32. Kenyataan Pahit (2)

6.1K 608 32
                                    

"Jadi, selama ini Ibu s-selingkuh?"

Pertanyaan itu sontak membuat Tina juga sama terkejutnya dengan Ian. Wanita itu mendongak dan mendapati sang putri yang menatapnya tidak percaya.

"BU, JAWAB!" Hardikan Gira dengan emosi menghampiri Tina yang menundukkan pandangannya. "KASIH TAU AKU KALAU YANG AKU DENGAR TADI BENAR ATAU NGGAK!!"

"Ra, b-bukan... Ini nggak seperti yang kamu dengar! K-kamu salah paham kok. Iya 'kan, Mas?" Tina mencoba mencari pembelaan kepada Ian dengan tatapan memohon seperti sebelum-sebelumnya. Berharap mantan suami yang pernah ia khianati itu akan luluh dan membantunya menjelaskan kepada putri mereka. Namun Ian hanya diam bersedekap tangan menatap dengan tatapan tak berarti melihat putrinya menuntut penjelasan dari Tina.

"Bu, aku dengar percakapan ayah dan ibu tadi! Semuanya! Ibu tinggal jawab IYA atau NGGAK, kalo 3 tahun yang lalu yang membuat Ayah dan Ibu bercerai itu apa benar karena perselingkuhan Ibu dan Om Indra?!" Cecar Gira lagi membuat Tina semakin kalang kabut. Wanita awal 40 tahunan itu terlihat membuka tutup mulutnya dengan ragu.

"BU-"

"Iya, Ibu selingkuh dari Ayah kamu! T-tapi, sekarang Ibu sadar kalau apa yang Ibu lakukan itu salah! Ibu mau rujuk sama Ayah kok! S-seperti yang Rara mau dari dulu, sayang... " Tina mencoba meraih pipi sang putri, namun Gira malah menghempaskan tangan Ibunya itu. Menatap penuh kebencian wanita yang melahirkannya itu dengan masih tidak menyangka.

"Ibu nggak tau diri atau gimana sih? Ibu nggak tau akibat dari semua perbuatan Ibu selama ini, ha?! Aku tertekan, Bu! Tertekan! Apa Ibu nggak pikirin aku waktu itu?!"

Gira melewati masa-masa sulit untuk menerima kenyataan tentang bagaimana kedua orang tuanya bercerai. Dia menjadi orang yang paling tersakiti akan keputusan itu. Mengatakan bercerai secara baik-baik, ternyata selama ini kenyataan yang ia tau itu hanya omong kosong belaka. Ibunya ternyata berselingkuh. Dan entah kenapa ayahnya malah merahasiakan kenyataan pahit itu darinya.

"Aku benci banget sama Ibu! Benci!"

Setelah berkata begitu, Gira langsung melenggang pergi dari hadapan Tina yang seketika menegang mendengar kata keramat itu. Kata yang tak pernah ingin ia dengar keluar melalui bibir putrinya.

"Kamu yang menuai garam di atas masalah kita, Na. Saya mencoba menutupi segalanya, namun bangkai akan tercium juga. Pada akhirnya, Rara tetap akan tau mau sebagaimana pun saya mencoba menutupinya agar dia tidak membenci ibunya sendiri." Kata-kata Ian semakin menusuk ulu hati Tina. Membuat wanita itu segera mengejar langkah Gira berniat memperbaiki segalanya walaupun rasanya sangat terlambat.

Sementara Dewa yang baru saja akan menaiki lantai dua restoran setelah memarkirkan mobil, berpapasan dengan istrinya yang turun dengan kembali menangis. Ditambah sang ibu mertua yang juga istri dari Omnya juga mengejar Gira yang melangkah dengan cepat bahkan tidak melihat keberadaan Dewa.

"Yah, ada apa? Kenapa Ibu dan Gira-" Baru Dewa akan bertanya kepada Ian yang juga turun akan menyusul, tetapi sang ayah mertuanya itu langsung memotong.

"Ayo kita susul saja dulu. Nanti ayah jelaskan ke kamu, Sadewa."

Kedua pria itu segera menyusul kedua ibu dan anak itu yang sudah keluar dari bangunan restoran. Tak jauh dari pintu masuk, Tina tengah mencoba menjelaskan tetapi Gira langsung menghempaskan lagi tangan sang Ibu.

"Dengerin Ibu dulu, sayang... I-ibu nggak maksud. Kamu tau kan ayah dan ibu dijodohkan-"

Gira mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk menyuruh Tina berhenti, "Cukup, Bu! Cukup! Rara nggak mau dengar penjelasan basi Ibu! Intinya, Ibu nggak pernah bisa mengerti arti keluarga itu sendiri yang membuat Ibu bisa melakukan pengkhianatan itu! Bagi Ibu mungkin nggak penting, pasti! Tapi, bagi Rara arti keluarga itu sangat penting, Bu! Perbuatan Ibu bukan cuma mengkhianati cinta Ayah, tapi juga menghancurkan aku tanpa Ibu sadari!"

Cek Apartemen Sebelah [END]Where stories live. Discover now