〇3。duka

2.2K 435 267
                                    

udah hampir tiga hari tinggal disini ternyata gak ngebuat mas shin dekat ㅡdalam artian lain ke gue, pengecualian sama bang chifuyu.

seakan akan mas shin pinter nutupin kepribadian aslinya di depan gue kecuali senyum atau sekedar nawarin bantuan.

beda sama bang chifuyu. mereka berdua kayak deket banget apalagi kalau lagi main game bareng. bang chifuyu dengan cursingnya dan mas shin dengan bahasa subtitlenya.

gue natap enggan kearah mereka berdua yang lagi santai. mas shin doang sih kalau bang chifuyu posisinya udah beda. tiduran di atas sofa, tapi kakinya yang menjulang keatas dan kepalanya yang hampir nyentuh lantai.

tapi seketika tatapan mas shin beda yang gue yakin abis nerima chat entah dari siapa. dia melangkah ke kamar. dan bodohnya gue, kenapa gue harus nguntit dia.

sembunyi di balik daun pintu. namatin mas shin yang duduk di pinggiran kasur sambil mijitin pelipisnya.

"kalau emang kamu pengen tahu apa masalah saya, kamu bisa kesini dan menjadi pendengar yang baik buat saya."

gue terperangah. bahkan mas shin masih nunduk sambil mijit pelipisnya. gue keluar dari persembunyian, natap ragu mas shin yang kian mendongak.

gue melangkah mendekat meski ragu. gue memang gak nuntut mas shin buat cerita. tapi seenggaknya gue bisa jadi pendengar yang baik kayak apa dia bilang.

nyusul mas shin yang duduk di pinggiran kasur, dia noleh. "boleh saya meminjam bahu kamu?"

"jangan diapa apain tapi."

mas shin ketawa pelan lalu menyenderkan kepalanya di bahu gue sambil memposisikan tempat nyaman disana. "akan ada waktunya saya bakal gigit bahu kamu. kalau perlu sampai biru biru."

gue mendelik, mukul lengan mas shin. dia malah ketawa. "saya cuma bercanda. ngisengin kamu mungkin bakalan jadi hobi baru buat saya." ucapnya sambil natap langit langit kamar.

"jadi cerita gak?" dengus gue.

"sebesar itu rasa ingin tahu kamu perihal hidup saya?" tanya mas shin geli. gue muter bola mata jengah. "yaudah sana, bahu gue mahal."

dia ketawa pelan yang mungkin udah jadi kebiasaannya. kemudian dia memejamkan matanya sambil narik napas.

"satu minggu yang lalu, calon istri saya meninggal. dan itu karena perbuatan saya."

gue mengernyit gak paham. "kalau emang mas shin lagi dalam suasana berduka, kenapa mas shin nerima tawaran mama buat jagain kita berdua?"

dia mengodak natap gue dengan tatapan yang bener bener sulit untuk diartikan.

"memangnya harus?"

alis gue lagi lagi mengernyit. bertanya tanya mastiin kalau mas mas judes di depan gue ini gak gila. di tinggal calon istri tapi serasa di tinggal peliharaannya mati. persis namanya, shinting.

"dan satu lagi. bukan mama kamu yang menawarkan, tapi saya."

tbc,

...ihiy

Pov : Sano Shinichiro✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang