#Part 18

335 221 222
                                    

Happy Reading 💔
.
.
.

Sesaat setelah melihat sang dokter keluar dari ruang UGD, Caca dan Chika yang sudah terlanjur khawatir langsung menemui sang dokter dan bertanya-tanya apakah keadaan alvian baik-baik saja atau tidak?

"Dok, gimana keadaan kakak saya?" tanya Caca.

"Kakak? Maksud lo apa ca?" Chika terlihat kebingungan saat mendengar Caca mengatakan satu kata itu, namun Caca hanya diam.

"Jadi gimana dok, keadaannya?" kali ini Chika yang bertanya.

Sebelum berbicara, dokter tersebut terlihat seperti ingin menangis, namun setelah beberapa saat sang dokter akhirnya bersuara...

"Pasien dalam keadaan baik, hanya saja..." Dokter tersebut menggantungkan ucapan yang membuat Caca dan Chika makin geregetan.

"Apa dok?"

"Hanya saja, pasien kekurangan banyak darah yang kemungkinan besar dapat membuat pasien meninggal dunia." mendengar ucapan sang dokter, Caca dan Chika secara bersamaan membekap mulut mereka.

Mereka berdua tidak tahu menahu tentang kekurangan darah dan cara agar mengatasi masalah itu, Dokter pun menjelaskan hal tersebut...

"Kekurangan darah adalah kondisi dimana kondisi ketika darah tidak memiliki sel darah merah sehat yang cukup.

Anemia yang disebabkan oleh kurangnya sel darah merah atau sel darah merah yang tidak berfungsi di dalam tubuh. Ini menyebabkan aliran oksigen berkurang ke organ tubuh." jelas sang dokter.

"Pasien memiliki golongan darah yang bisa dibilang sangat langka dan saat ini tidak tersedia di rumah sakit. Jadi, jika kalian memiliki kerabat, teman atau pun kelurga yang memiliki golongan darah Rh-null tolong sesegera mungkin untuk dihubungi!!" tegas sang dokter.

Chika makin bingung begitu dengan Caca. Mereka tidak tahu harus menghubungi siapa, sedang mereka disini hanyalah seorang pendatang. Dokter kembali masuk kedalam ruang UGD sesaat setelah sang perawat memanggilnya. Caca dan Chika mulai berpikir dan mencoba menghubungi semua kenalan mereka.

Di sela-sela pembicaraan mereka, tiba-tiba Diana datang bersama dengan Alvian. Walau kondisinya masih belum baik. Diana yang melihat raut wajah panik di wajah kedua sahabatnya itu pun ikut panik dan bertanya...

"Kalian kenapa? Alvian baik-baik ajakan? Dia nggakpapakan?" tanyanya.
Namun Caca dan Chika hanya diam sambil terus-menerus fokus pada handphone mereka masing-masing.

"Alvian kenapa? Alvian baik-baik aja kan? Jawab Ca!!!" pekik Diana. Dan dengan emosi membanting handphone milik Caca yang membuat Chika seketika membatu.

"Lo apa-apaan sih, Na? Gue tuh lagi nyari pendonor buat Alvian dan lo dengan gampangnya ngelemparin hp gue gitu aja?!" geram Caca.

"Lo pikir, gue ga khawatir. Ha?!!!" pekik Diana.

"Lo pikir gue disini buat jalan-jalan? Gue disini karena gue pengen tau keadaan suami gue? Dan lo dengan kesibukan Lo sendiri, ga ngejawab satu pun pertanyaan dari gue. Lo pikir gue ga khawatir?" bentak Diana.

"Suami lo bilang? Wah, wah,, wah hebat lo Na, hebat banget!!!" Caca tertawa sambil bertepuk tangan seakan-akan menganggap remeh ucapan diana.

"Sekarang lo baru nganggap dia suami? Selama ini, Lo kemana aja Na? Saat Alvian butuh lo, apa lo pernah ada buat dia? Gak kan? Walau dia udah ngemis-ngemis sama lo supaya diperhatiin, apa lo pernah merhatiin dia?" entah apa yang telah merasuki Caca hingga begitu Langtang nya membentak Diana.

𝐃 𝐈 𝐀 𝐍 𝐀 (𝐄𝐧𝐝)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang