〇4。prioritas

2K 407 127
                                    

gue ngucek mata sambil natap jam dinding yang nunjukkin pukul enam pagi. dan sialnya hari ini hari weekend. tbh, bangun pagi di hari weekend itu hal terbodoh yang sering gue lakuin.

natap seisi rumah yang sepi. meski gue terbiasa dengan pemandangan kayak gini, rasanya kayak ada yang janggal.

gue yakin bang chifuyu pasti udah berangkat dengan alibi ngerjain tugas kelompok bareng temen temen perkuliahannya.

atau pemandangan dimana mama yang selalu nyiapin roti bakar kesukaan gue di dapur. tapi untuk kali ini beda, manik gue malah mendapati eksistensi mas shin yang sibuk ngolesin roti pakai selai cokelat.

lengkap dengan celana jeans selutut sama kaos putih oversizenya. satu fakta yang gue tahu dari mas shin, kalau dia itu berisi. badannya memang tinggi kayak tiang tapi terimbangi sama otot bisepnya yang gak sengaja terpampang. jadi dia itu ceking atau berotot?

dia noleh mungkin karena ngedenger langkah kaki gue yang mendekat. "eh, [name]. mau?" tawarnya.

gue tersenyum tipis. "nanti saya bikin sendiri." tapi mas shin malah menggeleng.

"saya ada disini buat menjaga kamu. saya nggak mungkin ngebiarin kamu ngebuat sarapan sendiri. gumana kalau selai yang kamu pakai ternyata pembersih lantai?"

haha, receh.

dia jelasin panjang lebar. beda sama gue yang duduk sambil ngambil beberapa lapis roti. "mas, saya gak segoblok itu sampai gak bisa bedain mana selai sama pembersih lantai."

dia terkekeh pelan. "saya kan cuma mengantisipasi. eksistensi saya disini juga buat jaga kamu."

"terus bang chifuyu?"

kan mama bilang, yang butuh perhatian ekstra seharusnya bang chifuyu.

dia mendekat kearah gue yang sibuk sama roti lapis gue. ngusap ngusap ujung kepala gue. "dia laki laki, sudah pasti bisa menjaga dirinya sendiri. berbeda dengan kamu."

"sudah seharusnya kamu yang menjadi prioritas saya selama tinggal disini."

dengan segala kemunafikan gue, entah kenapa gue berharap untuk terus menjadi prioritasnya sampai kapanpun.

🌸

"kamu beneran nggak penasaran soal kehidupan pribadi saya?"

gue yang awalnya lagi asik nonton tv tiba tiba noleh sambil nautin alis. jujur gue penasaran sama kepribadian mas shin sebenernya.

meski dimana mana pewawancara-lah yang nanya, bukannya narasumber yang mancing mancing buat di tanyain.

"harus?"

dia berdecak ngalihin atensinya. "benar apa kata takeomi, kamu emang gak asik."

memposisikan diri, gue natap mas shin penuh tanda tanya. "boleh nggak saya ber-spekulasi kalau mas shin lagi butuh perhatian?"

mas shin malah tersenyum tipis. "benar apa kata takeomi, kamu anak yang pekaan."

gue berdecak seraya dia yang ngangguk dengan tatapannya yang mulai sendu. "saya emang lagi butuh perhatian. saya pengen ada yang dateng dan membuat masalah saya hilang, seenggaknya sepersenpun saya mau."

sambil mainin jari jemarinya dia nunduk. om om yang bikin perawan gemes ya dia doang emang.

"mas shin bisa kok dateng ke sata. bahu saya free sebagai sandaran." terkutuklah mulut laknat ini yang seenak jidat nawarin diri.

tugas matematika aja gue belum tentu bisa nyelesain, eh ini malah nawarin diri buat nyampur tangan urusan orang. emang, jadi orang gak enakan itu susah.

dia mendongak tersenyum. "meski sampai akhir pun?"

jujur gue ragu. bagaimanapun mas shin masih bisa di bilang orang baru dalam kehidupan gue.

meski mengangguk ragu, dalam hati gue mencoba memantapkan hati. katakan gue egois karena melibatkan diri ke masalahnya cuma untuk diperhatikan.


tbc,
double up hehe

gatau kenapa,
hari ini aku lagi
pengen bahagia :))

Pov : Sano Shinichiro✔Where stories live. Discover now