Please, Help Me

3.2K 211 29
                                    

Dengerin dulu lagunya guys!!
______________________________________

Plakk

Tamparan keras dari Frans mendarat dengan sempurna di pipi Shani. Membuatnya sedikit terhuyung dan hampir terjatuh. Shani memegang pipinya, sudah menyangka akan mendapatkan tamparan itu dari ayahnya sendiri.

"Nilai kamu turun lagi!! Bagaimana caranya kamu masuk kedokteran kalau begini terus?!" Bentak Frans.

Shani tersenyum miring, dia memang sengaja menurunkan semua nilai mata pelajarannya. Dia muak dipaksa untuk masuk jurusan kedokteran. Ia hanya ingin kebebasan, memilih jurusan yang dia inginkan. Sejak lama Shani ingin masuk ke jurusan ilmu komunikasi, tapi tidak diizinkan oleh ayahnya.

"Memang sengaja kok pa, biar papa gak maksa Shani masuk kedokteran," Shani terkekeh pelan.

"Siapa yang ngajarin kamu bantah omongan papa Shani?! Apa gadis jalang itu yang ajarin kamu?!" Frans sama sekali tidak menurunkan nada bicaranya.

"Namanya Shania Gracia pa, ingat itu baik-baik di kepala papa," tangan Shani mengepal erat, tidak terima orang yang paling dia sayangi dikata seperti itu.

"Papa tidak peduli, pastikan nilai kamu naik. Jika tidak, papa pastikan kamu bukan lagi anggota keluarga Natio," tegas Frans lalu melangkah pergi dari hadapan Shani.

"Gee, kumohon selamatkan aku," lirih Shani.

Dengan langkah pelan, Shani menuju kamarnya. Begitu pintu terbuka, Shani langsung masuk dan mengunci pintu. Tubuhnya luruh begitu saja ke lantai, kakinya seakan lemas dan tidak kuat menahan beban tubuhnya.

"Sampai kapan? Aku hanya ingin bebas. Gee, aku butuh kamu. Apakah boleh jika aku berharap kamu datang dan bawa aku pergi?"

Shani mendongak, menyandarkan kepalanya di pintu. Menahan air mata yang siap terjun kapan saja, menahan rasa sakit yang semakin terasa di hatinya. Apakah salah jika Shani ingin merasakan bahagia?

"Temukan aku dari kegelapan ini Ge, aku mohon."

Sementara Gracia, gadis yang lebih tua dua tahun dari Shani. Jangan tanyakan otaknya, dia sangat pintar sampai SMP dan SMA dia jalani secara akselerasi. Bahkan sekarang ini dia sudah melaksanakan tugas akhir di Surabaya.

Bagaimana Shani yang dijaga ketat oleh bodyguard ayahnya bisa bertemu dengan Gracia yang selalu bebas kemana saja? Kebetulan saja saat itu Gracia sedang mengunjungi sekolahnya sebagai alumni. Ada acara ulang tahun sekolah dan Gracia ingin melihatnya.

Dan akhirnya Gracia tidak sengaja tertabrak oleh Shani yang sedang berjalan menuju ke aula. Wajah paniknya saat minta maaf membuat Gracia terpaku dan ingin lebih lama melihatnya. Mungkin semenjak itu Gracia sering mampir ke SMA dengan alasan ingin bertemu kepala sekolah yang notabene adalah paman Gracia.

Gracia bercerita banyak tentang arti kebebasan karena dia sudah mencari tau tentang Shani yang selalu dituntut oleh ayahnya sendiri. Mungkin benar bahwa Shani berubah karena Gracia, tapi ia benar-benar memimpikan kebebasan seperti yang diceritakan oleh Gracia. Lima bulan bukan waktu yang singkat, Shani semakin dekat dengan Gracia, sampai Gracia dengan berani menyatakan perasannya.

Bimbang, itu yang dirasakan Shani. Satu sisi ia bahagia jika akan terus bersama Gracia, tapi satu sisi berkata Gracia dalam bahaya jika berani berhubungan dengan Shani. Namun, satu kalimat Gracia meruntuhkan segala rasa bimbang Shani.

"Percaya padaku dan aku bersumpah akan melindungimu."

Terhitung sembilan bulan Gracia dan Shani merahasiakan hubungan mereka. Hingga suatu ketika Gracia datang ke rumah Shani lalu dengan lantang mengatakan bahwa ia mencintai Shani sepenuh hatinya di depan Frans. Ia mengatakan itu dengan percaya diri, tidak Shani temukan celah keraguan di matanya.

Cerita Hasil Halu Where stories live. Discover now