013. Kamu Jauh Lebih Cantik

16.7K 1.3K 1.8K
                                    

"Ahh—sshh..."

Oliv langsung berjengit begitu merasakan jemari Dom mulai mengoleskan salep antiseptik pada luka jahitan di keningnya.

"Apa masih terasa perih?" tanya Dom memberi perhatian, kemudian diindahkan gadisnya dengan anggukan pelan. "Tidak apa-apa, kamu tahan sebentar ya."

Setelah selesai mengoleskan salep, Dom pun meniup-niup sebentar luka tersebut agar rasa perihnya berkurang. Baru setelah itu, ia beralih menutup luka jahitan tersebut dengan kasa steril dan hansaplast yang baru. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati dan telaten, tak ingin sampai gadisnya merasa kesakitan.

"Sekarang kamu tidur ya, sudah malam," ujar Dom selagi membantu Oliv untuk berbaring di atas ranjangnya. Meskipun kecelakaan semalam hanya menciptakan robekan pada kening serta memar di siku dan tempurung lututnya, tapi sejatinya Oliv merasakan sekujur tubuhnya kini begitu remuk—mengingat bagaimana ia jatuh berguling di tangga dan membentur dinding hingga tak sadarkan diri. Ah, itu membuat pergerakan Oliv tak seleluasa biasanya. Ia merasa seperti sedang simulasi jadi nenek-nenek kecetit.

Setelah dirasa nyaman dengan posisi tidur terlentang, Dom kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh Oliv agar tetap hangat. Ia lantas sedikit membungkuk agar lebih mudah menjangkau Oliv, telapak tangan besar itu kini sudah menangkup belah pipi si gadis yang tampak kemerahan. Sambil mengulas senyum teduh, ia pun mulai mendaratkan sebuah kecupan hangat tepat di dahi gadisnya.

"Good night, Princess," pungkas Dom sebelum akhirnya beralih menyalakan lampu tidur yang ada di atas nakas samping ranjang Oliv. Lantas ia pun segera beranjak, mematikan saklar lampu kamar, kemudian dengan berat hati mulai membawa langkahnya keluar.

Namun, di waktu yang hampir bersamaan, Oliv memanggil namanya ketika ia hendak mengayunkan gagang pintu.

"Paman Dom..."

Suara Oliv yang terdengar lirih penuh keraguan itu membuatnya lekas berbalik badan. "Iya, ada apa? Apa ada yang sakit? Atau kamu butuh sesuatu?"

Dari ranjangnya, Oliv menyangkal semua pertanyaan Dom dengan gelengan pelan, kemudian mulai menyampaikan maksud tujuannya memanggil Dom dengan berkata, "Aku ingin ditemani tidur. Apa Paman keberatan?"

"Hanya sampai aku tertidur, setelah itu Paman boleh pergi," imbuhnya cepat-cepat, tak berani menatap mata Dom karena merasa seperti sedang melunjak dan tidak tahu diri.

"Maaf... kalau Paman tidak mau juga tidak ap—"

"Kapan aku bilang 'tidak mau', hmm?" Dom lantas membawa kembali langkahnya menuju ranjang dan tanpa berlama-lama langsung ikut membaringkan tubuhnya di samping Oliv.

"Maaf ya... aku menyusahkan Paman lagi," Oliv mengubah posisi tidurnya yang semula terlentang menjadi miring menghadap Dom, jadi kini mereka saling berhadapan. "Aku masih terbayang-bayang kejadian semalam, takut kalau sendirian."

"Aku ada di sini untukmu. Aku akan menemanimu tidur sampai terbangun keesokan harinya. Jadi jangan takut," ujarnya sembari menyelipkan helaian surai hitam yang menutupi wajah cantik gadisnya itu ke belakang telinga.

Oliv yang diperlakukan sedemikian hangat hanya bisa termenung menatap Dom dari jarak sedekat ini. Awalnya ia memang berpikir Dom merasa jijik setelah mengetahui fakta bahwa ia adalah korban pelecehan seksual, kemudian mulai menjauhinya begitu saja. Namun, ternyata semua spekulasi buruknya itu terbantahkan sejak ia pulang dari rumah sakit tadi siang. Dom merawatnya dengan begitu baik. Tak pernah meninggalkannya sedetikpun, memastikannya merasa aman, menyuapinya makan, bahkan dengan senang hati menungguinya mandi sampai selesai.

"Apa Paman Dom melakukan ini semua karena merasa kasihan padaku?" Oliv kembali angkat bicara setelah bergumul dengan pikirannya sendiri.

Dom kemudian menggeleng sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap pertanyaan yang barusan Oliv lontarkan. Terlepas dari itu, Dom memaklumi, Oliv memang berada pada fase temperamental yang buruk karena traumanya, ia jadi sering mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan konyol yang terkesan salah paham.

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang