sukses”

Disamping layar aneh itu terdapat 10 tombol. Masing masing tombol bertuliskan angka 0 sampai 9. Dipojok tas itu terdapat sebuah lubang yang bisa dibuka dengan memutar besi yang ada disampingnya.

Zanzibar menutup kembali resleting tas itu. Tanpa alasan yang jelas, ia memanggul tas coklat itu dan membawanya pulang. Dalam kepalanya Zanzibar berfikir, bukan sebuah kebetulan ia menemukan tas ini.

ZombradoxWhere stories live. Discover now