Chapter 1 : Dia yang dianggap sampah (1)

1.7K 156 19
                                    

Kerajaan Orphas berdiri dari sisa-sisa peperangan, kerajaan tersebut tumbuh kilat dikala masyarakat belajar giat dan membangun ulang rumah-rumah hancur mereka. Kerajaan ini memiliki sejarah dimana perkembangannya tidak didukung penuh oleh pihak bangsawan melainkan dibangun oleh bangsa jelata.

48 tahun kemudian...

Keluarga istana. Orphas kini dipimpin oleh seorang raja dan ratu, serta memiliki 4 penerus yang akan bersaing.

Di antara 4 penerus itu, seorang anak tertua kedua dianggap tidak berguna. Dia adalah Evan Etienne, dan pangeran yang bahkan dicap sampah itu, sekarang adalah aku.

♤ Lord Who is Considered Trash ♤

Aku bisa merasakan kepalaku sakit karena benjolan, pandanganku buram sesaat. Pipiku terasa geli karena sesuatu yang lumayan tajam. Disaat kedua mataku sadar, yang kulihat pertamakali adalah pohon. Entah kenapa ada pohon di dalam kamar. Aku menatap pohon itu kosong.

"Hahh.. Kepalaku sakit."

Itu rasanya seperti baru dipentung balok kayu sampai anda pingsan. Aku membuat diriku berusaha untuk duduk, lalu yang kulihat malah lebih membingungkan.

Di depan adalah danau dengan air murni, hamparan rumput hijau terpampang hebat memenuhi iris mataku, lalu pepohonan lalu lalang tumbuh sejauh mata memandang. Ini aneh, seakan-akan aku ada di hutan. Padahal jelas saja tadi aku sedang berada di rumah, lantai dengan keramik berubah menjadi rumput, atap rumah, berubah menjadi pohon, tempat tidurku... Itu tidak ada disini.

Nyutt...

Kepalaku berdenyut kembali, tanganku menyapu rambut yang menutupi pandangan. Tunggu, sejak kapan rambut ini bisa menjadi panjang tak terawat?

Lekas-lekaslah aku merangkak mendekati bibir danau, saat itu, aku sadar. Pakaian yang ku pakai juga sama anehnya dengan suasana sekitar. Kain yang kelihatannya mewah melapisi tubuhku, dan, tidak terlihat stylis sama sekali! Mana pakaian stylis yang kubeli mahal di mall dengan uang tabunganku selama sebulan penuh?! Hilang? Atau malah dicuri orang... Kejadian-kejadian ini semakin aneh saja.

Di dekat bibir danau saya bisa melihat pantulan danau yaitu wajah saya. Untuk pandangan pertama, itu tampan. Tidak, ini bukan wajah saya! Maksud saya.. Wajahku tidak pernah setampan ini. Tunggu, mungkin aku memang lumayan tampan?

Semakin aku memperhatikan pantulan itu, semakin aku yakin.

"Oh, brengsek. Ini Evan?"

Saya menyadarinya, Evan, tokoh ter-sampah, ter-buruk, ter-menyedihkan, dan ter–ter lainnya yang menggambarkan Evan dengan abnormal. Memang, anak ini memang gila. Bermain gadis sepanjang hari, kerjaannya leha-leha dan minum-minuman berat, kalau kesal suka merontak, pelayan-pelayan yang tidak menurut langsung dipukul tanpa babibu!

Ah, penggambaran yang buruk sekali. Mengingatnya saja aku sudah mual. Evan Etienne, pangeran kedua kerajaan Orphas yang sudah dibuang saking sampahnya ke hutan. Dan dari semua karakter, aku jadi dia? Pembaca berbudi sepertiku malah dikirim dalam tubuhnya? Jiwa yang memiliki eksistensi suci ini??

Pada dasarnya ini novel. Novel yang sudah aku baca sampai sepuluh kali, novel yang sempat menjadi perbincangan pada masanya. Novel favoritku...

"Ahahaha... Dasar pengkhianat! Padahal aku sudah memujamu sekuat tenagaku dasar novel tak tau diri!" Saya memaki novel brengsek yang malah mengirim jiwa tak bersalah saya ke dalam tubuh Evan.

