5

26 3 0
                                    

Dengan perasaan kesal atas pertanyaan yang masih belum terpecahkan, Bintang meninggalkan cafe itu untuk menuju perpus. Hari ini perpus terlihat lenggang, sepertinya dia bisa singgah untuk membaca buku sebentar.

"Hai Bintang" ibu perpus menyapanya.

"Hai bu"

"Hari ini belum ada surat"

"Eh? Saya gak nungguin kok bu"

"Ah masa?"

"Iya"

"Tau gak?" Ibu perpus melambaikan tanganya memberi syarat kepada Bintang untuk mendekat, lalu dia membisikkan sesuatu kepada Bintang.

"Dia anaknya ganteng loh Bintang hihi" ucapnya sambil tertawa kecil.

"Ih percuma ganteng kalo suka bikin orang kesel bu"

"Justru itu"

"Apa?"

"Itu yang bikin kamu kangen sama dia"

"Masa sih?" sambil berfikir.

"Iya, gini ini ibu pernah muda ya"

"Ih ya tau lah bu, eh kok malah ngobrol, Bintang ganggu ibu kerja nih"

"Ah gapapa, ntar kalo kamu udah jatuh cinta, bilang ibu ya?" sambil tersenyum jail.

"Ih ibu perpus mah godain Bintang mulu" dia pun melenggang pergi, sedangkan ibu perpus hanya tersenyum melihat kepergian Bintang.

Dia menuju ke rak sastra dan sejarah, kebetulan bersebelahan. Yang selalu dia tuju hanya rak sastra dan sejarah, yang lainya tak pernah di hampiri. Apalagi ekonomi, padahal sekolahnya dulu jurusan Akuntansi.

Dia terus mencari buku yang diinginkan, sampai jongkok dan melototi judul buku satu persatu. Sudah 15 menit memutari rak sejarah tapi tak kunjung dapat. Ada seorang lelaki berbaju merah disebelahnya, dia tak memperdulikanya. Mungkin orang itu juga mengalami hal yang sama sepertinya.

"Kamu cari buku apa?" lelaki itu berbicara, dia diam saja. Pikir Bintang orang itu sedang berbicara dengan temannya.

"Hey, kamu cari buku apa?" kali ini lelaki itu menoleh kepadanya. Bintang melihat kanan kiri, hanya kami berdua di rak ini.

"Tanya, eh kamu?" Bintang terkejut bertemu dengan lelaki ini lagi. Sedangkan Alam hanya tersenyum menanggapi keterkejutan Bintang.

"Masa aku tanya ke buku?" Bintang hanya cengengesan.

"Aku cari buku biografinya Gus Dur, pas kemarin kesini aku masih ingat bukunya itu tebal, tapi kali ini kok gak ada ya?"

"Kamu sudah lihat di komputer belum?"

"Buat?"

"Ya biar kamu tahu kalau bukunya masih di rak, gak dipinjam orang"

"Aku gak pernah cari ke komputer, aku langsung cari aja"

Dia hanya tersenyum dengan perkataan Bintang, memang ada yang lucu ya? Batin Bintang.

"Kamu itu polos apa emang gak tau?"

"Sepertinya dua-duanya"

"Sini ikut aku" dia mengekori langkah Alam, lalu Alam mengetik sesuati di komputer.

"Nih lihat, bukunya masih dipinjam. Jadi kamu percuma cari buku itu, sampai perpusnya tutup kamu gak bakal nemu"

"Yah sedih" Bintang kesal sendiri, sudah lelah dia mencari sampai matanya memanas karna melototi judul buku satu persatu.

"Kamu suka baca buku apa memangnya?"

"Sejarah, sastra, dan biografi"

"Sini, ada buku bagus buat kamu" lagi-lagi gadis itu mengekorinya dari belakang seperti anak ayam. Dia memberi buku yang berjudul 'Almustafa' Kahlil Gibran yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono. Selama ini Bintang hanya tahu, bahwa Kahlil Gibran adalah orang yang dijuluki pujangga dari timur, tapi tak pernah membaca karyanya sekalipun.

Aku Bukan RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang