00:04

740 267 16
                                    

Pagi-pagi sekali sudah ada motor terparkir di depan halaman rumah Princess.

"Siapa yang ada di depan rumah?" tanya Agnes melirik pada Princess.

"Princess gak tau bun, mungkin aja cuman numpang parkir"

"Biarpun sekarang kita gak lagi kaya, bukan berarti orang sembarang parkir di depan rumah kita kan?"

Agnes ini menjadi manusia yang super sensitif, bahkan ia tak menginginkan lagi anak setelah kematian Naura. Wanita satu ini terlalu trauma, dan berlarut dalam masa yang sudah lewat.

Kevin tersenyum mengusap punggung isterinya, ia begitu sabar menghadapi sang isteri yang terus menerus sering marah tidak jelas.

"Biar aku yang ke depan ya liat siapa yang dateng" ucap Kevin mengusap puncak kepala Agnes.

Princess diam saja, ia tak mengerti mengapa mama'nya menjadi seperti ini?

Tak lama, seseorang yang memarkirkan motornya itu ikut masuk ke dalqm atas izin Kevin.

Princess melongo, saat tahu rupanya itu...

Bara!

Mendadak selera makan Princess berubah tak mood, ia tak lagi meneruskan sarapan pagi'nya dan langsung berpamitan kepada kedua orangtuanya.

Bara yang melihat itu-pun buru-buru ikut pamit lalu mengejar Princess.

.....

Di depan rumah, Princess dan Bara saling berdebat. Princess yang tak ingin di antar Bara, sementara Bara memaksanya harus di antar.

"Princess gak mau!"

"Harus mau"

"Kenapa kak Bara maksa? Apa hak kak Bara?"

"Karna aku pacar kamu"

Princess memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya Bara masih mengharapkan dirinya sebagai kekasih, sementara dulu malah meninggalkannya begitu saja.

Namun pada akhirnya Bara menang dalam pertarungan debat itu, ia berhasil membujuk halus Princess agar mau di antar olehnya.

Di perjalanan Princess sama sekali tak ingin membuka suara lebih dulu, sementara Bara mencuri-curi kesempatan memandang wajah Princess lewat spion sesekali.

Cantik - gumamnya dalam hati dan tentu saja Princess dapat mendengar itu.

Biarpun wajah Princess nampak tak enak di pandang, seperti tertekan, namun Bara tetap tidak akan menyerah untuk kembali mendapatkan hati gadis yang selama ini ia cintai.

Singkat cerita Princess sudah sampai di tempat kerjanya, ia turun dari motor, membuka helm dan hendak melangkah pergi begitu saja.

Bara menahan pergelangan tangan'nya, "Aku sayang kamu" ujarnya.

"Makasih"

"Kamu gak perlu bilang makasih, aku sayang kamu dari dulu Princ"

"Buat tumpangannya!"

Shit!

Princess benar-benar bersikap tak seperti dulu, namun Bara tetap saja tersenyum menghadapi gadisnya itu.

"Nanti aku jemput lagi ya?"

"Gak perlu. Lepasin tangan Princess!"

"Gua tetep bakalan jemput. See you sayang!"

Dalam hati Princess, ia merutuki Bara sebagai manusia tak waras!

Setelah sekian lama tak bertemu, tentu saja Princess masih merasa canggung.

Benar kata pepatah, semakin seseorang di genggam kuat, maka semakin besar pula rasa kecewanya. Ya, dulu Princess terlalu mempercayai Bara, hingga kini pada akhirnya ia merasakan kecewa yang luar biasa.

Singkat cerita, Bara sudah tak terlihat lagi, ia sudah melanjutkan kembali perjalanannya entah kemana Princess tak tahu dan tak ingin tahu!

Princess bingung saat melihat keadaan toko donat, mengapa semuanya sudah rapi? Sementara ia datang jauh lebih pagi dari biasanya.

"Vivi kan shift malam, terus siapa yang beresin ini?"

Twing!

Entah darimana kedatangan para kuntilanak itu, kaum sad ghost sudah berbaris menyamping rapi di hadapan Princess lalu tersenyum lebar.

"KAMI YANG MELAKUKANNYA! BAGAIMANA? KAMU SUDAH PERCAYA KAN KALAU KAMI BAIK?" tanya Jaenab.

"Ya, lihatlah, jangankan merapikan toko, merapikan perasaanmu yang sedang kacau saja kami mampu" ucap Hayati.

"Princess, jadilah teman kami" tawar Minah.

Princess menghela nafasnya kasar, "Kata bunda, kita tidak di haruskan berteman dengan hantu. Tapi jika menolong, mungkin masih bisa di pertimbangkan"

"JA-JADI KAU MAU MENOLONG KAMI?" tanya Jaenab antusias.

Princess mengangguk mengiyahkan. Lalu ketiga kuntilanak itu saling berperlukan.

Melihat persahabat mereka, mengingatkan Princess pada sad ghost dimensi empat. Rupanya benar, persahabatan makhluk gaib terlihat sangat murni tanpa campuran kimia.

.....

Di tempat lain, Bara rupanya pergi menemui Nino.

Jangan tanya darimana Bara tahu dimana keadaan Nino, sebab ia saja mampu melacak keberadaan Princess. Jadi bukan hal sulit baginya untuk mencari keberadaan Nino!

"ANJING!!" Bara menarik baju Nino dari belakang lalu menghantamnya di parkiran kantor tempat Nino bekerja.

Untung saja tidak ada siapapun di tempat tersebut.

Nino terkejut dengan kehadiran Bara, ia bangkit lalu kini berhadapan langsung dengan sahabat yang selama ini ia rindukan kehadirannya.

"Bar, apa kabar?" tanyanya.

"LU MASIH BERANI NANYAIN KABAR GUA, SETELAH LU BERKHIANAT REBUT CEWEK GUA? RACUN APA YANG LU KASIH SAMA PRINCESS, SAMPE DIA TERPENGARUH DAN JAUHIN GUA?"

"Gua gak ngerti maksud lu apa, gua bilang yang sejujurnya aja kalau lu ke luar negeri."

"Tapi lu gak bilang alesan kenapa gua disana kan? Gak mungkin Princess sebenci ini sama gua!!"

"Dia benci sama lu karna lu pengecut, lu gak ngabarin dia lebih dulu, dan dia harus tau kabar buruk itu dari gua!"

BLUGH!!

Satu bogeman lagi dari Bara berhasil menimbulkan darah segar keluar dari sudut bibir Nino.

"Gua peringatin sekali lagi sama lu, sekeras apapun lu deketin Princess, sampe matipun dia milik gua!"

Nino tersenyum smirk, lalu ia menepuk pelan pundak Bara, "Oke kita liat nanti!" dengan segera Nino pergi dari parkiran setelah membersihkan darah dari sudut bibirnya.

Bara memukul tembok cukup keras, ia benar-benar membenci Nino dan keadaan saat ini.

Menyesal rasanya Bara menitipkan Princess pada pria itu, rupanya Nino tak sebaik yang Bara kira.

Kehadirannya kembali ke Indonesia untuk memeluk gadisnya, rupanya semuanya sia-sia setelah perasaan cinta dari Princess berubah benci padanya.

SAD GHOST GENERATION FIVE ✓Where stories live. Discover now