009. Aku Ingin Anak Darimu

20.8K 1.5K 1.3K
                                    

Hai!
Maaf buat kalian nunggu lama🥺 Kemarin wattpad sempet error lama banget, gabisa login. Jadi baru bisa sekarang update-nya.

Tapi tenang! Hari ini aku update puanjaaanggggg banget! Seharusnya ini jadi dua part, tapi aku satuin biar kalian puas bacanya.

Jangan lupa spam komen bawel ya! Aku suka banget bacanya🤪

Happy reading!!!

***

"Ya Tuhan! Ini serius tiga lembar bolak-balik?"

Oliv sontak memekik kaget tatkala melihat jawaban PR biologi yang Jeno kerjakan di lembaran folio bergaris. Dari lembar pertama sampai lembar terakhir isinya penjelasan semua. Oliv tidak berekspektasi akan sebanyak ini, makanya semalam ia santai-santai saja, tidak mengerjakan. Soalnya ia sudah meniatkan diri untuk menyalin PR punya Jeno saja, seperti biasanya. Tapi kalau begini ceritanya, yang ada Oliv harus kerja romusha supaya PR-nya bisa selesai sebelum bel masuk berbunyi, karena sialnya mata pelajaran biologi ada di jam pertama.

"Kampret! Padahal di buku paket soalnya cuma lima," protes Oliv setelah menyiapkan peralatan tempurnya. Kini ia mulai menulis jawaban nomor satu dengan kecepatan ekstra, tidak peduli walau tulisannya terlihat seperti benang ruwet, yang penting ia bisa menyelesaikan itu semua dalam waktu kurang dari lima belas menit.

"Iya sih, soalnya cuma lima," Jeno merotasikan bola mata malas, "tapi semuanya disuruh jelaskan, sebutkan dan berikan contoh minimal tiga. Maruk banget yang bikin soal."

Oliv mendengus sebal, "Pak Joonie juga rese banget ngasih PR yang modelan kayak gini. Emosi deh. Tapi untung ganteng, aku maklumin. Orang ganteng emang kebanyakan nyusahin."

"Perasaan masih gantengan aku deh daripada Pak Joonie," cetus Jeno seraya mengambil posisi berpangku tangan di atas meja, tubuhnya sedikit serong ke arah Oliv, dengan begini ia bisa lebih mudah memandangi sahabatnya yang terlihat begitu fokus menyalin jawaban.

"Apa? Aku tidak dengar."

"Gantengan aku," Jeno mengulangi kalimatnya.

"Iya kalau lihatnya sambil merem." Oliv mencibir kelewat julid.

"Santai saja kali," Jeno menepuk-nepuk punggung Oliv, membuat gadis itu langsung meliriknya sinis. "Kamu tidak usah sungkan-sungkan untuk mengakui kegantenganku yang sudah BPOM dan sudah terverifikasi halal ini."

"Kalau berak masih keluar tai mah gantengnya belum SNI. Kamu kemarin bilang baru mencret 10 kali, berarti gantengnya masih di bawah standar," canda Oliv sambil terkekeh, namun tak membuat perhatiannya pada PR teralihkan. Sekarang ia sudah mulai mengerjakan nomor dua.

"Lah? Memang ada orang berak tidak keluar tai?" tanya Jeno dengan kening mengernyit bingung.

"Ada lah!" Oliv berseru, "Zayn Malik kalau berak keluar emas, terus suara kentutnya bukan brat-brot-brat-brot kayak kamu, tapi suaranya do re mi fa so la si do~"

Jeno mencelos, kemudian menoyor pelan kepala Oliv seraya berkata, "Ngaco kamu! Orang kemarin Zayn Malik konfirmasi abis kena sembelit, katanya tainya keras."

"Aduh, kasihan banget Zayn.." gumam Oliv sambil melas, "pasti sekarang lagi susah duduk. Kan kalau sembelit lubang pantatnya pasti sobek dikit."

"Liv, udah Liv," sela Jeno menahan tawa, "pembahasan kita dari tadi tai-tai terus, aku jadi ngebayangin tai."

"Eh, kamu ingat tidak? Dulu pas waktu SMP disuruh observasi ke desa, kamu berak di kali. Terus minta temenin aku."

"Oliv anjing! Dah udah, jangan dilanjutin, mal—"

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang