012. Apa Aku Menjijikkan?

16.3K 1.2K 1.1K
                                    

"Malam ini kamu cantik sekali."

Kedua bola pendar Dom agaknya enggan berpaling dari sosok jelita yang berhasil membuatnya terpana. Olivia, gadis itu tampil mempesona dengan balutan gaun satin berwarna merah di tubuhnya. Terlihat dewasa dengan polasan make up bold dan surai hitam yang disanggul rendah. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, semuanya tampak begitu mempesona. Rasanya Dom hampir gila.

"Jadi biasanya aku jelek?" Oliv yang semula tampak asik memperhatikan pohon-pohon di sepanjang jalan, kini mulai menoleh ke presisi pria dewasa yang tengah fokus mengemudikan mobilnya. Gadis itu bertanya dengan nada bicara yang terdengar agak sensi.

"Bukan begitu," Dom menyela selagi melirik sekilas gadisnya, ia sempat mengulas senyum simpul sebelum akhirnya kembali berkata, "Kamu selalu cantik, tapi malam ini cantiknya beda... seksi."

Oliv yang semula merasa kesal karena sempat salah paham, kini entah mengapa tiba-tiba jadi seperti orang salah tingkah. Jantungnya berdetak sangat cepat, seolah-olah akan meledak Jika Dom terus menerus curi-curi pandang padanya seperti ini. Kedua belah pipinya juga mulai terasa memanas. Ia buru-buru menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu sengaja menghadap ke jendela mobil di sampingnya.

Dom yang melihat tingkah Oliv tentu jadi bingung sendiri. Saat mobilnya berhenti karena lampu merah, ia pun lantas menaruh atensinya pada eksistensi si gadis dengan menandas, "Hei, kenapa ditutupi begitu wajahnya? Cantiknya jadi tidak kelihatan. Aku kan masih mau lihat."

"Ihhhhhhhh!!! Paman jangan digodain terus akunya," Oliv merengek dengan suara yang semakin terdengar lirih, "malu tahu..."

"Iya-iya, maaf ya," kekeh Dom dengan suara lembut, kemudian membujuk Oliv agar mau menurunkan kembali tangannya.

"Males maafin, soalnya Paman nyebelin," Oliv mengancam sambil memasang ekspresi sebal, sok-sokan marah ceritanya. Padahal jelas sekali gadis itu sedang berusaha keras untuk tetap stay cool anti meleyot, tapi kedua telinganya yang memerah itu cukup untuk menjelaskan bagaimana keadaannya sekarang.

Dom yang sadar akan hal itu lantas menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak tertawa. Selagi kembali menginjak pedal gasnya di saat lampu berubah hijau, ia pun berceletuk, "Kamu kalau lagi salah tingkah lucu ya. Bikin gemas."

Selang sepuluh menit kemudian, mereka pun akhirnya sampai di kantor cabang baru yang malam ini secara simbolik akan diresmikan. Dom memberhentikan mobilnya di depan lobi, lantas dua valet muda—pelayan parkir pribadi—terlihat bergegas membukakan pintu mobil untuk Dom dan Oliv, mempersilahkan mereka keluar dengan nyaman. Lalu salah satu dari valet itu mengambil alih mobil Dom, membawanya menuju parkiran khusus yang sudah disediakan.

Terlepas dari dua valet itu, ada banyak staff dan juga karyawan yang menyambut kedatangan Dom dan Oliv di depan lobi. Mereka berdiri, berjajar rapi sembari membungkukkan sedikit punggung untuk memberikan salam penghormatan terhadap direktur utama perusahaan tersebut. Dom dan Oliv lantas membawa langkahnya menuju ruang pertemuan di lantai tiga, di mana acara peresmian nantinya akan dilangsungkan.

"Permisi, Tuan Dom."

Seorang wanita datang dari arah belakang, menginterupsi kegiatan Dom dan Oliv yang tengah menyapa serta berbincang kecil dengan beberapa tamu undangan. Mereka berdua lantas menoleh ke sumber suara, khususnya Dom yang langsung memberi atensi sepenuhnya dengan bertanya, "Iya, ada apa?"

"Acara peresmian akan dimulai sebentar lagi. Tuan Sam dan beberapa petinggi sudah bersiap, sebaiknya anda segera mengambil tempat juga," ujar wanita itu menjelaskan maksud kehadirannya.

"Baik, aku akan segera ke sana," Dom mengafirmasi diiringi anggukan kecil, "Ah—Liv, ini Cassandra, sekretaris baruku."

Sesuai dengan apa yang Dom katakan, Cassandra Wong, atau yang lebih akrab dipanggil Sandra ini merupakan sekretaris baru Dom yang menggantikan jabatan mendiang Jessica di perusahaan. Perangainya cantik dan menawan, terlihat begitu dewasa di usianya yang baru menginjak kepala tiga.

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang