Episode 4 : Accidental Kiss and Say Yes

75 54 28
                                    

"Plasenta gue di bawah!"

Teriak Dilan yang hari itu memakai kaos putih. Ia menyerbu rumah Assa yang lagi enak-enakan nonton drama korea di kamarnya. Assa malah diganggu sama suara teriakan yang begitu familiar di ingatannya.

Entah sejak kapan anak bayam itu, menyematkan nama panggilan plasente kepada dirinya. Dan kalau Dilan mau tahu, ia lebih cocok disebut dengan kutu, karena dimanapun, ia selalu ada dan hanya bisa membuat orang kesal.

"Eh kutu kompret, ngapain lo? " Tanya Assa sambil mengesampingkan tirai putih jendelanya dan menurunkan jangkauan kepalanya, lalu mendapati Dilan yang sedang melempar kaca kamarnya dengan batu kecil. 

Detik itu juga Assa meruntuk lesu. Ia malah menenggelamkan wajah di balik bantal, lalu menutup kupingnya.

"Turun! Gue bawa sesajen. Eh sesuatu buat lo. Lo pasti suka."

Assa sudah tidak tahan lagi, ia memutar bola mata dengan malas, lalu menaruh lipatan tangan di dada.

"Pergi deh Lan, udah malam."

"Gak peduli. Turun dong. Gak rugi juga lo kalau turun, malah untung. Gue kakel yang paling cool manggil lo. "

"Adik kelas yang biasa-biasa aja." Dilan bermonolog angkuh.

"Atau mau? " Dilan menunjukkan kerikil di tangan, bersiap untuk melempar jendela Assa yang terpaksa menurunkan tengkuknya, demi melihat ke bawah yang sudah terpampang jelas raut wajah Dilan yang lagi cengegesan.

"Turun Milea!" Cengir Dilan, tatkala ia membuka mulut, depan wajahnya sudah dilempari Assa dengan boneka kecil yang diambilnya asal, selagi bisa menutup ocehan Dilan yang membuat kepalanya pening, melebihi memikirkan tes ujian masuk perguruan tinggi. Dilan memuntahkan rasa keringat, bekas boneka Assa yang menyumbat mulutnya dari kejauhan.

"Pluh pluh pluh."

Jika tidak menjaga image di hadapan adik kelas, Dilan tak akan segan untuk menyapu salivanya dengan tangan sendiri. Garuk ketiak pun ia tunjukkan juga.

Baginya suatu kekonyolan yang ada pada dirinya adalah suatu kelebihan yang harus dimengerti oleh pasangannya suatu saat nanti. Dimana pada saat itu, cinta akan berbicara sendiri dan memilih menerima atau tidak.

"Bunda. Awas lo," teriak Assa menancap gas, lalu turun ke bawah rumahnya menyaksikan pertunjukan topeng monyet dari Dilan untuk Princess Anabelle.

"Ah rese amat lo. Dasar anak kecil. Dikit-dikit ngadu."

"Coba liat gue bawa apa?" kata Dilan dengan sumringah.

Dengan gercap, Assa menuruni tangga rumahnya. Ia keluar untuk menjumpai Dilan. Entah kenapa hatinya terbuka, saat cowok bermanik coklat itu membawakan seseorang yang telah siap memainkan gitar dan mungkin akan menyanyikan lagu romantis untuknya. Dilan mengangguk seraya menikmati lantunan nada yang mulai dinyanyikan oleh temannya.

Dilan membunyikan jari telunjuk serta jempolnya. Salah satu kode agar temannya mulai beraksi.

Baru bait pertama cowo itu memetikkan gitarnya dengan diiringi Dilan yang langsung menyanyikan lagu romantis. Mendadak Assa menyuruhnya berhenti.

Dilan mengambil boneka yang sempat Assa lempar, karena dari tadi Assa tidak fokus dan melirik ke arah boneka itu.

"Gue mau masuk, ada pr." Assa berbalik badan, seketika ia merasakan perasaan gelisah. Dilan menggaruk kepalanya. Gatal engga juga. Cuman dia yang kebingungan, kenapa cepat sekali Assa ngambekan.

"Suara gua serak?"

Temannya mengelus tungkak Dilan."Gak juga," jawabnya.

"Lo gak bagus kali main gitarnya," fitnah Dilan. Main nyalahin orang, tanpa alasan yang jelas.

KALOPSIA [ Selesai ] √Where stories live. Discover now