29. Semi Ending

6.3K 642 39
                                    

"Ra, yaampun! Hah... Hah... Kenceng banget sih lari lo!" Kesal Atika menghampiri sahabatnya yang terdiam kaku di dekat lokasi kecelakaan. Banyak orang yang mengerumuni tempat itu. Termasuk polisi dan beberapa masyarakat yang membantu mengeluarkan motor yang menyangkut di ban mobil tronton itu.

"Ra, jangan bilang orang yang tabrakan itu Dewa?!" Tanya Atika terkejut, pasalnya Gira sedari tadi hanya diam dengan tubuhnya yang kaku sembari menatap lurus motor itu.

"Ra, jangan diam aja dong! Jawab gue-" Perkataan Atika langsung terpotong ketika Gira menggeleng pelan.

"Bukan..."

"B-beneran yakin lo 'kan, Ra?" Tanya Atika mulai takut. Pasalnya motor itu sangat remuk sampai tidak bisa dikenalin sama sekali.

"Bukan, motor Dewa nggak ada sticker begitunya." Jawab Gira sembari menunjuk salah satu cup lampu motor yang terpasang sticker tengkorak.

"Y-yakin 'kan lo, Ra? Apa kita perlu ke rumah sakit tempat korban di rawat buat pastiin? Siapa tau kan Dewa pasang sticker itu baru-baru-"

"Maksud lo Dewa udah mati gitu?!" Teriak Gira tidak terima. Beberapa orang yang di dekati mereka jadi melihat ke arah kedua gadis itu dengan penasaran. Hal itu tentunya membuat Atika langsung meringis, meruntukki kebodohannya.

"Ng-nggak gitu, Ra. Gue cuma pastiin aja, gue beneran nggak maksud gitu kok. M-maaf..."

Gira memilih mengalihkan pandangan penuh amarahnya dari sahabatnya itu. Kemudian menghela nafas, mencoba menahan emosinya.

"Jangan buat gue jadi merasa bersalah dengan bilang kemungkinan itu, Ka! Gak lucu kalau disaat-saat begini Dewa beneran pergi tinggalin gue ke tempat yang nggak bisa gue jangkau! Rasanya gue bakalan gila kalau begitu jadinya!" Ujar Gira dengan nada yang sangat gemetar. Dia masih mencoba untuk tetap logis, dan mempercayai hatinya. Walaupun apa yang Atika katakan mungkin ada benarnya.

Nggak nggak! Nggak mungkin! Kalaupun iya, beneran lo nggak lucu, takdir! Jangan pisahkan gue lagi sama dia di saat begini! Apalagi untuk pisah selama-lamanya!

Gira langsung menggeleng. Mencoba optimis. Dewa tidak suka ikut-ikutan geng motor. Pria itu pernah mengatakan kepadanya bahwa ia memakai ninja murni hanya untuk gaya-gaya saja biar dikatakan keren oleh orang satu kampus dulu. Mantan kekasihnya itu bukan cowo wattpad ketua geng motor yang keren. Dewa itu pria sengklek yang hanya haus perhatian saja!

"Eh, iya maaf, Ra. Yaudah kita balik ke mobil dulu, yuk." Atika langsung menuntut Gira untuk kembali berjalan menuju mobil mereka yang masih terjebak di dalam kemacetan tabrakan itu. Menawari untuk bergantian menyetir, karena ia tahu Gira tidak mungkin bisa membawa mobil dengan keadaan yang seperti itu. Yang ada mereka pasti akan gantian kecelakaan.

"Jadi gimana? Besok lo ke Bandung, Ra?" Tanya Atika setelah mobil mereka terbebas dari kemacetan kecelakaan itu.

Gira mengangguk sembari memperhatikan jalanan. Dia harus memastikannya. Memastikan perasaan Dewa dan juga apakah pria itu masih hidup!

"Yaudah, besok gue aja yang nyetir ke Bandung, ya?" Tawar Atika yang mendapat persetujuan Gira.

"Iya, soalnya gue belum pernah bawa mobil keluar kota."

"Sip! Gue nginep aja deh di apartemen lo biar lo nggak usah jemput gue lagi besok."

°°°

°°°

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Cek Apartemen Sebelah [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat