Chapter 2 : Pembebasan

31 12 16
                                    

1 JUNI 2020
Hari terjadinya serangan zombie

05.00
Di pagi pagi buta, bahkan matahari saja belum memunculkan batang hidungnya terlihat seorang kepala polisi bernama Mahmud dia berjalan keluar dari mobilnya menuju ke dalam kantor polisi yang letaknya ada diujung jalan. Dengan tangan kanan yang menenteng sebuah jas ia berjalan dengan sangat tergesa gesa, wajahnya pucat penuh keringat.

“Abis ini lu bakal bebas ngelakuin apa aja, lu pasti bisa.” Ucap Mahmud dalam hati, dia mencoba menenangkan sekaligus menyemangati dirinya sendiri.

Setelah berjalan melewati beberapa barracuda yang terparkir, Mahmud pun sampai didalam kantor.  Semua personel sudah siap siaga. Mahmud melirik ke sekitar hingga kemudian,

“UDAH SEMUA? PINTU MASUKNYA UDAH DIBUKA?” teriaknya, para pesonel yang ada disana serentak membalas

“SUDAH PAK!”

“Bagus, kita mulai sekarang.” tambah Mahmud, dia berjalan kedalam menuju ruangan tahanan. Diikuti oleh 2 orang personel yang membawa persenjataan lengkap, sisanya berjaga diruang tengah kantor dan didepan pintu masuk.

Mereka masuk ke ruangan tahanan itu. Tercium bau yang amat tidak sedap, lengkap dengan suara geraman seperti geraman binatang buas. Mahmud menaruh jas yang ia bawa ke meja yang berada disampingnya.

“Oke, boleh kalian buka jerujinya sekarang. Inget, jangan alihin pandangan. Saya akan mundur sedikit.” ucap Mahmud kepada para personel yang ada dibelakangnya.

2 orang itu pun mengikuti perintah Mahmud, mereka berjalan maju dengan perlahan. Bau busuk semakin tercium. Salah satu personel menjulurkan tangannya, mengambil gembok yang mengunci jeruji itu. Sangat gelap didalam sana, sampai sampai butuh konstentrasi ekstra untuk melihat dimana gembok itu menempel.

“Mana kuncinya?” tanya personel yang memegang gembok, sambil menaruh tangan kirinya dipundak, ia menunggu kunci untuk diberikan.

“Nih!” ucap salah satu personel sambil meletakan kunci itu ditangan temannya.

Melihat gembok sudah dibuka, personel yang memeberikan kunci tadi bertanya,
“Langsung buka aja pak jerujinya?”

Namun tidak ada jawaban, ia pun menengok ke bekalang. Ternyata Mahmud sudah tidak ada. Seketika terdengar suara teriakan dari temannya, ia pun langsung menengok lagi kedepan. Sayangnya mereka tidak tau apa yang sebenarnya ada didalam jeruji itu. Semua sudah terlambat, mereka sekarang terbebas.

Terdengar suara satu kali tembakan, kemudian suasana kembali sunyi. Semua itu sudah cukup untuk mengawali hari yang panjang ini.

6.30
Matahari sudah muncul sepenuhnya dari ufuk timur, cahayanya langsung menyinari sebuah laboratorium, didalamnya terdapat 2 orang yang sedang berdebat hebat. Robert, menyadari orang yang dia bantu kali ini memiliki sifat keras kepala yang sama dengan orang yang ia bantu 18 tahun lalu.

“Kita gak tau mereka dateng darimana.” Ucap Robert, tatapan matanya tajam menatap Joko, Joko menatapnya balik. Dia mengambil napas, bersiap siap untuk mengeluarkan unek uneknya

“Mesin udah jadi, bahan bakarnya udah jadi. Tapi sekarang kita gak bisa apa apa. Kita gak bisa ngehentiin bencananya, sialan.” Balas Joko, wajahnya berurat, tangannya mengepal sangat keras.

Robert diam seribu bahasa. Dia tidak bisa membalas apapun, Robert mengalihkan pandangannya ke Televisi yang ada dibelakang tubuh Joko.

“Joko, coba balik badan.” Tutur Robert, gestur tangannya menyuruh Joko untuk berbalik badan. Joko mengikuti instruksinya, dia membalikan badannya. Alangkah kagetnya dia melihat acara berita itu.

ZombradoxWhere stories live. Discover now