015. Mau Cium Biar Semangat

12.9K 1.2K 1.2K
                                    

Jangan lupa komen yang bawel ya🤸💃🏇🏂🚣

* * *

Dom terlihat menggeliat, tidurnya terusik saat ia mulai mendengar suara isak tangis di dekatnya. Ia lantas membuka kelopak matanya perlahan, kemudian mencari di mana sumber suara tersebut berasal. Dan tak perlu menunggu waktu lama sampai akhirnya ia menyadari bahwa suara isak tangis itu berasal dari Oliv yang kini tengah tidur memunggunginya.

Karena merasa ada sesuatu yang tak beres, Dom segera beranjak duduk dari posisinya,  lalu mengintip Oliv yang tampak sedang menangis sesenggukan dari balik punggung ringkih tersebut. Ia lantas mengusap pundak gadisnya itu, lalu mulai bertanya dengan intonasi yang lembut, "Liv, kamu kenapa? Hmm?"

Namun, alih-alih mendapat jawaban yang jelas, Dom yang nyawanya belum 100% terkumpul justru dibuat terkesiap saat Oliv tiba-tiba ikut duduk, kemudian mengambil bantalnya dan memukul lengan Dom beberapa kali sambil berseru, "PAMAN DOM JAHAT!"

Apakah Oliv kesurupan?

Dom lekas mengambil paksa bantal yang Oliv gunakan untuk menganiaya dirinya. Meskipun hitungannya masih baru bangun dan belum sarapan, namun tenaga Oliv ini cukup untuk membuat tubuhnya remuk babak belur.

"Hei, kenapa? Aku jahat kenapa?" Dom mencekal kedua pundak Oliv, meminta gadis itu untuk menatap matanya.

Dengan kondisi masih sesenggukan, Oliv pun menjawab, "Paman ngatain aku jelek, terus payudaranya tepos kayak tripleks."

Mendengar itu, Dom sukses melongo, makin tak mengerti. Semalam ia tidak mabuk, jadi mustahil ia berbicara melantur. Dari tadi pun ia hanya tertidur pulas di samping Oliv.

Maka, dengan rasa penasaran, ia pun bertanya, "Kapan aku bilang seperti itu?"

"Tadi," sahut Oliv seraya menyeka air matanya.

"Di mana?"

"Di mimpiku."

Dom spontan memalingkan wajahnya ke samping, berusaha menahan tawa. Namun usahanya itu tak berhasil karena melihat Oliv yang semakin cemberut dengan memanyunkan bibirnya, terlihat mirip Donald Bebek.

"Ih, kok malah ketawa sih?" cecar Oliv jengkel.

"Itu kan cuma mimpi, bunga tidur," ucap Dom sembari menyeka sisa air mata di pipi Oliv dengan ibu jarinya.

Oliv menggerutu tak terima, "Tapi kan tetap saja Paman Dom yang ngatain aku, walaupun cuma di mimpi."

Tak ingin Oliv semakin larut dengan mimpi buruknya, Dom lantas membawa tubuh Oliv dalam dekapannya yang hangat. Kemudian jemarinya tergerak untuk mengelus pelan punggung gadisnya itu supaya tenang. Sepertinya masalah di mobil tentang 'wanita tercantik di dunia' kemarin membuatnya terbawa mimpi. Dom berasumsi bahwa mungkin Oliv masih kesal dengannya karena sempat memilih Selena Gomez jadi kandidat wanita tercantik di dunia nomer tiga. Ia jadi merasa bersalah.

"Kalau begitu, aku minta maaf ya," ujar Dom sontak membuat Oliv mendongak dan menatapnya. Hal itu ia jadikan kesempatan untuk mengecup kening Oliv, lalu tersenyum manis seraya berkata, "Kamu itu cantik, semua orang juga mengakuinya. Dan satu lagi, ukuran payudaramu itu sangat cocok di tanganku. Tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil."

"Benarkah?" tanya Oliv memastikan, sedikit merasa lega.

Dom pun mengafirmasi dengan anggukan, "Iya, benar. Kan dulu sudah pernah aku pegang dan rem—"

"DASAR MESUM!" seru Oliv menginterupsi sembari melepaskan diri dari pelukan Dom, kemudian lekas menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"L-liv, bukan begitu maksudku," Dom berusaha menahan Oliv yang kini berlari mengibrit memasuki kamar mandi.

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang