Part 17

44 25 0
                                    

» «

Semalaman Caca memikirkan sikap dan  perkataan Verlita, Caca khawatir Verlita salah paham terhadapnya. Ia kemudian memutuskan untuk menemui Adit, pagi-pagi buta di kantin sekolahnya.

Beberapa menit kemudian, Adit datang menghampiri Caca yang duduk sendiri di kantin, melihat tukang kebun sekolah membersihkan halaman kantin. Adit duduk di dekat Caca sembari memberikan senyuman kepadanya.

"Kenapa ngajak ketemu pagi-pagi banget, Ca?" Tanya Adit.

"Dit, lu bisa ga kalo menjalin hubungan sama Verlita?" Ujar Caca.

"Hah? Ga bisa Ca. Lu kan cuma bilang gue suruh ngechat doang. Ga mau gue." Balas Adit.

"Tapi Dit--"

"Ga mau Ca."

"Pura-pura aja Dit.. Supaya dia ga curiga sama gue."

Adit hanya menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa dia tidak menyetujui argumen Caca. Adit kemudian memegang tangan Caca, melihatnya dengan tulus.

"Gue sukanya sama lu, Ca." Ucap Adit yang mampu mengejutkan Caca. "Gue tau, awalnya lu deketin gue cuma mau ngecomblangin gue sama Verlita, gue juga tau dari lama kalo Verlita suka sama gue. Tapi, Ca.. Gue udah berusaha semampu gue untuk suka sama dia, ga bisa Ca. Setiap hari, gue chat dia gue berusaha untuk bales perasaan dia, tapi nihil Ca.. Setelah itu, akhirnya gue tau kalo gue sukanya sama orang lain." Lanjut Adit yang membuat hati Caca luluh.

"Gue boong kalo gue gaada perasaan sama lu Dit, setelah semua yang udah kita laluin. Tapi, gue ga bisa ngekhianatin Verlita, Dit." Balas Caca.

"Ca, please. Ga ada yang dikhianatin. Gue bukan siapa-siapa Verlita, jadi it's okay untuk gue jadi milik lu." Ujar Adit meyakinkan Caca.

"So, lu mau jadi cewe gue?" Ucap Adit sambil melihat tepat di manik mata Caca.

Caca terdiam sejenak. Ia bingung. Haruskah ia menerima Adit? Di satu sisi, ia ingin membalas perasaan Adit, karena ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, setelah apa yang telah mereka lalui bersama. Di sisi lain, ia juga tak ingin mengkhianati Verlita, sahabat satu-satunya.

"Ca?" Ucapan Adit menyadarkan Caca dari lamunannya. "Yes or no?" Lanjutnya. 
Mungkin, karena perasaannya telah tumbuh begitu besar kepada Adit, maka Caca pun nekat. Ia membalas perasaan Adit.

Caca menganggukkan kepalanya. Adit yang melihatnya tak menyangka. Ia mencium tangan Caca dan memeluknya erat. Senyum Adit sangat lebar saat itu, Caca pun juga sama. Mereka memutuskan untuk backstreet agar semuanya masih berjalan seperti biasanya. Tak ada yang berubah dan.. tak ada yang tau.

~ - ~

Verlita kecewa kepada Caca, rasa kesalnya terhadap Caca terbawa sampai ke rumah. Sampai semalaman, Verlita tidak tidur dengan nyenyak, memikirkan Caca.

Esok paginya, ia pamit kepada mamanya untuk berangkat pagi-pagi buta ke sekolahnya. Ia berangkat pagi karena sekarang adalah jadwal piketnya, sekaligus ia ingin menjernihkan pikirannya.

Sesampainya di sekolah, Verlita segera berjalan menuju kelasnya. Namun, anehnya ia melihat Caca berjalan menuju kantin. Karena penasaran, apakah orang tersebut adalah Caca atau bukan, Verlita akhirnya mengikutinya. Ia mendapati Caca sedang duduk di salah satu kursi kantin, Verlita pun segera bersembunyi di balik dinding yang agak dekat dengan posisi Caca.

Mau ngapain Caca pagi-pagi ke sekolah? Batin Verlita sembari mengintip Caca dari balik dinding.

Beberapa menit kemudian, Verlita dikejutkan dengan kedatangan Adit. Adit menghampiri Caca yang tengah duduk sendiri itu. Perbincangan mereka terdengar dengan jelas dari posisi Verlita.

Verlita akhirnya tau kenapa Caca selalu bersama dengan Adit, yaitu untuk menyatukan dia dengan Adit. Verlita sedikit lega saat itu.

"Pura-pura aja Dit.. Supaya dia ga curiga sama gue."

Ucapan Caca menyakiti hati Verlita. Ia tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Gue sukanya sama lu, Ca."

Setelah mendengar ucapan Adit, Verlita hanya bisa menangis. Ia tak tau harus melakukan apa. Kecewa, benci, sedih, kesal semuanya menjadi satu saat itu. Ia akhirnya juga sadar bahwa Adit yang menghubunginya setiap hari, hanyalah suruhan Caca, tak ada ketulusan di sana.

"Gue boong kalo gue gaada perasaan sama lu Dit, setelah semua yang udah kita laluin. Tapi, gue ga bisa ngekhianatin Verlita, Dit."

Ca, jangan relain persahabatan kita. Gue sayang lu, Ca. Batin Verlita sambil meneteskan air matanya.

Verlita sangat berharap Caca mempertahankan persahabatan mereka. Namun, anggukan Caca setelah Adit berkata "Yes or no?" membuat Verlita lemas. Ia merasa dikhianati.

Kecewa. Hanya itu yang dapat menggambarkan suasana hati Verlita.

Verlita segera berlari menuju kamar mandi. Ia tidak henti-hentinya menangis. Hanya menangis yang bisa ia lakukan saat itu.

~ - ~

Bel masuk pun berbunyi, Verlita segera mencuci wajahnya. Namun, matanya masih sembab karena hampir satu jam ia menangis di kamar mandi. Saat berjalan menuju kelas, ia bertemu dengan Angga. Angga yang melihatnya segera menahan tangan Verlita.

"Ver? Kenapa? Lu kenapa?" Ucap Angga sambil memegang pipi Verlita. Namun, Verlita melepaskan tangan Angga dari pipinya. Ia hanya menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia belum ingin menceritakan apa yang telah terjadi kepadanya. Angga mengerti dan membiarkan Verlita pergi.

Sesampainya di kelas, Verlita melewati bangkunya dengan Caca. Ia memilih duduk di pojok kelas, meminta bertukar tempat duduk dengan salah satu temannya.

Caca bingung dan terkejut dengan sikap Verlita. Ia melihat Verlita dengan mata sembabnya. Namun, ia urungkan untuk bertanya mengapa kepadanya.

~ - ~

Bel pulang sekolah berbunyi, Verlita segera mengemas barang-barangnya. Ketika ia akan pergi, Caca menghadang jalannya. Verlita hanya menatapnya.

"Apaansih lu? Minggir." Ujar Verlita ketus.

"Gue gak mau minggir, sampe lu cerita kenapa." Ucap Caca.

"Minggir." Ujar Verlita lagi.

"LU KENAPA SIH VER?! GUE KAN UDAH BILANG, KALO ADA MASALAH JANGAN KEK GINI!" Balas Caca yang tiba-tiba menaikkan nada suaranya. Mereka sontak menjadi pusat perhatian teman sekelas.

"GUE BILANG MINGGIR CA!" Balas Verlita yang juga membentak Caca. Caca pun terkejut untuk pertama kalinya melihat Verlita semarah itu. Verlita mencoba menerobos Caca. Namun, Caca tetap menghadang dan menahannya.

"Kalo gue ada salah bilang Ver! Jangan kek gini!" Ucap Caca. Verlita kemudian mendorong Caca dan berlari meninggalkan kelas.

"Ver tunggu!" Ucap Caca lagi sambil mengejar Verlita. Namun, Adit menahannya.


-
-
-

stay safe gais.
see u next chapter!

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Where stories live. Discover now