Bab 6

2.4K 219 10
                                    

"Sluurrrrrpppp...slurrrrpppp..."

Tatapan tajam itu memandangku dengan begitu menyebalkan, tapi aku tidak peduli. Aku sudah lelah dengan semua ini.

"Sluurrrppp...," sekali lagi kuhisap ice coffee sampai benar-benar habis sampai ke dasar gelas. Biasanya aku tidak terlalu serakah dengan minuman, tetapi hari ini aku akan menyeruput minuman ini sampai tetes terakhir. Bukan karena tenggorokanku kering, bukan juga karena ice coffee ini adalah yang paling enak yan pernah kuminum, tetapi, karena minuman ini adalah traktiran pertama yang di berikan boss baruku yang menyebalkan, dan aku masih marah padanya.

"Biasa aja kali, ga perlu gitu-gitu amat. Fun fact, perut kamu bisa kembung kalau minum air dengan sedotan bersama dengan udara-udaranya," kata lelaki menyebalkan itu sambil menyeruput kopi panasnya perlahan-lahan.

Hahaha, lucu sekali. Perutku sudah kembung sejak beberapa jam yang lalu, ketika ia hampir membuatku dihajar preman-preman yang tidak kukenal. Aku tidak tahu dia pandai berkelahi, jika saja aku tahu sejak awal, aku tidak mau mengikuti permainannya yang menyebalkan ini.

"Masih marah?" tanya Steven yang memandangi wajahku yang masih keriting dan belum rela kusetrika menjadi sebuah senyuman.

"Siapa yang tidak akan marah? Bapak hampir membuat saya babak belur karena dipukuli preman-preman," ujarku kesal.

"Tapi tidak terjadi kan? Ga ada luka di badanmu, lagipula saya sudah traktir kamu minum. Bukan sebagai permintaan maaf, tapi lebih sebagai ucapan terima kasih," katanya dengan senyum yang sangat amat-amat super duper menyebalkan.

"Jadi, bapak memang sengaja merencanakannya, kan? Tapi kenapa bapak harus bawa-bawa saya, kalau bapak memang berniat menghajar mereka berdua?"

"Jangan dong, kalau saya menghajar mereka sendiri, saya bisa berakhir di penjara dengan segudang tuntutan. Asal kamu tahu, preman-preman itu tidak datang dengan keinginannya sendiri, mereka hanya disuruh untuk merusuh.  Dan bossnya, sedikit licin."

"Jadi itu alasannya bapak meminta saya datang ke lokasi itu tadi pagi?" tanyaku kesal.

"Saya butuh alasan yang tepat untuk menghajar mereka."

"Dengan mengorbankan saya?"

"Sebagai alasan, iya, karena saya akan menang dalam tuntutan ketika kamera CCTV menampilkan dua orang preman hendak menyerang seorang wanita lemah, tentu saja saya tidak bisa diam begitu saja. Tetapi yang penting hal itu tidak terjadi, kamu masih sehat, tidak terluka sedikitpun dan sepertinya bahagia menyeruput ice coffee pemberian saya."

Ha...ha...ha..., mind blowing, tepuk tangan saudara-saudara...aku sampai tidak tahu harus menjawab apa. Baru saja tadi pagi aku merasa senang karena berhasil membuat pria ini kesal, dan sekarang, dia membalasku telak. Tanpa perlu menunggu lama ia telah menyamakan skor menjadi 1-1. 

"Tapi bagaimana jika saya sampai benar-benar terluka?" tanyaku tidak terima.

"Itu tidak akan terjadi."

"Kenapa? Semua hal bisa terjadi. Kalau bapak kalah bertarung dengan mereka, saya sudah pasti berakir di rumah sakit." 

"Tetap, tidak akan terjadi. Asal kamu tahu, Steven tidak pernah kalah dalam hal adu jotos, eh, maaf saya ralat, dalam hal apapun."

Tuhan, kumohon, tolong hambamu ini. Aku tak tahan bekerja dengan manusia seperti ini. kenapa Engkau menciptakan manusia dengan jenis seperti ini? Ini akan merepotkan untuk orang sepertiku, bukan, lebih tepatnya, ia akan merepotkan untuk seluruh penduduk dunia.

"Ya sudah, jangan dipikirkan lagi. Ok?" katanya santai.

Jangan dipikirkan lagi? Oh, tidak bisa, aku masih penasaran dengan apa yang terjadi.

Ms. Newbie, Mr. Boss, & Mdm. DevilDove le storie prendono vita. Scoprilo ora