Chapter 13 : "Kemudian aku mengingatmu" (1)

440 47 27
                                    

Aku bermimpi, di dalam mimpiku itu aku menemukan Liam. Ia tengah berdiri di tengah padang rumput yang banyak bunganya. Seratus, tidak mungkin ada lebih dari jutaan bunga berwarna-warni tempat kakinya tertapak. Cahaya yang terpatri berkat sinar matahari, membuatku dapat melihat dengan sangat jelas posisi punggung Liam yang tengah membelakangiku. Di mimpiku, Liam terus berdiri disitu, tanpa berkutik sedikit pun. Dia membelakangiku, tidak berbalik, dan hanya diam tak bicara.

Anda tahu apa yang aku temukan? Disitu, hanya ada aku dan dia. Dan bagaimana hal itu akhirnya membuatku merinding dan takut masih menjadi tanda tanya.

Pagi hari.
Aku terbangun dalam kondisi seluruh tubuhku berkeringat. Nafasku tersengal-sengal, dan pelipis mataku sembab tanpa alasan. Apa aku menangis? Ku raba pipiku, naik ke atas, dan menemukan bahwa mereka masih basah. Apa ini? Dadaku mendadak terasa terbakar. Aku lantas menangis dan memeluk bantal sekuat tenaga. Aku bingung, kenapa aku bisa menangis? Apa ini?

"Liammm.... Apa-apaan ini? Kenapa aku menangis karenamu?" Tanyaku.

Ini aneh. Aku menangis. Ada perasaan yang teramat dalam terkunci di hatiku. Namun disaat bersamaan, aku tidak tahu apa itu.

Liam yang berdiri disitu, tanpa memalingkan dirinya kepadaku, seakan menjadi orang yang menyembunyikan sesuatu. Tidak, aku tidak boleh memikirkannya. Aku sudah berjanji untuk tidak sekalipun memiliki hubungan dengan Liam. Pria itu tidak akan kenapa-napa, hanya karena pemeran sampingan yang sudah dibuang sepertiku sudah menyingkirkan diri, dia tidak akan dalam masalah.

Ku tarik napas panjang, mengeluarkannya perlahan-lahan. Akhir-akhir ini aku telah mengalami banyak hal buruk. Menyunting dari kejadian sebelumnya, yang lebih parah, membuat diriku tak bisa berhenti disini. Aku sudah mengalami banyak hal buruk, dan jika ada hal buruk lainnya datang, aku tinggal melakukan hal yang sama seperti sebelumnya kan?

Tidak apa-apa. Ini bukan masalah.

Liam, kamu anak baik. Jadi akan banyak orang baik juga yang akan berada di sisimu. Aku tidak perlu khawatir.

"Liam akan baik-baik saja."

"Siapa Liam?"

"AGGGHH!!"

Ku lempar bantal yang sedari tadi ada ditanganku. Bajingan, ini masih pagi!

"Bisakah kau bertindak lebih sopan?"

Kalian bertanya siapa orang gila yang mengagetkanku pada pagi-pagi buta ini? Kalau kalian menebak, saya yakin tebakannya akan 100% benar. Karena yang mengganggu saya itu hantu bajingan, sialan, kutu air. Kenapa dia tidak bisa membiarkanku tenang?!

"Bajingan, jangan sembarangan!"

Bantal yang ku lempar tentu saja tembus kepadanya. Hantu itu menekuk keningnya, dia kelihatan buruk.

"Siapa Liam?" Tanyanya lagi, membuatku memutar mood 180 derajat yang tadinya ketakutan menjadi marah dan kesal.

"Kenapa kau harus tahu? Dia hanya kenalanku!"

"Kamu mengatakan namanya saat masih tidur tadi."

Apa? Sekarang kau orang tuaku? Astaga! Anakku akhirnya memiliki pria idamannya! Aku harus tahu tentang siapa pria itu! Wah, keren ya. Padahal dirinya tidak lain hanya penunggu usil yang dengan gabutnya selalu mengikutiku. Sekarang kau mau tanya perkara itu juga, mana mungkin aku jawab.

"Itu orang yang tidak seharusnya kau tahu."

"Apa dia orang yang penting untukmu?"

"Iya, tapi dia penting juga untuk banyak orang."

Hantu itu terdiam sepersekian waktu, lantas tanpa basa-basi pergi meninggalkanku. Lihat? Sungguh tidak berguna aku berdebat dengannya. Lagi-lagi dia bertingkah seenaknya. Aku berusaha berdiri dari kasurku, melakukan rutinitas pagi. Walau sebenarnya, ini tidak bisa dibilang pagi yang ku maksud sih, tapi setidaknya ini sudah pagi. Aku merapikan kamar tidurku, bersih-bersih, lantas keluar dan berjalan menuju dapur.

Lord Who is Considered TrashWhere stories live. Discover now