28. Kritis 🌷

26.4K 1.9K 1.1K
                                    

Halo aku kembali lagi 👋👋

Sampai lupa punya cerita ini wkwkwk. Habisnya komentar sepi, sih :(

Kuy, absen kalian dari kota mana aja. Supaya aku ingat sama kalian dan juga cerita ini 🕺

Kalau aku dari Jakarta, kamu?

Baca cerita ini jam berapa?

Tim happy / sad ending? Kenapa milih ending itu?

Bantu spam emot '🌷'  yang banyak, ya.

"Kita nggak akan tau kapan hari terakhir kita menghembuskan napas, maka itu lakukanlah semua perbuatan baik yang dapat kita lakukan sebelum menyesal - ALVIVA"

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Kita nggak akan tau kapan hari terakhir kita menghembuskan napas, maka itu lakukanlah semua perbuatan baik yang dapat kita lakukan sebelum menyesal - ALVIVA"


🌷🌷🌷

Lampu di ruang operasi akhirnya redup juga setelah sekian lama melakukan proses penyelamatan nyawa Alvian.

Dokter dan suster keluar dari ruangan. Adiva beserta lainnya langsung menghampiri sang dokter.

"Bagaimana Dok?" tanya Adiva begitu cemas dengan wajah pucat. Napas saja susah rasanya.

"Iya, bagaimana Dok anak saya?" tanya Lia yang kondisinya sebelas dua belas sama dengan Adiva.

"Maaf, kami sudah berusaha ...," ucap dokter dengan tatapan nanar.

Bagai disambar petir, kaki Adiva dan Lia langsung lemas begitu saja. Respon yang biasa dokter lihat ketika memberitahu kondisi pasien sedang buruk.

"Pasien mengalami kebocoran di kepala sehingga kekurangan darah, dan tim kami sudah memberi tindakan. Dua kantong darah sudah kami transfusikan untuknya, tapi nilai GCS pasien masih sangat rendah. Sekarang akan kami pantau dulu kondisinya. Jika dalam 3 hari pasien masih belum siuman, maka mohon maaf. Pihak keluarga harus mempersiapkan diri."

"Mem-mempersiapkan diri?" Lia membekap mulutnya tak percaya. Dia sudah kehilangan Vivian, masa Alvian juga?

"Yang sabar, Bunda. Alvian manusia kuat. Gimanapun caranya, Ayah akan suruh dia bangun," ucap Akbar kepada sang istri lalu matanya menatap ke arah dokter. "Yang penting anak saya dalam 3 hari ini bisa siuman? Maka dia akan baik-baik aja, kan, Dok?"

Dokter mengangguk. "Ya. Jika bisa siuman, harapan pasien untuk hidup sangat besar."

"Baik. Terima kasih, Dok," ucap Akbar dengan napas yang berat.

"Kami mohon bantuan dari pihak keluarga untuk mengajak pasien bicara. Karena itu akan sangat membantu pasien untuk bertahan hidup," lanjut dokter sembari membenarkan kacamatanya yang agak melorot.

ALVIVA (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu