Part 22

496 63 38
                                    

Ps: Gambar hanya pemanis, kaya kamu yang maniezzz

Hoeekkk.

•_•

Arsha

"Mowning Ayaaanggg..."

Gue memutar bola mata malas, pagi-pagi gini harus ya gue disambut sama manusia kurang otak kayak dia.

"Jiji banget sih lo."

Dewa, cowok alay yang katanya 'pacar' gue ini memukul manja lengan gue dan merajuk bak anak balita yang dimarahi orang tuanya. "Kamu jyahad ih."

"Au ah Kampret gue lagi males liat muka lo."

Udah tau gue masih kesel sama kejadian tadi malem. gara-gara dia ngajakin gue nongkrong dipinggir kali jadinya kita dikirain lagi berbuat mesum sama pak RT yang kebetulan lewat. untungnya sih kita bisa nyeselesaian kesalah pahaman tanpa perlu berurusan sama orang tua. bisa abis gue ditelen idup-idup sama si tante gemes, saking gemesnya pengen gue kentutin sampe mampus.

"Eits", langkah gue harus terhenti karna Dewa yang menghadang jalan didepan. Gak cukup sampai disitu sekarang tangan kanannya udah bertengger manis dikepala gue. "Lo masih ngambek?", tanyanya dengan posisi yang masih sama. Gue cuma diem. Gak suka tapi anehnya gue gak berontak. Ada rasa nyaman yang menelusup dihati gue ketika tangan hangat Dewa mengacak pelan rambut gue. Tangan kirinya tampak sedang merogoh saku celana.

"Buka mulut lo."

"Hah?"

Dalam itungan detik sebuah permen berbentuk kaki berhasil masuk ke mulut gue. Dia terkekeh pelan lalu memasukan permen yang sama kedalam mulutnya.  gue mengernyit heran "Kok permen kaki mana asem lagi."

"Iya. Ada filosopinya soalnya."

"Apa?"

"Kan gue belinya sepasang nih. Satu di elo satunya lagi buat gue. Trus rasanya manis tapi ada asem-asemnya kan."

"Muka Lo asem."

"Awh."

Dia malah ngejitak jidat gue. Sekampret emang. Kan suakid bangke.

"Ck, denger gue dulu ngapa sih gosah nyamber mulu kek gledek."

"Hm", Saut gue dengan sedikit gak iklas. Abis dia sih jelasinnya kelamaan kan greget gue. 

"Kita tuh kayak sepasang kaki. Gue kaki kanan Dan Lo kaki kiri. Tanpa Lo gue gak bakalan mungkin bisa seimbang. Gue masih bisa jalan, tapi gak sesempurna ketika Lo ada bersama gue." Dewa menggenggam lembut tangan gue dan menatap dalam manik mata gue. "Manis adalah rasa dari perjalanan kisah kita Dan rasa asam adalah rasa lainnya. Karena sebuah hubungan gak bakalan seru kalau hanya ada rasa manis. Butuh rasa lain sebagai pelengkapnya."

Rasa kesal gue ke dia sekarang lenyap seketika. Sikap manisnya pagi ini sukses bikin mood gue bangkit kembali. 

'Lo kenapa jadi manis gini sih, kan gue makin baper'.

"Hayolo... Senyum-senyum sendiri. Sweet banget ya gue", gombalnya dengan menyisir rambutnya Yang sengaja dibiarkan berantakan. Aelah Baru juga gue kagum dia malah balik lagi ke mode narsis. Bodo amat mending gue cabut.

"Eh, tengil. Kok Lo ninggalin gue sih?"

"Au ah."

"Tungguin bego."

Gue cuekin dia yang masih berusaha gigih ngikutin gue dengan mulut yang gak bisa diem. Asli! Bacod bat nih cowok. Pengen gue cekek terus jorokin ke sungai.

Sikampret & Sitengil [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt