Part 37

91 9 0
                                    

Part 37

Arsha menyambut pagi hari dengan erangan kecil sembari meregangkan otot-ototnya sampai seluruh tubuhnya bergetar merasakan kenikmatan yang tiada tara. Maksudnya bukan ke-arah yang menyimpang ya, bagi yang pernah melakukan hal yang sama pasti paham maksud dari kenikmatan itu sendiri. Kebetulan memang ini adalah rutinitas author tiap pagi setelah bangun tidur, hehehe.

Arsha mengucek pelan kedua matanya sebelum benar-benar membukanya dengan lebar. Saat berpaling ke-belakang Arsha jadi semakin bersemangat menyaksikan Dewa yang masih tertidur lelap. Nyenyak sekali tidur kekasihnya itu sampai tak merasakan kecupan bertubi-tubi yang Arsha daratkan disetiap inci wajahnya. Arsha jadi gemas sendiri menyaksikan wajah polos Dewa saat tidur.

"Pacar siapa sih lucu banget", goda Arsha dengan nada manja.

"Pacar gue dong."

Arsha terkikik geli. Ia sudah seperti orang setengah gila saat ini, 'ngomong sendiri jawab sendiri'. Sedangkan Dewa masih saja tak merasakan cubitan, tamparan dan tonjokkan hingga gebukkan gemas, lebih ke siksaan sih sebenernya yang dilayangkan oleh Arsha. Mungkin mimpi cowok itu terlalu indah hingga ia enggan untuk bangun dari tidurnya. Arsha melepas kaitan lengan Dewa diperutnya, ia bangkit dan mencepol asal rambutnya, bebersih lalu bersiap pergi keluar mencari sarapan yang sekiranya cocok untuk mereka pagi ini.

**

Dewa meraba-raba kasur yang terasa dingin lalu mengernyit saat tangannya tak merasakan hangatnya tubuh Arsha yang semalam masih ada disampingnya. Ia perlahan membuka kedua mata itu lalu melirik sekitar mencari-cari dimana keberadaan gadis tengilnya.

Kosong.

Dewa sendiri diruangan asing ini. Terdengan saut-sautan burung liar diluar sana, kilau sinar surya di pagi hari mulai menelisik masuk dari celah-celah ventilasi petak kamar sempit itu. Dewa bangkit lalu duduk ditepian ranjang. Ia mengambil ponsel lalu melihat waktu yang tertera dilayar ponselnya.

'Kemana perginya Arsha?'

Dewa memutuskan untuk keluar kamar dan mencari dimana letak kamar mandi, tak butuh waktu lama akhirnya Dewa menemukan sebuah bilik kecil disudut ruangan dekat dapur. Dewa mencuci muka dengan air seadanya. Dewa menjangkau sabun cuci muka Arsha yang tertata rapi bersama sabun dan odol di rak dinding dekat ember. Dewa membuka tutupnya namun sepertinya ekspektasinya terlalu besar, ia sedikit panik saat ternyata bukan cairan kental melainkan cairan yang benar-benar cair yang keluar dari lubang botol itu mungkin nyaris seperti air sabun yang sangat minim berbusa. Dewa mencoba membaca ingredients produk tersebut untuk mencari tahu apakah memang isinya begitu. Tertera disana bahwa isinya seperti krim bukan berbentuk cairan. Dewa menepuk jidatnya.

"Di refil aer?"

"Ada gila-gilanya pacar gue. Kalo gini mana ada khasiatnya anjir."

Dewa mengecek produk lainnya dan ya, kurang lebih isinya sama semua.

"Cewe gue semiskin itu ya sampe gak mampu beli skincare."

Sepertinya hari ini Dewa harus mengajak Arsha berbelanja kebutuhan cewek itu. Dewa tak akan mengabaikan perawatan pacar kesayangannya, terlebih ini skincare. Itu aspek yang paling penting sebenarnya.

"Lo udah bangun?" sapa Arsha untuk sekedar basa-basi saat menemukan Dewa yang baru keluar dari kamar mandi.

"Menurut kamu?"

"Gue kan cuma basa-basi nyet, santai aja kali."

"kok kamu ngomongnya kayak gitu sih?"

Arsha mengernyit bingung, aktivitasnya membuka kantong kresek dari makanan yang dibelinya tadi terhenti saat mendengar ucapan Dewa yang nada bicaranya terdengar seperti menyolot.

Sikampret & Sitengil [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang