Chapter 9 : Dia yang dianggap sampah (9)

402 61 5
                                    

"Aihhh... Ini pedas sekali, Mas."

"Ah, aneh. Makanan ini aneh."

"Tapi ini enak, kamu jangan mengelak kalau ini enak juga dong."

Agileo dan William kepedasan karena sambal matah yang saya berikan di atas ayam krispi, saya hanya tertawa sambil tersenyum untuk mereka. Sepertinya lidah orang Barat memang tidak terbiasa makanan pedas. Agileo mengambil satu gelas air lagi.

"Leo, bagaimana menurutmu tentang masakan saya? Ini makanan favorit saya, jadi saya memasaknya untuk kalian juga."

Agileo menatap saya sekilas sebelum membuang tatapannya, saya hanya mendengus pasrah. Lantas menanyakan kepada William,

"Willi..."

"Ini enak sekali, Mas! Darimana anda menemukan resepnya? Saya tak pernah menemukan makanan seperti ini sebelumnya... Ini pedas, tapi menyenangkan untuk dicoba."

Seperti yang dibayangkan, William memang tipe anak yang antusias. Saya mau bertaruh kalau kenalannya akan begitu banyak di luar sana.

"Ini resep rahasia yang saya buat sendiri..."

Sambil terus memakan ayamnya, William tercengang kepada saya, itu membuat saya tertawa.

"Anda membuatnya sendiri? Ternyata Mas Erik sangat kreatif ya."

"Ah, bisa saja. Saya hanya menginginkan inovasi baru..." Ucap saya membesar-besarkan.

Padahal yah aslinya ini bukan resep rahasia atau semacamnya, di dunia saya, resep ini dibuat tidak sengaja oleh seseorang sebelum menjadi viral dan sampai di telinga saya. Itu membuat saya tertarik, hingga mencobanya dan berakhir jatuh cinta.

Tapi di dunia ini, dunia novel tepatnya, mana ada yang namanya ayam krispi sambal matah? Mustahil. Saya bahkan tidak percaya bahwa mereka akan kepikiran untuk membuat ini.

"Ayam yang Mas Erik buat sangat juicy, terus pelapis di luar ayam ini... Ah, ini tepung ya? Racikan tepung buatan Mas Erik sangat pas di lidah. Ditambah toppingnya...."

"Itu namanya sambal matah, saya perkenalkan kepada kamu..." Ungkapku sekali lagi, menepuk dada dan menjadi bangga.

"Ah? Mas Erik menamainya sendiri? Yah kalau Mas Erik yang membuatnya, maka harusnya Mas Erik juga yang menamainya sih." Jawab William sambil mengangguk-ngangguk, terus memakan ayam krispi itu dan menghabiskan nasinya juga.

Ia akhirnya mengambil segelas air untuk diminum dan memberikan suara 'PUAH!' setelahnya. Saya tersenyum, dia tampak bahagia.

"Saya permisi cuci tangan dulu ya, Mas..."

"Baik, silahkan."

Kalau saya boleh berkomentar, William mengingatkan saya pada seseorang. Yah, kalian sudah mendengar ini dulu, William mirip dengan seseorang. Dia mirip dengan Liam, sang protagonis utama. Untungnya William bukan Liam, walau mirip, mereka tetap dua orang yang berbeda. Saya tersenyum kepada anak itu. Dia adalah orang yang rendah hati, dirinya kelihatan baik sekali, itu membuat saya senang. Ya, mirip dengan Liam. Saya bertanya-tanya dari banyaknya npc di dunia ini, kenapa saya malah dipertemukan yang sama dengan pria itu.

"Erik..."

"Ya?"

Agileo memanggil saya, tidak seperti William, anak ini lebih pendiam, atau bisa aku sebut lebih judes juga? Untuk pertamakalinya dia memanggil nama saya.

"Apa apa?"

"Itu... Eh, tidak.." tingkahnya ragu-ragu, memalingkan wajah dariku dan diam-diam mengeluh, "Memangnya kamu tidak merasa ngeri tinggal disini?" Begitu tanyanya.

Lord Who is Considered TrashWhere stories live. Discover now