12

16 1 0
                                    

Bintang dan Alam sedang duduk di taman sambil menikmati ice cream, Bintang yang isi kepalanya kacau, sedangkan Alam masih dengan santainya melihat orang berjalan melewatinya sambil makan ice cream. 

"Kemana aja selama ini?" Bintang memulai pembicaraan, karna ia sudah tak kuat menahan pertanyaan dalam hatinya untuk tidak diungkapkan.

"Iya lagi sibuk sama kerjaan"

"Menurutmu kita ini apa?"

"Apanya?"

"KIta hanya teman atau gimana?"

"Menurutmu saja"

"Alam, gak ada yang mau dalam posisiku. Menerimamu yang suka datang dan pergi seenaknya. Aku diam karna menahan, banyak pertanyaan dalam benakku. Apa kamu juga merasakan hal yang sama sepertiku? Aku ini kamu anggap apa? bahkan jika kita hanya sekedar teman, bagiku kedekatan kita kadang tidak bisa disebut teman, tapi tepatnya lebih dari teman. Iya, aku menyukaimu, tapi kamu entah. Aku sudah lelah melihatmu yang datang memberi kejutan dan perhatian, lalu pergi begitu saja tanpa tau perasaanku yang melihatmu tiba-tiba hilang"

"Bintang, tenang dulu"

"Maaf Alam, mulai sekarang jangan menemuiku lagi" Bintang meninggalkan Alam dengan menggenggam ice creamnya yang mulai mencair. 

****

Galih sedang membuat kopi melirik meja pojok yang biasa di duduki oleh Bintang. Iya, ini hari Senin, biasanya Bintang duduk di meja itu pada hari Senin untuk membaca buku, tapi untuk hari ini yang duduk di sana bukan gadis itu, melainkan orang yang disukainya, Alam. Sudah 2 jam pria itu diam dan tidak bergerak, hanya menatap kopi didepannya, sekali ia teguk sambil melihat arah jalan.

Semenjak kejadian di taman waktu itu, ia tak lagi bertemu dengan Bintang. Dia berusaha menghubungi tapi tak pernah dapat balasan. Iya, apakah selama ini dirinya begitu kurang ajar terhadap Bintang? Alam menganggap Bintang adalah rumahnya. Iya rumah, walaupun Alam pergi sejauh apapun ia akan kembali pada gadis itu. Ia kira selama ini sudah memperlakukan Bintang dengan baik, ternyata dugaannya salah. Ia cukup egois atas apa yang menurutnya baik, tapi tidak untuk Bintang. Gadis itu tak pernah mengeluh atas dirinya, tapi ternyata ia menahan agar Alam tak merasa risih. 

"Kenapa lu?" itu suara Galih, ia menghampiri Alam dan duduk di hadapannya. Alam menghela nafasnya.

"Bintang gak mau ketemu gue lagi"

"Lah kenapa?"

"Iya, gara-gara gue gak hubungin dia 2 bulan"

"Tolol"

"Yang sopan dikit"

"Alam Alam, kalo lo mau jali hubungan sama orang lain, lo juga harus tau gimana perasaan dia saat lo gak ada. Ya gimana sih yang gak kesel, lo dateng kaya gak ada dosa gitu, naruh perhatian lalu seketika itu juga hilang"

"Gue kan lagi pusing sama kerjaan, dan lo tau kan gue gak terlalu suka sama chattingan, kalo mau hubungin dia juga bingung bahas apaan"

"Emang dia nyuruh lo buat hubungin dia terus tiap jam?"

"Ya engga si"

"Yaudah kan, cewek itu gak masalah sebenernya lo mau sibuk apaan, cuma dia pengen sehari itu ada waktu intens buat ngobrol. Misal lo gak suka chattingan, lo bisa telpon dia bentar saat waktu senggang. Lah ini engga, 2 bulan langsung gak ada kabar, tiba-tiba muncul kaya gak ada salah gitu. Kalo gue jadi Bintang, pala lo udah gue benturin ke tiang"

"Kejem lo"

"Lo yang kejem, gak ada cewek yang sesabar Bintang gitu lam. Selama ini lo sering ngilang tanpa kabar, terus dateng lagi, dia gak pernah nolak kan? mungkin kali ini dia udah muak kali sama kelakuan lo. Ini pertama kalinya kan kedatangan lo gak diterima? akhirnya lo merasa ada yang berbeda, karna selama ini lo merasa aman, lo pergi dan datang seenaknya, Bintang tetep nerima, tapi lo gak mikir kalo Bintang juga bakal lelah"

Aku Bukan RumahKde žijí příběhy. Začni objevovat