Luka ke-Enam belas

1.6K 363 275
                                    

Tidak ada yang mengkhawatirkan dari kondisi Natra. Ia hanya kelelahan dan sudah diperbolehkan pulang setelah segalanya kembali normal. Setidaknya itu yang Natra dengar dari penjelasan Pakde sekembalinya lelaki itu dari ruangan dokter.

Sekarang, anak itu duduk di kamarnya. Dengan kedua kaki disilangkan dan punggung yang ia tegakkan. Kemudian pelan-pelan ia mengambil napas, dimulai dari dangkal hingga ke dalam, menahannya sebentar, sebelum kemudian ia embuskan. Anak itu melakukannya berulang, hingga konsentrasinya terpecah saat seseorang membuka pintu kamar. Sejenak ia melirik ke pintu, hanya untuk menemukan Jefra yang datang dengan satu piring kentang goreng lengkap dengan mayonaise-nya dan menerobos masuk tanpa dipersilakan.

"Lagi apa?"

Saat itu, Natra tidak langsung membalas pertanyaan Jefra. Anak itu kembali mengulang hal yang sama—menarik napas dalam dan membuangnya—sampai dua kali baru setelah itu ia beralih pada Jefra yang sudah duduk dengan nyaman, di posisi yang persis seperti kemarin malam.

Anak itu baru akan menjawab, tetapi ternyata suara Jefra lebih dulu terdengar. Alih-alih menunggu Natra memberi penjelasan, pemuda itu justru menimpa pertanyaannya dengan pertanyaan.

"Itu yang biasa lo lakuin buat ngelatih kontrol pernapasan?"

Semenjak Natra mengenal Jefra, rasa ingin tahu pemuda itu memang selalu seluas samudra. Ada lautan lepas di matanya, tempat di mana seluruh tanya bersemayam dan seluruh jawaban tersimpan, seolah tidak ada batasan. Awalnya, Natra benar-benar tidak merasa nyaman. Ia benci orang-orang yang terlalu ingin tahu dan mencampuri terlalu dalam. Ia benci ditanya tentang sesuatu yang tidak ia suka dan dipaksa untuk menjelaskan.

Namun, semakin lama Jefra di sini, pelan-pelan ia mulai mengerti tentang bagaimana isi kepala pemuda itu pekerja. Jefra akan bertanya tentang apa saja, dan entah sejak kapan pula Natra mulai merasa terbiasa.

"Sebenernya enggak gini. Dari yang aku pelajari selama terapi, tahapannya lebih kompleks dari ini. Kalau yang barusan itu namanya square breathing. Teknik pernapasan ini, tuh, sebenernya dipakai saat seseorang dalam kondisi cemas atau stres, fungsinya buat bantu nenangin diri. Tapi kadang-kadang aku suka pakai teknik ini buat semacam ngasih PR ke paru-paruku gitu, sih. Biar dia ada kesibukan. Ya tapi kadang-kadang aku pakai buat bantu bikin rileks juga. Kata dokter enggak apa-apa kalau aku mau lakuin itu secara rutin. Ini bisa jadi latihan pernapasan juga buat aku."

Sekarang, Natra bahkan tidak lagi keberatan menjelaskan apa pun yang Jefra tanyakan. Selama hal tersebut tidak ia anggap keterlaluan, refleks anak itu akan bekerja di bawah sadar, lalu ia akan bicara sebanyak yang ia inginkan. Juga menjelaskan sebanyak yang Jefra butuhkan.

"Jangan lupa dicatet. Aku nggak akan mau ngulang penjelasan yang sama sampai dua kali. Informasi dari aku, tuh, mahal. Kamu jangan sia-siain!" imbuhnya kemudian. Jefra yang tadi fokus mendengarkan seketika mengerjap dan terkekeh pelan.

"Udah terekam secara otomatis di otak gue. Nanti tinggal disalin ke note atau laptop." Kemudian pemuda itu menyodorkan satu piring kentang goreng yang tadi ia bawa atas perintah Pakde ke hadapan Natra.

"Pakde nyuruh gue nganterin ini. Katanya lo suka," ucapnya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Natra menerimanya sembari menggumamkan kata terima kasih samar-samar. Seperti yang sudah ia katakan, rasa ingin tahu Jefra itu seluas lautan. Terlebih lagi setelah diizinkan untuk menggali apa pun yang ia butuhkan, Natra tahu pemuda itu akan terus menggali informasi sampai ke akar ketika mendapat kesempatan. Saat Natra sudah diam untuk kemudian mulai makan, suara Jefra kembali terdengar, membuatnya sejenak mengurungkan niat dan meluangkan waktu untuk menjelaskan.

"Ngomong-ngomong, gimana cara lo lakuinnya? Dari yang gue liat tadi, lo cuma kayak lagi tarik-buang napas biasa doang."

"Emang iya." Anak itu seketika memutar badan hingga menghadap tepat ke arah Jefra. Mengatur posisi paling nyaman sebelum akhirnya kembali bicara.

Dear, LukaWhere stories live. Discover now