BAB 2 'SI PENELITI SERANGGA'

77 16 2
                                    

Jangan!" kata Jupe dengan suara parau karena tercekik.

Orang tak dikenal itu melepaskan cekikannya. "Eh... cuma anak-anak rupanya!" ujarnya kaget. Saat itu terdengar langkah orang lari bergede- bak-gedebuk menerobos ladang jagung. Ternyata Hans yang datang!

Lega rasanya Jupiter ketika melihat sosok tubuh pemuda Jerman yang tinggi besar itu menjulang di dekatnya.

Kau apakan Jupiter!" sergah Hans. Diangkatnya laki-laki tak dikenal yang masih menindih Jupiter itu lalu dilemparkannya ke samping, sehingga jatuh terguling agak ke bawah. (Weh, aku bayangin thor dong ini si Hans, hehe)

"Kuremukkan badanmu!" bentak Hans mengancam orang itu.

Jupiter berdiri dengan gerakan gontai. Dilihatnya orang yang menyerangnya tadi mendongak memandang Hans dengan mata terpicing terkejap-kejap, sementara tangannya meraba-raba di tanah.

Rupanya orang itu sangat rabun matanya.

"Kaca mataku!" katanya. Suaranya terdengar agak kesal. "Kaca mataku terpental!"

Sementara itu Bob dan Pete yang bergegas naik bertemu Hans juga sudah tiba di situ. Bob membungkuk, memungut kaca mata model pilot tapi berlensa tebal yang tergeletak di antara batang-batang jagung yang roboh, lalu menyodorkannya kepada laki-laki bermata rabun itu. Orang itu langsung memakainya, setelah diusapkan ke kemeja drilnya. Setelah itu ia berdiri, lalu dengan tangannya membersihkan celana jeans-nya yang kotor kena tanah.

"Apa-apaan kau ini?" tukas Hans. "Kau sinting, ya-menyerang Jupiter?!"

"Maaf," kata orang itu. ia mengatakannya dengan kikuk, seperti orang yang tidak biasa mengakui kekeliruan. "Sungguh, aku sangat menyesal, tapi kukira kau orang-orangan itu-"

ia tidak melanjutkan kalimatnya, tapi menoleh ke arah orang-orangan pengusir burung yang dengan mulut seperti menyeringai bertengger di atas pagar.

"Maksudku..." kata orang itu lagi, "eh... belakangan ini suka ada orang yang dengan seenaknya saja berkeliaran di sini. Menginjak-injak jagung dan... dan, yah... pokoknya berbuat brengsek, dan... dan kurasa aku tadi langsung marah, begitu kulihat ada orang datang dari bawah."

Orang itu berhenti sebentar. Kepalanya yang botak berkilat kena sinar matahari. Matanya berwarna pucat di balik lensa kaca mata yang tebal. Jupiter melihat bahwa orang itu ternyata tidak besar tubuhnya. Hanya sedikit lebih tinggi daripada dirinya, dan kurus. Tapi berotot dan berkulit coklat kemerahan, seperti orang yang sering berada di luar dan banyak melakukan kegiatan jasmani. Jupiter menaksir bahwa umur orang itu hampir empat puluh tahun.

"Aku tadi hanya hendak menakut-nakuti saja dengan batu itu," kata orang itu lagi kepada Jupe. "Aku tidak berniat memukulmu dengannya. Aku cuma ingin melihat, siapa kau sebenarnya."

"Anda mengira aku orang-orangan itu," kata Jupe.

"Ah, tidak! Mana mungkin! Kau salah dengar, masa kau kusangka orang- orangan! Itu kan lucu! Tapi sekarang coba kaukatakan, mau apa kalian masuk ke ladang jagungku ini?"

Agak kaget juga Jupiter melihat betapa cepat orang itu mengalihkan pembicaraan. Tapi kemudian ia mengangguk, lalu mulai menjelaskan. "Mobil kami tadi dengan tiba-tiba pecah bannya di jalan sebelah bawah sana, sehingga terperosok ke dalam parit, Saya melihat ada kabel telepon terbentang menuju ke bangunan tua yang di atas sana itu, dan saya ingin bertanya ke sana apakah bisa meminjam telepon untuk meminta paman saya datang dan menarik mobil keluar dari parit. Saya hanya mengambil jalan pintas saja lewat ladang jagung ini."

"Kalau begitu maaf saja jika aku tadi menyergapmu," kata laki-laki itu setelah memahami duduk perkaranya. "Ya, kau bisa meminjam telepon."

Orang itu berbalik lalu berjalan mendului, mendaki bukit. Hans dan anak-anak mengikutinya, melalui sebuah pintu di pagar lalu melintasi sebidang tanah berumput, menuju bangunan tua berwarna merah.

(30) MISTERI BONEKA BERINGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang