Part 21

42 23 0
                                    

» «

H-1 menuju acara Pentas Seni sekolah. Hari ini, OSIS sangat disibukkan dari pagi hingga malam hari. Pelajaran begitu longgar, banyak jam kosong hari ini. Verlita berada di atap sekolah sejak tadi pagi, tidak masuk kelas sama sekali.

Sedangkan, Caca setelah meletakkan tasnya di kelas, ia segera berlari menuju lapangan untuk membatu OSIS mempersiapkan acara besok.

Setelah lama berada di atap, Verlita akhirnya pergi ke sekitar lapangan. Ia duduk menyendiri di sebua pojokan yang tak terlihat dari lapangan. Namun, Verlita dapat melihat semua orang dengan jelas di sana. Sedangkan, Angga berada di bawah pohon yang berseberangan dengan Verlita sehingga Angga pun dapat melihat Verlita dengan jelas.

Caca berpikir Verlita tidak masuk hari ini karena ia tidak melihatnya seharian. Karena lelah, ia pun memutuskan untuk duduk di tepi lapangan. Adit datang menghampirinya dan memberinya sebotol air. Caca tidak tau kalau Verlita melihatnya dengan jelas. Adit menyeka keringat di kening Caca, mereka terlihat bahagia, tertawa bersama.

Angga juga menyaksikan Caca dan Adit yang bermesraan dan tak menyadari Verlita sudah tak ada di posisinya.
Lah? Kemana tuh anak? Batin Angga sambil melihat sekelilingnya dan menemukan Verlita sedang berjalan menuju ke arah Caca dan Adit.

Verlita geram. Ia tak bisa lagi diam. Ia ingin agar Caca tau dan sadar diri kenapa dia menjauhinya. Ketika Caca sedang minum, Verlita mengambil botol dari tangannya dan melemparnya sekeras mungkin ke lapangan. Hal tersebut membuat Verlita menjadi pusat perhatian.

Caca terkejut melihat Verlita. Ia segera berdiri dari duduknya. "Ver gue bisa jelasin." Ujar Caca sambil memegang kedua tangan Verlita yang mengepal. Verlita menepisnya dengan kasar.

"Mau jelasin apa lu?! Mau jelasin kalo perasaan itu ngalir gitu aja? Kalo perasaan itu di luar kendali lu? Gitu? Mau jelasin kalo lu pelukan di kantin sama Adit itu cuma temanan aja?! Hah?! Mau jelasin apa lu Ca?! Lu pikir gue gak liat pas Adit nembak lu di kantin? Lu pikir gue gak denger ucapan lu di kantin hari itu?!" Ucap Verlita menggebu-gebu, menaikkan nada suaranya. Caca tersentak. Ia tak menyangka kalau Verlita tau sebanyak itu. Ia diam, tak bisa membalas perkataan Verlita. Karena ia tau, ucapan Verlita benar adanya.

"Kenapa diem? Tega banget lu ya Ca sama gue. Gue masih fine kalo itu Angel. Tapi, ini lu Ca! Elu! Sahabat gue! Gabakalan sesakit ini Ca kalo Angel yang jadi cewenya! Tapi.. Ini elu Ca.." Lanjut Verlita sambil perlahan menurunkan nada bicaranya.

"Ver, gue ga tau kalo bakalan suka sama dia.." Ucap Caca dengan rasa bersalahnya.

"Gak mungkin! Kalo lu udah merasa baper sama dia, harusnya lu berhenti Ca! Lu tau gue suka sama dia.. Tapi kenapa lu terima dia.. Lu relain persahabatan kita Ca, cuma demi dia? Gue berharap banget waktu itu lu nolak dia, karena gue tau Caca yang gue kenal ngga bakalan giniin gue."

"Udah udah Ver. Ini bukan salah Caca. Ini salah gue." Ucap Adit menengahi mereka berdua.

"Dan elu Dit. Setidaknya, lu langsung bilang aja kalo lu ga suka sama gue, bilang aja kalo lu disuruh Caca ngechat gue, dari pada kek gini. Apa lu ga mikir persahabatan Caca sama gue bakalan hancur?" Balas Verlita. "Iya gue tau perasaan itu ga bisa dikendaliin, tapi lu harus tau situasinya! Kalo emang ga patut buat lu keluarin, gausah keluarin perasaan itu, pendem aja!" Lanjut Verlita dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Mulai sekarang, jangan pernah lu ngomong sama gue Ca. Kita sekarang orang asing." Ucap Verlita sambil beranjak pergi meninggalkan Caca dan Adit di lapangan.

Bug. Belum sempat, Verlita pergi jauh, bunyi pukulan terdengar dari sana. Verlita menoleh dan melihat Angga sedang memukuli Adit. Ia segera berlari dan melerai Angga.

"Ga udah!" Ucap Verlita. Namun, Angga tetap tak menghentikan pukulannya.

"ANGGA!" Teriak Verlita. Barulah saat itu, Angga tersadar dan menoleh ke arah Verlita. "Udah Ga.." Lanjut Verlita lemas dan segera berlari meninggalkan mereka.

"Kalo udah tau Verlita suka sama lu, setidaknya jangan sahabatnya yang lu pacarin anj*ng!" Ujar Angga kepada Adit.

"Dan lu Ca. Gue ganyangka lu bakal ngelakuin hal setega ini. Lu ga inget siapa yang ngajak lu main saat semua orang gada yang mau deketin lu pas SMP? Lu lupa siapa yang buat lu jadi cewe seceria sekarang padahal dulu gada yang mau temanan sama lu? Otak lu dimana sih pas nerima cowo yang Verlita suka?" Lanjut Angga dengan dinginnya dan segera berlari mengejar Verlita.

Semua siswa terdiam saat itu. Suasana menjadi canggung di antara mereka. Belum selesai dengan Angga, Angel pun menghampiri Caca yang matanya telah penuh dengan air mata.

"Sejahat-jahatnya gue, gue gabakal pernah ngekhianatin sahabat gue sendiri. Apalagi, cuma dia satu-satunya temen yang tulus sama gue. Sayang ya Ca, lu gabisa mempertahankan itu." Ucap Angel seraya berlalu pergi.

~ - ~

Verlita menangis di atap sekolah. Angga yang melihatnya segera menghampirinya. Verlita menoleh ke arahnya.

"Emang harus ya Ga mukulin Adit?" Ucap Verlita.

"Gue kesel Ver. Dia udah buat lu sakit. Gue gak bisa diem aja." Ujar Angga dengan wajah khawatirnya.

"Ya kan ga harus sampe mukulin Ga! Kalo Adit kenapa-napa gimana?!" Ucap Verlita yang masih memikirkan Adit di situasinya.

"Lu ngapain sih masih belain dia? Dia udah buat lu sakit Ver, please."

"Emang dengan lu mukulin dia masalah selesai?! Nggak kan? Lebih baik lu diem Ga! Ini urusan gue sama mereka, lu nggak perlu turun tangan--"

"Ya jelas lah gue harus turun tangan! Ini elu Ver! Lu bukan orang asing! Lu berarti bagi gue! Gue gak mungkin ngebiarin ada orang yang nyakitin lu Ver!" Ucap Angga sambil memegang kedua lengan Verlita.

Namun, Verlita menepis dengan kedua tangannya. Ia tidak membalas ucapan Angga. Ia memilih mengalihkan pandangannya dari Angga. Ia terlalu kesal dengan dirinya sendiri. Ia harusnya bersyukur karena masih ada Angga di sisinya.

Gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lu Ver.. Kenapa lu ga liat gue sedikitpun sih? Batin Angga sambil melihat Verlita yang sedang memandang lurus ke depan.

-
-
-



terimakasih sudah mampir dan membaca ya gais!

stay safe!

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Where stories live. Discover now