[Heroes Come For the Kingdom]
Novel remaja yang aku temukan disaat umurku menginjak 14 tahun. Sejak mengetahui novel tersebut, aku menjadi langganan. Itu seperti anda menjadi pembaca tetap yang selalu mengatakan 'novel ini yang terbaik!', itulah saya. Sudah bertahun-tahun aku mendukungmu, sampai lulus kuliah pun aku tetap dukung. Tapi ini balasanmu??

Ah, saya tidak habis fikir.

Saya tidak yakin mengapa tiba-tiba saya terlantar dalam novel favorit saya ini, terlebih lagi Evan. Iya, aku benar-benar mengadu dan tidak terima.

"Sialan.. Sialan.."

Nyatanya saya sedikit beruntung karena saya dikirim disaat Evan sudah dibuang. Kalau dikirim saat Evan masih dalam istana, saya tidak bisa membayangkan bulian manis dari para pelayan terutama pangeran termuda, yang sangat amat membenci Evan karena sikapnya.

"Sial! Evan bodoh! Bodoh!"

Pangeran ini memang sampah, saya saja membencinya. Dia menyakiti pangeran termuda dan bersikap tak tahu malu, pantas saja dirinya dibenci.

"Bo–dohhh...!!"

Saya berteriak sebisa saya, sekencang saya. Kenapa? Saya sedang kesal!

***

2 hari sudah berlalu, aku tidak dikirim kembali ke dunia asli atau mendapatkan pertolongan seperti 'Kaboom—!'. Itulah mengapa aku bekerja keras, aku dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan. Hidup di hutan ini tidak mudah, tapi tidak susah juga. Kalau anda bertanya, itu karena kemampuan saya dalam Pramuka yang bisa dibanggakan.

5 Mendali masih belum cukup untuk membuat anda tertarik, jangan iri.. Saya tahu anda tidak bisa mendapatkannya karena malas. Tapi saya bukan orang yang malas! Saya! Sangat malas sampai-sampai punggung saya bisa sakit!

Pernahkah anda melakukan sesuatu secara tidak sengaja lalu diapresiasi oleh orang lain? Saya pernah. Saat itu saya melakukan tugas Pramuka secepatnya untuk istirahat, saya menulis, melakukan tali temali, membuat tenda, tandu, lalu mempraktekkan P3K saya lakukan sendiri secepat kilat. Saya lakukan itu semua untuk kepentingan saya, tentu saja untuk bisa bersantai. Tapi para senior itu salah paham, mereka malah membuat saya mengikuti Jambore dan lomba-lomba Pramuka lainnya.

Itu benar-benar buruk, saya melakukannya dengan terpaksa. Saat lomba dimulai, saya membimbing orang-orang untuk cepat, kenapa? Agar bisa makan!. Dalam perjalanan sampai ke area saya sama sekali tidak makan. Saya membangun tenda dan mengikat tali temali guna membangun tenda secepat mungkin, lalu tandu, lalu menyelamatkan korban patah tulang. Saya menjadi yang terdepan dalam melakukan segalanya. Dan sekali lagi, para senior-senior itu malah salah paham lagi.

Sampai 5 mendali saya dapatkan dalam kesalahpahaman itu.

Orang tua saya menjadi bangga dengan prestasi saya, mereka sangat senang, tapi saya tidak sama sekali. Oh waktu santaiku.. Tereng–gut~

Itu menyebalkan oke?

Dalam 2 hari ini saya berhasil mengumpulkan makanan seperti jamur atau tanaman-tanaman lain yang tidak beracun dan tentu bisa dimakan. Beruntung saya karena dibuang di dekat danau, saya jadi tidak perlu khawatir dengan dehidrasi. Suasana hutan ini pun, terlihat jelas kalau hutan ini jauh dari binatang buas.

"Haa... Terserahlah."

Sekarang fokus saya cuma harus hidup saja. Untuk ke depannya saya akan menjadi manusia purba. Apa saya harus bertingkah seperti kera juga?






Hei! Ini kisah baru dari author. Kisah ketiga yang akhirnya resmi aku publikasikan ke wattpad. Ini aku buatnya sungguh asal-asalan, karena aku masih tidak tahu bagaimana cara menulis dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Jadi kalau ada saran silahkan komen ya! :D

Lord Who is Considered TrashWhere stories live. Discover now