Part 22

33 21 0
                                    

» «

Hari ini, hari diadakannya Pentas Seni. OSIS telah berkumpul sejak pukul 6 pagi. Para siswa yang akan tampil pun telah merias diri mereka. Panggung telah ditata dengan rapi dan dekorasi yang begitu indah.

Acara dimulai pukul 8 pagi. Setelah Bapak Kepala Sekolah memberikan sambutannya, ia segera membuka acara dengan membunyikan gong yang telah disediakan di atas panggung. Kemudian, disusul dengan fashion show dari ekstrakurikuler cheerleader yang terkenal dengan wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang menawan.

Penampilan demi penampilan telah selesai. Sekarang, akhirnya kelas XI MIPA 3 menampilkan perwakilannya, yaitu Verlita. Verlita memakai cocktail dress selutut berwarna mocca, dengan rambut yang disanggul. Selain itu, make up yang tampak natural menjadikannya terlihat sangat anggun dan cantik.

"Nah, selanjutnya nih bakalan ada penampilan dari kelas XI MIPA 3." Ucap Cacil, sang MC di atas panggung. Hal yang dilakukan MC ketika para penampil sedang melakukan check sound adalah berinteraksi dengan penonton.

"Wah.. Kira-kira mau nampilin apa ya kak?" Balas Geby, MC kedua.

"Hmm.. Gimana kalau kita panggil aja yang mau nampil?"

"Boleh banget tuh kak!"

"Okay.. Perwakilan dari kelas XI MIPA 3 silahkan naik ke atas panggung."

Verlita kemudian naik ke atas panggung. Teman sekelasnya hampir pangling melihatnya. Angga yang sedang minum, tersedak melihat Verlita berpenampilan seperti itu. Ia tak menyangka Verlita akan secantik itu. Sedangkan, di sebelah  kanan di bawah panggung, Caca melihat Verlita yang sangat mempesona. Caca ingin sekali berfoto dengannya. Ia merindukan sosok sahabatnya itu.

"Waduh.. Kakak cantik banget nih." Ucap Cacil.

"Siapa nih nama kakaknya?" Tanya Geby dan menyodorkan mic kepada Verlita setelahnya.

"Verlita." Jawab Verlita sambil tersenyum kecil.

Gila woi. Cantik banget. Batin Angga tak kuasa melihat Verlita dengan senyuman di wajahnya, apalagi dengan pakaian seperti itu.

"Oke, kak Verlita mau nampil apa nih?"

"Kita liat aja nanti." Jawab Verlita.

"Oke. Pasti kalian semua udah ga sabar nih mau nonton penampilan dari kak Verlita. Oke, gausah basa basi lagi, ini dia perwakilan dari kelas XI MIPA 3! Yeay! Selamat menyaksikan!" Ujar MC seraya menuruni tangga, meninggalkan Verlita di atas panggung.

Verlita kemudian duduk di sebuah kursi dengan piano di hadapannya. Ia membenarkan mic agar pas dengan posisi bibirnya. Setelah memberi isyarat kepada OSIS yang bertugas, Verlita meletakkan jari jemarinya di atas tuts piano. Kemudian, tuts piano pun ia mainkan dengan lembut.

Seluruh perhatian para siswa tertuju padanya. Alunan piano yang dimainkannya, terdengar sangat indah. Tak sedikit para lelaki yang jatuh dalam pesona Verlita.

Berulang kali .. Kau menyakiti
Berulang kali .. Kau khianati

Sakit ini .. Coba pahami
Kupunya hati bukan tuk disakiti

Kuakui .. Sungguh beratnya
Meninggalkanmu yang dulu pernah ada

Namun harus .. Aku lakukan
Karena ku tau ini yang terbaik

Ku harus ... Pergi meninggalkan kamu..
Yang telah hancurkan aku ..
Sakitnya .. Sakitnya .. Oh sakitnya ..

Cintaku .. Lebih besar dari cintanya
Mestinya kau sadar itu ..

Bukan dia .. Bukan dia .. Tapi aku ..

Suara merdu Verlita bergema di seluruh sekolah. Lagunya tertuju pada Caca dan Adit. Caca terenyuh mendengar setiap lirik dalam lagu yang Verlita bawakan, ia menyesali perbuatannya. Begitu juga dengan Adit, yang sedikit menyesali perbuatannya. Namun, hatinya tetap untuk Caca.

Setelah penampilannya selesai, Verlita segera turun dari panggung. Saat akan menuruni anak tangga, ia melihat sebuah tangan terulur di depannya. Ia melihat ke arah uluran tangan tersebut dan melihat Angga dengan senyumannya. Angga menaikkan kedua alisnya seolah berkata agar Verlita lekas menerima uluran tangannya. Adegan yang hanya bisa dilihat di dunia perfilman, tak disangka bisa dilihat oleh beberapa anggota OSIS yang melihat adegan tersebut. Verlita kemudian, menerima uluran tangan Angga.

Setelah menuruni tangga, Angga mengajak Verlita untuk mengabadikan momen tersebut dengannya. Ia kemudian menyuruh salah seorang anggota OSIS untuk memotret dirinya dengan Verlita.

Mereka telah berdiri tepat di depan banner yang telah disediakan oleh OSIS.

"Gue rangkul boleh ga?" Goda Angga yang berdiri di dekatnya. Verlita tak membalas ucapannya.

Angga kemudian merangkul Verlita sedekat mungkin dengannya. Tanpa Angga sangka, Verlita membalas rangkulannya. Ia pun memegang pinggang Angga sambil tangan kanannya membentuk dua jari. Angga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tubuhnya merasakan getaran dan detak jantungnya tak bisa dikondisikan.

GILA WOI. GUE DIRANGKUL. DEMI APA LU PADA?! Batin Angga yang tak bisa mengendalikan rasa senangnya.

-
-
-

terimakasih sudah mampir dan membaca gais!

stay safe ya!

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