Part 25

39 22 0
                                    

» «

Seperti biasa, pagi ini Angga menjemput Verlita untuk pergi ke sekolah. Kali ini, Angga menjemputnya menggunakan moge (motor gede) miliknya. Ia tak pernah menggunakan moge untuk menjemput Verlita sebelumnya. Karena perempuan itu takut terjatuh dari motornya. Selain itu, dengan menggunakan motornya, mereka akan menjadi pusat perhatian.

Angga sedang duduk bersandar di mogenya sambil memegang helm full face di tangan kanannya, menunggu Verlita keluar. Beberapa menit kemudian, Verlita keluar dari rumahnya dan terkejut karena Angga menjemputnya dengan moge miliknya.

"Ga? Kok pake ini sih?" Ucap Verlita.

"Hehe sengaja. Yuk, naik!" Ujar Angga yang dibalas gelengan oleh Verlita.

"Gak mau! Gue minta anter aja ke Bang Aldo!" Kata Verlita dan berjalan masuk ke rumahnya. Namun, dengan cepat Angga menahannya.

"Yeeee. Gak kasian apa ke gue? Udah jauh-jauh ke sini demi jemput lu. Ga bakalan jatuh kok Ver, percaya sama gue." Ujar Angga meyakinkan Verlita. Verlita hanya terdiam. Angga kemudian memasangkan helm ke kepalanya. "Udah. Cantik." Ucapnya setelah helm terpasang di kepala Verlita. Verlita terpaku. Lagi-lagi, ia tersipu.

"Ayo naik!" Teriak Angga karena melihat Verlita mematung di sana. Verlita kemudian berjalan ke arahnya. "Bisa naiknya? Pegang pundak gue." Lanjut Angga dan Verlita melakukan apa yang Angga ucapkan.

Setelah duduk manis di atas moge milik Angga, Angga segera menancapkan gasnya. Verlita terkejut setengah mati. Ketakutan. Ngeri sekali berada di atas moge tersebut. Verlita hanya memegang pundak Angga dengan eratnya.

"Ver! Pegang pinggang gue aja kalo takut!" Teriaknya, takut takut Verlita tak mendengar ucapannya karena ramainya jalan raya.

"OGAH!" Balas Verlita yang hanya dibalas kekehan oleh Angga. Angga sengaja membawa motor hari ini karena ia ingin melihat wajah Verlita dari spion. Ya. Hal yang selalu laki-laki lakukan ketika membonceng perempuannya.

Ia melihat wajah takut Verlita dari spion. Perempuan itu sedang mengernyitkan dahinya. Angga tersenyum melihat Verlita. Gemes banget. Batinnya.

~ - ~

Sesampainya di sekolah, seperti biasa Angga selalu menjadi pusat perhatian. Verlita tak heran dengan hal itu. Sejak SMP pun Angga memang selalu menjadi sorotan. Angga selalu membawa mobil ke sekolah. Alasannya karena ia tak mau orang lain melihatnya terus-menerus. Namun, karena Verlita ia jadi ingin sesekali menggunakan mogenya yang jarang dipakainya.

"Gimana cara turunnya nih?" Ucap Verlita kepada Angga yang sedang membuka helmnya. Pemandangan yang indah bagi kaum hawa.

"Turun aja pake tumpuannya Ver sambil pegang pundak gue. Gue tahan kok motornya, ngga bakal jatuh." Ujar Angga dengan senyuman terukir di wajahnya. Verlita kemudian mengikuti instruksi dari Angga.

Setelahnya, mereka berjalan menuju kelas. Verlita kemudian berbelok ke arah kelasnya dan Angga mengikutinya. Namun, Verlita tak sadar akan hal itu. Saat memasuki kelas, Verlita heran kenapa teman-temannya melihatnya seperti itu. Ketika menoleh ke belakang, ia melihat Angga di sana. Verlita terkejut, ia pikir Angga sudah berada di kelasnya.

"Lu ngapain ikut ke sini?" Tanya Verlita heran. Mereka kini berada di depan papan tulis, menjadi tontonan bagi kelas XI MIPA 3, terutama para ciwi-ciwi yang suka sekali melihat paras Angga.

Waiting You ("Menunggumu" REMAKE) · [COMPLETED]Where stories live. Discover now