Part 31

175 28 3
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak terakhir dimana Dewa dan teman-temannya mencari Arsha. Namun, gadis itu masih tetap belum ditemukan. Dari kepolisian pun juga belum mendapatkan tanda-tanda ditemukannya Arsha.

Dewa, sejak hari itu ia memutuskan untuk bolos sekolah sampai saat ini. Pikirannya tak pernah lepas dari Arsha. Ia amat sangat merindukan Arsha-nya yang hilang entah kemana. Orang yang tak pernah merasakan benar-benar jatuh cinta pada seseorang pasti akan menganggap Dewa alay karena terlalu memikirkan gadis yang hanya berstatus pacar dalam hidupnya. Tapi, mereka tak akan pernah tau sedalam apa rasa cinta Dewa pada Arsha.

Yang dilakukan cowok itu selama seminggu ini hanyalah menyendiri di Appart-nya lalu terkadang berjalan tanpa tujuan setelah menghabiskan waktu untuk galau memikirkan Arsha. Tanpa Arsha, hidup Dewa benar-benar kacau. Bahkan cowok yang biasanya suka bersih itu sekarang jadi jarang mandi karenanya. Teman-temannya jadi prihatin dengan Dewa. Begitupun dengan teman-teman Arsha yang kadang sesekali mengunjungi Dewa untuk sekedar menghiburnya. Namun, tetap saja tak berhasil. Yang Dewa butuhkan saat ini adalah Arsha bukan yang lain.

"Lama-lama aku kesel Sha. Kamu ngepranknya jangan kelamaan."

Umpat Dewa kesal sendiri. Anggap saja dia gila sekarang. Dewa merasa dirinya sudah tidak waras saat ini. Terkadang saat tidur ia mengigau memanggil nama Arsha lalu refleks menelpon gadis itu. Saat nada tidak tersambung berbunyi, Dewa baru sadar jika ponsel Arsha tak dapat dihubungi selama seminggu terakhir ini.

Perihal tentang percekcokan-nya dengan Ardi, sampai saat ini mereka masih perang dingin. Semenjak saat itu Ardi pun tak pernah lagi datang ke Dewa. Dewa sendiri tidak terlalu peduli akan hal itu. Ia tak tau lagi harus bagaimana menjelaskan permasalahan-nya pada Ardi yang jelas tak mau mendengar penjelasannya. Lagian kedua orang tuanya pun juga tampak tak peduli. Buktinya, sudah seminggu Dewa tidak pulang ke rumah tetapi mereka tak bertanya sama sekali. Menghubunginya pun tidak. Ya, Dewa benar-benar merasa dicampakkan saat ini. 

Tut~

Ponselnya berbunyi. Dewa meraba-raba nakas dekat ranjangnya untuk meraih ponsel yang bergetar. Ia mengucek ngucek matanya sebentar.

Dewa baru saja bangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu. Ia menyipitkan mata melihat nama si penelepon yang meneleponnya pagi buta begini.

"Adit? Ngapain si anjrit telepon gue pagi-pagi."

"Woi. lo dimana njem?", ucap adit setengah berteriak setelah telepon tersambung. Belum sempat Dewa menyapa Adit ia sudah dibuat kesal dengan Adit yang mengumpat tiba-tiba.

"Santai kali gak usah ngegas."

"Lo tau gak sih hari ini UN."

"Hah?"

"Hah heh hah heh, buruan lo ke sekolah. Lima belas menit lagi ujian mau dimulai."

"Dih, canda mulu nih tukul. UN minggu depan ege."

"Makanya kalo bolos jangan lupa ngecek tanggal. Ayo ah buruan, gak ada waktu lagi."

"Iye-iye ah."

Klik!

Sambungan terputus, Dewa buru-buru bergegas untuk bersiap ke sekolah.

**

Dewa Pov

Sampai di sekolah gue liat udah sepi aja. Telat nih gue. Duh kan kalo telat gini gue jadi keinget si tengil lagi. Biasanya tiap gue dateng telat pasti ketemu dia. Entah itu lagi dihukum atau lagi mikir caranya masuk tanpa ketahuan. Biasanya gue yang selalu cepuin dia biar dihukum bareng. Sekalian gue juga lagi pengen deketin dia kan dulu.  Tapi, sekarang gue cuma sendiri.

Sikampret & Sitengil [COMPLETED]Where stories live. Discover now