BAB 52 [END]

4.2K 134 43
                                    

Setahun telah berlalu begitu saja, meninggalkan kenangan yang mungkin tak terhitung oleh angka. Bahkan banyak hal atau perubahan yang terjadi dalam setiap kehidupan yang ada.

Saat ini Gibran tengah dilanda kesibukan, sebab besok Senin ia akan menjalani ujian hidup, ralat ujian nasional maksudnya. Di mana gelar pelajar sebentar lagi akan berganti dengan seorang mahasiswa.

Seperti sekarang, Gibran berada di ruang tamu bersama kedua sahabatnya yang ingin belajar bersamanya. Sebenarnya, Gibran sendiri yang mengajak Deni dan Reza untuk datang ke rumahnya.

"Sumpah! Otak lo berdua terbuat dari apaan, woi? Gue ngerjain latihan satu soal aja nggak kelar-kelar, lo pada udah lanjut terus. Gini banget nasib orang ganteng kayak gue," ujar Deni sambil mengembuskan napas pasrahnya.

Reza yang duduk di dekat Deni, lantas menarik kuat rambut Deni. "Makanya belajar lo!" tudingnya.

"Lah, Rez. Lo nggak lihat ini gue lagi belajar? Main segala narik rambut gue aja lo!"

"Belajar cuma jadi kedoknya doang, tapi dari tadi chatting mulu sama Friska.

"Namanya juga baru balikan, wajar lah."

Dalam sejarah percintaan Deni, baru kali ini ia mengajak balikan mantannya yang tak lain ada Friska-kakak kelasnya yang sekarang sudah menjadi mahasiswi di salah satu universitas di luar kota. Mengharuskan keduanya menjalani hubungan LDR.

"Pikiran lo cewek mulu."

"Eh, jangan salah! Gue ini lagi chatting sama Friska because ada something."

"Apa coba? Nggak usah sok Inggris deh, lo!"

"Gue ini mau nanya-nanya soal ujian lah, ogeb! Dia kan udah lulus, Bro!"

"Hm."

Sementara Gibran tersenyum sangat tipis, melihat tingkah laku kedua orang di depannya. Namun, ia juga beruntung bisa mengenal mereka.

"Gib, gue boleh kan ajak Tasya ke sini?" tanya Reza tiba-tiba.

Gibran melirik sekilas ke arah jam yang telah menunjukkan pukul setengah dua siang. "Terserah Anda saja," jawabnya.

"Oke, gue suruh dia ke sini sekarang." Reza lantas memberi kabar pada Tasya-pacarnya untuk ke rumah Gibran.

"Kalau Reza boleh ajak Tasya ke sini, gue juga boleh dong ajak Sherin ke sini?" Deni menaikkan sebelah alis kirinya.

"Ngapain lo suruh dia ke sini?"

"Buat rame-rame. Lagian dia juga pinter tuh, boleh lah gue minta ajarin sama dia, Rez. Ya, walau dia masih kelas sebelas nih, gue yakin dia bisa bantu gue belajar. Jadi, gimana, Gib?"

Gibran hanya menganggukkan kepalanya sekali dan kembali fokus pada buku yang ia pegang sekarang. Terlintas dalam pikirannya untuk meminta Arinta ke rumahnya, tetapi ia tahu jika Arinta pasti memiliki kesibukannya sendiri-terlebih di hari libur seperti ini.

Tak lama setelahnya Tasya datang dengan sling bag hitam yang menggantung di lengannya, rambut yang digerai dan senyum yang terbit di wajahnya.

"Tumben belajar bareng kayak anak SD gini?" Tasya lantas duduk di sebelah Reza.

"Beginilah, Tas nasib berteman dengan seorang Aksa Gibran Pratama, anaknya Tante Elsa yang masih bening," celetuk Deni ngawur.

Tasya tertawa saat melihat wajah Deni yang sengaja dibuat melas, sampai-sampai ia menimpuk pundak Deni. "Ada-ada lo, Den. Eh, ngomong-ngomong stop panggil gue Tas!"

"Jadi, mulai sekarang gue panggil lo Syayang gitu?" Deni menyentil dahi Tasya seraya menyunggingkan senyumnya.

"Ekhem! Pacar gue tuh."

Formal Boy (END) Where stories live. Discover now