24. Ancaman? 🌷

20.1K 1.9K 1.3K
                                    

🌷🌷🌷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷🌷🌷

"Karma does exist - ALVIVA"

🌷🌷🌷

Lereng datang ke rumah sakit untuk menjemput Adiva pulang. Tiba di ruangan, ia melihat Adiva tidur, dan ada seorang lelaki tengah menarik selimut untuk menutup tubuh Adiva.

Lereng tersenyum kecil. Ia melangkah ke dalam, dan menenepuk bahu lelaki itu pelan. "Kamu Leo?"

Leo mengangguk kemudian menaruh ujung telunjuk di bibir supaya Lereng mengecilkan volume suara. Mereka berdua berjalan keluar ruangan supaya ngobrolnya lebih leluasa.

"Sore, Om," sapa Leo yang dari tadi belum sempat.

"Sore juga," balas Lereng seraya menepuk-nepuk bahu Leo. Detik ini, mereka saling bertatapan. Lereng merasa laki-laki di hadapannya ini tidak asing. Hati Lereng juga entah kenapa menjadi pilu. "Maaf, apa kita pernah ketemu sebelumnya?"

Leo menatap wajah Lereng dengan seksama kemudian menggeleng. Dengan yakin, Leo menjawab, "hm enggak. Kenapa?"

"Gapapa. Cuma gak tau kenapa saya merasa pernah ketemu kamu aja," jujur Lereng.

"Mungkin salah orang, Om," balas Leo mengendikkan bahu.

"Hahaha ... iya kali. Ngomong-ngomong makasih udah jagain Adiva."

Leo hanya mengangguk sebagai tanda jawaban. "Udah merupakan tugas saya."

"Nanti kapan-kapan Om traktir makan, ya," balas Lereng tersenyum. Lalu, mengedarkan pandangan ke sekitar. "Si Alvian mana? Dia sebagai tunangan malah enggak kelihatan batang hidungnya."

"Dia lagi berkupu-kupu, Om. Kasih waktu buat nenangin pikiran."

🌷🌷🌷

Waktu sudah malam, Arabelle masih mengurung diri sendiri di kamar sejak tadi. Tidak peduli Dira bagaimana memanggilnya. Arabelle hanya menyiapkan rencana matang untuk mendapatkan Leo. Semua hal, ia sudi lakukan demi cowok itu.

Arabelle menebalkan muka untuk menghubungi Leo, tapi tidak diangkat. Chat pun enggak ditanggepin. Merasa kamar panas, cewek itu pindah posisi ke balkon dalam kamar, bersender di pembatas sembari menghirup udara segar.

"Gak diangkat-angkat," gerutunya kesal. Masih tidak menyerah untuk menghubungi Leo, Arabelle mencoba lagi.

Di saat itu juga, Arabelle melihat sebuah mobil taksi parkir di depan rumah. Lereng dan Adiva turun dari mobil. Arabelle reflek memutar kedua bola mata malas.

ALVIVA (END)Where stories live. Discover now