dar um tempo

216 41 0
                                    

dar um tempo

rehat

26 Agustus, pukul 13.36

Tokyo, Jepang.

Liburan musim panas kali ini [name] laksanakan ketika musim panas tersebut akan berakhir. Dikarenakan kesibukannya bekerja, ia baru sempat pergi berlibur dengan ibunya. Sesekali mengajak orang tersayangnya ikut menyegarkan pikiran.

Tepat dibagian selatan Tokyo, berjarak kurang lebih 1.000 kilometer darinya, terdapat tempat bernama Ogasawara. Pulau kecil dengan pemandangan eksotis menjadi pilihannya untuk berlibur. Bagaimanapun, pantai dengan musim panas akan sangat sulit dijauhkan, ya 'kan?

Angin yang membawa hawa panas dari teriknya matahari berhembus lembut, seolah mengelus seluruh figur yang ada daratan tersebut. Suara roda yang melewati aspal dengan taburan sejumlah kerikil kecil menggantikan suara hembusan angin.

Dua wanita tengah berjalan di tepi jalanan sambil menyeret kopernya, berbicara dengan riuh seolah mendapat gosip terbaru dari tetangga mereka. Wanita itu, [name] dengan ibunya, yang pergi berlibur.

Mereka menepi sebentar, mengistirahatkan kaki mereka yang lelah akibat berjalan beberapa meter. [name] membuka topi jeraminya, membuat benda tersebut menjadi kipas ditengah panasnya tempat ini. Kemudian tangannya beralih mencari sunscreen demi mencegah kulitnya menjadi belang.

"Habis?"

Sekuat tenaga ia menekan kemasan dari sunscreen itu, hingga benar-benar menipis bentuk semula. "Kau benar-benar tidak ingin jadi belang?" tanya sang ibu ketika melihat putri semata wayangnya itu mencibir kepada benda mati itu. "Kalau aku belang aku jadi terlihat aneh," ia menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

"Segitunya?"

"Aku juga tidak mau crushku jadi ilfeel karena kulitku yang belang nanti."

"Anak ini malah dimabuk cinta."

Sang ibu menggelengkan kepalanya lantaran heran dengan tingkah laku sang anak. Dalam hatinya, sang wanita paruh baya ini seolah melihat sosok dirinya yang masih muda tengah mabuk cinta oleh mantan suaminya.

"Salahkah jika aku kenal dengan cinta?"

Tidak ada unsur menghardik secara halus, [name] mempertanyakan apa ia boleh mengenal apa itu cinta. Yang kemudian ia akan tenggelam padanya.

"Tidak, tidak mengapa kalau kau memang sudah mengenal hal tersebut."

"Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan, sebelum semakin siang," Ibu [name] mengingatkan, kemudian menyeret kopernya untuk memimpin jalan. [name] yang tadinya masih fokus dengan sunscreen miliknya kini meninggalkan perkara tersebut lalu mengikuti ke mana ibunya berjalan.

[name] tampak seperti anak itik yang mengekor kemana sang induk berjalan, terus menempel pada sang ibu.

"Ngomong-ngomong [name]." Sang ibu membuka suaranya ditengah perjalanan.

"Iya, kenapa?"

"Bisa kau ceritakan pada ibu tentang laki-laki yang kau bilang waktu lalu?"

"Nanami-san?"

"Iya, bisa kau ceritakan tentangnya pada ibu?"

Sejenak angin musim panas berhembus diantara keheningan mereka.



to be continue.
______________________________

maaf saya baru kembali sekarang, mungkin sebulan lebih saya menghilang?

saya baru beres2 tugas yang harus saya kerjain sama kumpulin besoknya, jadi saya menunda update (padahal kemarin bisa saja saya langsung update).

sekian, terima kasih

tacenda、 nanami kento.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora