"Sesuatu yang lebih dari sahabat tuh apa ya?" tanya Gracia pada dirinya sendiri.
Setelah Shani mengatakan itu tempo hari, Gracia memikirkan sesuatu yang lebih dari seorang sahabat. Bertanya Olla dijawab soulmate, tanya Zee dijawab saudara, bertanya Jinan dijawab pacar dan tanya Cindy dijawab keluarga.
"Tanya siapa lagi ya?" gumam Gracia.
Memikirkan hal itu malah membuat Gracia mengantuk. Dia menguap tapi sedetik kemudian dia mengaduh kesakitan.
"Anjir lupa kalau sudut bibir gue luka," batin Gracia.
Tadi sore Gracia berkelahi dengan anak basket komplek sebelah karena tidak terima kalau mereka kalah melawan Gracia. Alhasil Gracia mengalami luka-luka di punggung tangan dan sudut bibirnya.
"Btw Shani kok mau ye sahabatan sama anak bar-bar macem gue?"
Malam memang waktu yang tepat untuk overthinking. Memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ditanyakan ataupun dijawab.
"Kalau kita bisa liat air, berarti ikan bisa liat udara dong."
"Kenapa ondel-ondel gak punya leher?"
"Kenapa hakim pake palu dari kayu? Kenapa gak pake palu punya thor biar keren?"
Gracia semakin pusing memikirkan banyak hal yang tidak penting seperti itu, akhirnya dia memutuskan tidur karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Eh jangan tidur dulu Gege, matiin alarm hp. Besok gak usah sekolah takut diomelin Shaneee," ucap Gracia.
Bukan tanpa alasan, Shani kalau udah ngomelin Gracia, jam istirahat bisa habis sia-sia cuma demi dengerin omelan Shani . Jadi lebih baik Gracia cari aman, lagipula persiapan buat pemilos udah selesai.
"Ge udah tidur?" tanya mama setelah membuka pintu kamar Gracia.
"Baru aja mau merem. Ma, besok Gege gak mau sekolah. Badan Gege sakit semua," ucap Gracia sedikit berbohong.
"Ya udah gapapa, besok mama bikinin surat izin. Selamat malam Ge," jawab mama.
"Selamat malam ma," balas Gracia.
"Yes, besok bisa bolos haha. Olla pasti iri sama gue."
***
Keesokan harinya, Gracia membungkus diri dengan selimut untuk menunjukkan dia benar-benar tidak enak badan. Padahal masih pengen tidur. Papa yang awalnya ingin membangunkan Gracia tidak jadi karena merasakan kening Gracia sedikit hangat.
Itu juga cuma akal-akalan Gracia, setelah mendengar langkah papa, Gracia mengusap keningnya hingga terasa panas. Licik memang anak satu itu. Untung gak sakit beneran.
Hpnya juga dimatikan untuk menghindari telepon dan spam chat dari Shani. Karena Gracia paling tidak tahan ketika melihat nama Shani sudah terpampang di layar hpnya.
"Ge, papa sama mama mau pergi. Kamu gapapa sendiri di rumah? Mama gak jadi pergi aja ya?" mama terlihat khawatir dengan keadaan anaknya.
"Gege gapapa ma, mama kalau mau pergi ya pergi aja. Di rumah ada bi Sumini juga kok, mama gak usah khawatir. Gege bisa jaga diri," jawab Gracia dengan suara serak, serak karena habis bangun tidur.
"Beneran ya, kamu kalau ada apa-apa langsung telepon mama atau papa. Sarapannya ada di bawah, nanti biar Sumini yang bawain kesini," ucap mama.
"Iya ma, mama hati-hati."
"Iya sayang, cepet sembuh," mama mengecup kening Gracia kemudian keluar dari kamar.
Memastikan bahwa suara mobil sudah terdengar kemudian menjauh, Gracia menyibak selimutnya kemudian tersenyum. Entah kenapa otaknya sangat pintar dalam hal ini.
