Bab 51

1.1K 108 11
                                    

Tiba-tiba aku ingat, sebuah rumus fisika saat SMA dulu. Rumus yang paling sesuai dengan keadaanku saat ini. P = F/A. Ada yang ingat rumus apa itu? Yup, itu rumus tekanan. Tekanan (pressure atau stress) sama dengan F (force/gaya) dibagi dengan A (area atau luas penampang). Rumus yang sangat relevan untuk kehidupan sehari-hari bukan? Jika ingin stress mengecil dalam hidup kita maka kurangilah gaya dan besarkan luar penampang.

Seingatku, hidupku tidak terlalu banyak gaya, jadi satu-satunya yang harus kulakukan adalah memperbesar luas penampang. Atau mungkin, seharusnya aku makan sarapan lebih banyak pagi ini untuk memperbesar luas penampangku. Hahaha, maaf, maaf, candaanku kali ini mungkin tidak dimengerti semua orang. Tapi, menurutku itu lucu, dan seharusnya aku memang tidak bercanda, karena saat ini aku sedang merasakan tekanan stress luar biasa. Siapa yang tidak stess jika berada dalam posisiku sekarang? Jika beberapa tipe mata yang memandangku dengan cara yang aneh.

Pertama, mata kucing milik team mateku Cat. Mata besar yang tampak imut, lucu, dan penuh rasa bingung, benar-benar polos, sungguh tidak mengerti apa yang terjadi di ruangan ini. Kedua, adalah sorotan mata penuh rasa kecewa dari Artis AH. Tatapannya mengingatkanku pada tatapan mataku sendiri saat aku melihat wajahku di cermin ketika pegawai salon memotong rambutku terlalu pendek dengan gaya yang tidak kusuka.

Ketiga, mata Pak Alex yang optimistik dan penuh sinar harapan. Ada sedikit sorot dalam binar matanya mengatakan jika aku pasti bisa menjelaskan dengan baik. Mungkin sorot matanya adalah yang terbaik, tetapi, bagiku, tatapannya memberikan tekanan tersendiri dalam hati. Dan keempat..., nggg.... bagaimana aku mendeskripsikan tatapan itu? Karena aku tidak mengerti apa yang ada di pikiran Madam Devil. Tatapannya menunjukkan excitement luar biasa, dan yang tak kumengerti, apa dia excinting untuk melihatku berhasil, atau dia lebih senang melihat kegagalanku? Entahlah...

Semua tatapan itu menghadap padaku, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Alasan apa yang harus keluarkan dari mulutku ini? Maaf Pak, saya tidak bisa mendesign sesuai selera dan keinginan anda karena tidak sejalan dengan selera dari biro Ruanna? Dengan jawaban itu, sudah pasti Madam Devil akan memakanku bulat-bulat. Atau, maaf Pak, saya tidak bisa mendesign sesuai selera dan keinginan anda karena bangunan tipe klasik tidak cocok dengan iklim tropis Indonesia? Ah, tidak-tidak, jika jawabanku demikian, aku akan ditelan Artis AH bulat-bulat karena secara tidak langsung mengatakan jika seleranya salah. Ah, Ayolah, Sandra, pikir lagi! Apa yang harus kukatakan?

"Saya memberikan kesempatan kamu untuk bicara, tetapi sepertinya keputusan saya hanya buang-buang waktu saja," kata Sang Artis melihat wajahku. Aku tidak bisa menyalahkannya kerena wajahku akan terlihat bengong, totally blank. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus kukatakan.

"Maaf," kataku tersenyum mencoba untuk terlihat baik-baik saja. "Izinkan saya menenangkan diri sejenak untuk bisa menerangkan masalah ini dengan lebih baik," kataku berusaha untuk mengulur waktu lebih banyak. Oh, please, bagaimana kalau aku kabur saja saat ini? Kalian setuju kan jika aku kabur? Ayolah... apa kalian setega itu melihatku menanggung malu?

"Baiklah, tapi ingat! Waktu saya terbatas, jadi tolong jangan kecewakan saya," kata sang artis sambil melihat ke arah jam mewah yang melingkar di tangannya

"Terima kasih," jawabku berusaha untuk bertahan. Aku menarik nafas panjang, moncoba untuk mengatur setiap kata dari kalimat-kalimat yang harus kuucapkan. Sedikit hee... hee... hoo... hoo..., dan setelah cukup siap, aku kembali membuka mulutku.

"Pertama-tama, saya ingin minta maaf karena rancangan rumah dari biro kami tidak sesuai dengan referensi design yang sudah bapak berikan," ucapku dengan sedikit parau.

"Ehm...," deham artis AH seolah-olah permintaan maafku hanya terdengar seperti lip service di telinganya.

"Tapi, kalau boleh tahu, kenapa bapak menyukai bangunan-bangunan dengan tipe klasik seperti reverensi yang bapak berikan?" tanyaku mencoba untuk mengerti apa yang ada dalam pikiran clientku.

Ms. Newbie, Mr. Boss, & Mdm. DevilМесто, где живут истории. Откройте их для себя