Episode 14 : Andai Waktu Diulang

23 20 1
                                    

Dilan berdiri menatap bangunan kokoh di depannya. Ia berkaca-kaca, menahan tangisannya. "Kok gue jadi sedih gini. Kisah percintaan gue lebih sakit dari cerita sad ending di film yah,"keluh Dilan.

Dilan mulai berjalan memutari kerumunan penghuni rumah sakit jiwa.

Pandangannya tak luput dari wanita yang sedang memainkan setumpuk boneka beruang yang dianggapnya sebagai penggemarnya, dan dialah artisnya. Wanita itu sesekali bernyanyi riang, sampai tak sadar dengan kedatangan Dilan yang membawa setangkai bunga lily untuknya.

"Hai. Alice, lo tampak ceria setiap hari. Lo juga tambah putih, gak keluar rumah sih. Gue iri sama lo, gak ada beban pikiran lagi ya Lice. Hehe." Dilan duduk di samping bangku di taman tempat Alice duduk, meski wanita bernama Alice itu tak kunjung menoleh ke arah Dilan.

"Lo gak pernah berubah Lice. Tetap Alice yang gue kenal, meski lo sekarang harus terpaksa nginap disini." Dilan menengok ke sekitaran mereka yang dipenuhi orang yang memiliki gangguan jiwa yang parah. Beberapa di antara mereka, bahkan mengigit kepala Dilan buat mencari kutu.

"Elo-elo pada kaya monkey. Gue bukan pisang. Digelantungin gini, gue cuman mau ketemu Alice, " tukas Dilan mengusir mereka dengan cara joget-joget gak jelas di hadapan mereka. Melihat bokong Dilan, mereka semua lari, ketika bom nuklir pantatnya sudah meledak.

"Kalau gue kentut gini. Gue jadi ingat waktu kita pacaran dulu. Lo sering banget kentut di hadapan gue. Lo gak jaim sama gue, itu tandanya cinta kan," lirik Dilan.

"Ya Tuhan nih gadis. Coba tengok ke gue. Gue bukan tembok yang bisa ngomong," sindir Dilan meraih dagu Alice yang tertawa. Asyik meladeni dirinya sendiri, membuat kornea mata mereka bertumbukan. Masih sama seperti dulu mereka bersama. Suara jantung yang mau mati ini, masih terdengar jelas di kuping Dilan.

"Kamu siapa? " tanya Alice, lalu ia mengacuhkannya lagi keberadaan Dilan membuat Dilan menelan ludah kasar. Sudah biasanya baginya, menerima sikap wanita di hadapannya. Dilan hanya bisa merentangkan satu kakinya di atas kaki. Dilan menyentol bahu Alice, kode bercandaan dari Dilan.

"Gue minta maaf ya Lic, mimpi kita sebagai youtuber terkenal berdua, belum bisa gue wujudin, tapi gue masih berusaha kok. Lo lihat pengikut gue lebih 5000. Bangga gak punya pacar sekeren gue, walau netizen sukanya ngeliat gue tersiksa, ketimbang gue bahagia. Lo mau liat video gue gak? " Dilan kembali menyentil pipi Alice, namun bukannya suka, Alice malah menampar pipi Dilan.

"Argggg.." Alice berteriak histeris. Dilan berdiri dari tempat duduknya. "Lic, lic lo kenapa? " Dilan memegang kedua bahu Alice, tapi Alice malah mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ia terlihat seperti gadis yang frustasi berat.

"Lic, jangan bercanda dong. Gak ada maling. Gak ada orang jahat. Hei sadar gue disini buat jagain lo." Dilan meraih tangan Alice agar meletakkannya di dada Dilan.

"Arggggg...." Bayang-bayang masa lalu selalu menghampiri Alice. Kenangan yang membuatnya berakhir mengenaskan disini. Dilan panik, ia memanggil beberapa perawat. Satu suntikan saja berhasil membuat Alice jatuh di bahu Dilan yang sigap menangkapnya. "Duh. Maafin gue Lic" Dilan mengelus-ngelus pundak Alice.

"Gue janji, mulai sekarang gue bakal jagain lo," bisik Dilan tepat di telinga Alice.

"Lain kali tolong kak. Jangan memicu, Alice untuk mengingat semua kenangan di masa lalunya, karena akan membuat kepala Alice sakit, dan akhirnya dia mengamuk seperti ini," tegur perawat itu.

KALOPSIA [ Selesai ] √Where stories live. Discover now