10. Kalau Boleh Jujur

8K 826 20
                                    

Kalau aku boleh jujur, rasanya menyakitkan melihatmu mulai beranjak sedikit demi sedikit...

°°°

Gira mencoba menahan dengusannya begitu melihat siapakah gerangan yang sedari tadi memencet bel apartemennya. Gerangan yang tak lain adalah ibunya sendiri.

"Ibu? Kok sore-sore gini ke apartemen Rara?" Tanya Gira pura-pura tidak tahu. Sudah bisa Gira tebak alasan kenapa ibunya mendatanginya. Yaitu menangih jawabannya perihal perjodohan dengan keponakan ayah tirinya itu.

"Emang salah kalo ibu ke apartemennya anak gadis ibu? Kan sudah lama ibu tidak lihat keadaan Rara secara langsung."

Gira memberikan senyum tipisnya sebagai balasan. Ibunya ini ternyata pintar basa-basi juga, ya?

Gira segera mempersilahkan sang ibu untuk masuk. Tak lupa mengambil alih salah satu kantong plastik yang berada di tangan Tina. Plastik putih itu berisikan sepaket makanan cepat saji dari salah satu restoran ayam ternama yang terkenal dengan saus kejunya.

Tanpa babibu dan karena ia sangat kelaparan, Gira langsung menyantapnya.

"Ra, ada yang mau ibu tanyai ke kamu" Ujar Tina begitu melihat putri satu-satunya selesai makan.

Gadis berambut coklat itu mendongkol di dalam hatinya. Tidak perlu menjadi peramal untuk menebak apa yang akan ditanyakan oleh Tina kepadanya.

"Tanya apa, Bu?" Tanya Gira balik pura-pura tidak tahu.

Tina sedikit terlihat ragu, namun pertanyaan itu kembali meluncur bebas, "Kamu terima kan perjodohan itu?"

Gira hampir tertawa keki mendengarnya. Tebakannya memang tidak pernah meleset.

"Kalau Rara bilang nolak, gimana?"

Hal itu membuat Tina menghela nafasnya, "Ra, ibu gak maksa kamu terima. Tapi, kamu harus coba ketemu dulu sama orangnya. Kalau kamu tetap nolak juga, ibu gak masalah kok."

Mendengarnya Gira jadi tidak habis fikir. Kalau memang ibunya tidak memaksa untuk menerima perjodohan itu, maka sejak dia bilang menolaknya, ibunya tidak harus menyuruhnya untuk bertemu. Bukannya itu sama saja memaksa?

"Bu, Rara masih pacaran sama Dewa, loh..."

Gira menggigit bibirnya sembari berujar begitu. Tolong maafkan dirinya ini malah membawa-bawa mantannya.

"Ibu 'kan gak maksa kamu terima. Kalo tidak cocok, ya sudah kamu boleh nikahnya sama Dewa. Ibu gak masalah."

Gira memejamkan matanya. Jadi bingung dirinya harus berbuat apa. Kalau dibantah, bukannya sama saja dia anak durhaka?

"Yaudah, Rara mau coba ketemu"

°°°

Di sinilah Gira berakhir sekarang. Di sebuah restoran tempatnya janjian dengan orang yang akan dijodohkan dengannya. Ah tidak bukan dia yang janjian, tapi ibunya. Gira kan hanya tinggal bawa badan saja.

"Meja atas pesanan Nyonya Tatina Yusdita"

Pelayan itu dengan cepat mengangguk, "Baik, mari ikuti saya, Nona."

Cek Apartemen Sebelah [END]Where stories live. Discover now