Part 36

88 14 5
                                    

Arsha merasa gelisah semenjak beberapa jam yang lalu, ia menggeliat tak karuan seperti cacing kepanasan. Arsha jadi tak tenang, merasa bersalah saat teringat raut wajah Dewa yang terlihat sangat kecewa padanya.

"Goblok, goblok. Ngapain juga gue ngomong kayak gitu tadi. Pasti dia kecewa banget.", Arsha memukul pelan kepalanya sepelan mungkin agar otaknya yang hanya tersisa sebahagian itu tidak bergeser, terdengar mustahil tapi hanya untuk sekedar berjaga-jaga saja.

Hoaammm~

Asrha menguap lebar sembari menendang-nendang kecil kakinya ke Udara dengan posisi yang masih berbaring, terlihat seperti menguap dibuat-buat. Sebenarnya Arsha sama sekali tak mengantuk, ia hanya meng-sugesti dirinya, memaksakan agar cepat mengantuk dan terlelap supaya gadis itu bisa melupakan semua kejadian hari ini Bersama Dewa. Namun nyatanya otak Arsha yang kadang suka nge-bug itu bukannya tersugest untuk tidur malah sebaliknya, membuat matanya sulit terpejam. Hatinya makin gundah gelana. Jujur saja, ia sangat senang bisa Kembali bertemu seonggok manusia yang katanya masih berstatus pacarnya itu. Bohong jika Arsha bilang kalau ia tak merindukan Dewa. Bahkan Arsha ingin memeluk lebih lama dan takkan melepaskan Dewa saking rindunya tapi mana mungkin Arsha berani melakukan hal itu pada seseorang yang sudah memiliki wanita lain dihidupnya saat ini. Iya kan, Kalau tidak salah tadi Arsha dengar dari Teh Puji bahwa Dewa sudah punya pacar. Ah, pasti Wanita itu Syerin. 'Syerin kan suka banget sama Dewa', pikirnya. Pasti setelah Arsha pergi Syerin mati-matian mendekati Dewa lalu setelah melihat effort Syerin yang begitu besar Dewa akhirnya luluh lalu 'jatuh cinta pada Syerin yang Cantik, Bening, Pinter, gak dekil kayak gue, trus dia lupain gue deh, tadi itu paling karna syok aja tiba-tiba ketemu gue, jadi kebawa suasana aja, gak mungkin lah dia nyari gue selama tiga tahun, bego banget kalo iya'.

Arsha meringis saat teringat perkataan Dewa tadi, Arsha bangkit dari kasurnya lalu menatap cermin yang terpampang jelas didepannya.

"Apa iya gue sedekil itu?"

Arsha menulusuri tiap lekuk wajahnya. Sedetik kemudian garis bibirnya tertarik kebawah membentuk raut wajah murung, ternyata Dewa tak berbohong. Benar saja sekarang penampilan Arsha lebih lusuh dari sebelumnya. Warna kulitnya juga mulai gosong sekarang, mungkin karna sering terpapas sinar matahari. Arsha mengusap telapak tangannya. 'kasar'. Apa hidupnya sekarang sesulit ini sampai untuk merawat diri saja ia tak mampu.

Arsha Kembali berbaring menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi beberapa sarang laba-laba yang entah sejak kapan hewan terkutuk itu membuat sarang disana namun, hal itu bukanlah menjadi fokus Arsha pada saat ini. Gadis itu sibuk merenung meratapi nasib sialnya yang tak kunjung usai. Tak bisakah ia hidup tenang untuk beberapa saat saja?

Arsha meraih ponsel yang akhir-akhir ini jarang disentuh pemiliknya, membuka sosial media yang tak pernah aktifk selama beberapa tahun belakangan ini, setelah sekian lama akhirnya Arsha membukanya Kembali. Muncul banyak notifikasi. Dm-an dari teman-temannya yang tak pernah dibaca sejak ia menghilang. Atensinya langsung teralihkan pada nama teratas di list pesan akun instagramnya.

Dewa_Pradipta

Arsha memberanikan diri membuka room chat itu. Terdapat ribuan pesan yang dikirim cowok itu di tanggal yang berbeda. Arsha sedikit speechless saat menyadari bahwa chat itu dikirim setiap hari oleh Dewa. Ia me-scroll chat itu dari awal. Arsha membaca semua pesan dari cowok itu, Dewa selalu menanyakan dimana keberadaannya tak hanya itu saja, cowok bodoh itu selalu melaporkan kegiatan yang ia lakukan setiap hari padahal dia tahu Arsha tak akan membaca ataupun membalas pesan-pesannya namun Dewa selalu dengan setia mengabari Arsha sampai chat itu berakhir dua bulan yang lalu. Kali ini bukan spam tapi tulisan panjang yang hanya berjumlah satu paragraf.

Sikampret & Sitengil [COMPLETED]Where stories live. Discover now