9

14 1 0
                                    

Bintang mendengarkan musik yang mengalun dari earphonenya dan memejamkan mata, tak peduli dengan orang-orang yang ada di dalam bis sedang canda tawa dan bercerita dengan menggebunya.

Datanglah seorang pria duduk disebelahnya, Bintang masih diam dan terpejam. Pria itu pun juga diam, menunggu Bintang membuka matanya sendiri. Bintang mengganti playlistnya, dia melirik ternyata sebelahnya sudah ditempati oleh penumpang. Ia pun menoleh, seketika itu dia terkejut, sedangkan pria itu melemparkan senyumnya.

"A-alam? Kok bisa disini?"

"Kenapa?"

"Ya kok bisa aja"

"Gak boleh?"

"Ya boleh-boleh aja"

"Yasudah"

"Memang kamu mau kemana kok naik bis? Vespa kamu kemana?" Seketika itu Alam kelimpungan, untung dia pintar menyembunyikan wajah bingungnya dari Bintang.

Ini adalah sebuah kebetulan, saat dia perjalanan pulang dari kampusnya, lampu merah membuat dia berhenti dan sebelahnya adalah bis yang ditumpangi Bintang, Alam kira Bintang sedang tidur karena anak itu memejamkan matanya. Lampu hijau menyala, Alam melajukan motornya dengan cepat untuk memarkirkan motornya di sebuah taman, dan untung saja bis yang ditumpangi Bintang baru saja berhenti di halte dekat taman, ia berlari agar tak tertinggal. Lalu dia duduk di sebelah Bintang yang kebetulan kosong.

"Kok diem sih? Kamu belum jawab" Bintang menghancurkan lamunan Alam

"Kok kepo?"

"Gitu aja terus jawabannya"

"Kamu tau gak Bintang? kebetulan itu bisa direncanakan. Mungkin saat rindu melanda seseorang, semesta membantu untuk mempertemukan. Entah itu dengan cara disengaja ataupun tak disengaja. Jika kebetulan itu tak kita inginkan, kita bisa menolak itu untuk tidak menyapa, saling diam dan berpura-pura"

"Jadi?"

"Untuk kebetulan yang saat ini memang aku rencanakan, sebab kebetulan itu aku mau"

"Mau apa?"

"Mau ketemu kamu"

'Oke kalem, jangan ada rona merah dan senyum tipis terlihat disini'  batin Bintang

"Sorry, aku tidak luluh dengan gombalan basi seperti itu"

"Memang siapa yang gombal? kamu kira aku berbicara seperti itu hanya bercanda?"

"Ya kan kamu memang orang banyak bercanda" Bintang mengalihkan pandangnya ke jendela untuk melihat jalan, sekaligus menyembunyikan rona merah dipipinya dan senyum tipisnya.

"Hey Bintang, kalau ada orang berbicara lihat orangnya"

"Kenapa selalu protes sih?"

"Mana ada protes?"

"Itu tadi protes"

"Aku cuma bilang aja, bukan protes"

"Yaudah terserah"

"Yee ngambek"

"Abisnya kamu ngeselin"

"Oh iya kalo ngangenin mah emang"

"Ngeselin! bukan ngangenin, beda jauh tau" suara Bintang itu sedikit keras, membuat seisi bis melihat bangkunya. "Tuh kan kamu tuh bikin malu aja"

"Memangnya aku ngapain dari tadi? kamu sendiri yang malu-maluin dirimu sendiri"

"Tau ah" Bintang memalingkan wajah dari Alam, sedangkan Alam hanya diam dan memejamkan matanya.

"Alam, kamu mau turun dimana?" tanya Bintang sambil melihat jalanan yang ramai. Alam tak kunjung menjawab, ia pun menoleh kepaa Alam, ternyata ia sedang tidur.

"Yee ditanyain malah tidur, hey Alam" ia sambil menggoyangkan bahu Alam tapi anak itu tak kunjung membuka matanya. "Aku mau turun, kamu turun nggak? yaudah kalau nggak turun, aku duluan" bis pun berhenti di halte tujuan Bintang, ia segera berdiri. Saat melewati Alam, tangannya dicekal oleh Alam, tapi matanya masih tertutup.

"Apasih? aku mau turun tau" Alam menarik tangannya dan membuat Bintang duduk kembali di bangkunya.

"Kamu tuh apaan sih? ini halteku keburu lewat tau" Alam menaruh kepalanya di bahu Bintang.

"Diam dulu bisa gak?" sedangkan Bintang tertegun, dia tak tau harus gimana.

"Sebentar aja seperti ini, dan berhenti ngomel-ngomel"

Bintang pun menuruti kemauan Alam, walaupun sedikit kesal karna haltenya sudah kelewat. Perihal gimana ia bisa pulang sampai rumah, itu urusan Alam, dia harus taggung jawab mengantar  Bintang sampai rumah. Tapi entah kenapa hari ini Alam seperti membutuhkan bahu ternyaman, mulut Bintang rasanya gatal untuk melontarkan banyak pertanyaan. Tapi ia tahu bahwa Alam bukan tipe orang yang suka ditanya, ia tipe pencerita saat ia siap. 

"Lam, aku tau kamu ada masalah, tapi aku gak bakal nanya ke kamu, aku tau kamu bakal cerita dengan sendirinya kalau udah siap"

"You know me so well bi"

"Walaupun kamu ngeselin setengah mati, tapi sebenernya aku gak benar-benar kesel sama kamu"

"Iya aku tahu" mereka pun saling diam, Alam yang masih bersandar dan memejamkan matanya, sedangkan Bintang memandang arah jalanan yang sudah lenggang.



Aku Bukan RumahWhere stories live. Discover now