5. Harapan Para Penopang

3.1K 1K 481
                                    

.
.
.

    Sunwoo meringis menahan sakit ketika para petugas medis membedah pahanya untuk mengangkat peluru itu. Padahal udah di bius tapi tetep kerasa nyeri banget. Pas liat mereka yang pakai snelli putih, Sunwoo keinget Hyunjin dan itu bikin rasa sakitnya teralihkan.

    Mereka ngingetin Sunwoo sama Hyunjin yang dulu tiba tiba muncul dengan senlli dokter muda yang dia bangga banggakan. Juga tentang Hyunjin yang ngomel sambil julid karena Sunwoo dapet luka robek panjang di bahunya.

    Sekarang Hyunjin udah lulus koas belum, ya?"—batin Sunwoo.

    Nggak terasa operasi itu telah selesai. Para polisi kemudian membawa Sunwoo kembali ke mobil. Mobil polisi itu melaju normal. Sunwoo diam dengan tangan yang masih di borgol di belakang tubuhnya.
 

  "Kau pemuda yang mengerikan." Komentar polisi.

  "Kau polisi tua yang menyebalkan." Balas Sunwoo dan kepalanya dipukul oleh orang itu. Kebiasaan mengejek Pak Inspektur Polisi yang namanya Eunhyuk bikin Sunwoo lupa diri kalo polisi yang ini beda sama beliau.

  "Namun aku terkejut kau tak berontak. Kukira kau akan membunuh kami untuk melarikan diri tadi." Ucap polisi.

    Sunwoo menatapnya bingung, "selain menjadi polisi, apakah kau juga seorang peramal?"

  "Apa maksudmu?"

  "Seperti katamu, aku akan berontak dan membunuh kalian untuk melarikan diri." Sunwoo yang diam sedari tadi ternyata membuka borgol tangannya menggunakan sebuah peniti. Kalian tak mungkin lupa kalau Sunwoo itu tukang kunci-nya Klub 513, kan?

    Sunwoo dengan cepat memutar stir mobil hingga mobil itu menabrak pembatas jalan dan berguling. Sunwoo membuka pintu mobil dan melompat keluar sebelum mobil itu menghantam badan truk dan terpental keluar jalur. Sunwoo memaksakan kakinya untuk berjalan pergi dari sana. Di antara kerumunan orang yang coba untuk menyelamatkan para polisi itu, tak ada yang menyadarinya.

    Sunwoo bersembunyi di balik para bangunan menuju sebuah tempat yang harus dia datangi sekarang. Sampai di tempat tujuannya—rumah seorang anak yang bernama Ibrahim, Sunwoo mengetuk pintu. Tak lama Ibrahim membukanya dan menatap Sunwoo.
 
 
  "Kau benar benar melarikan diri?!" Ucapnya terkejut, namun terselip kekaguman di dalam ucapannya.

  "Kau masih menyimpannya?" Tanya Sunwoo.

  "Tentu saja." Balas Ibrahim mengulurkan beberapa hal yang Sunwoo titipkan, yaitu lipatan kertas berisi nomor telpon yang sempat Sunwoo tulis sebelum meninggalkan hotel tadi, juga obat dan semua kartu kreditnya.

  "Terima kasih sudah menjaganya, aku pamit dulu—"

  "Tinggallah beberapa saat, Tuan. Kakimu tak akan bisa kau gunakan dengan baik." Ucap Ibrahim melirik celana Sunwoo yang memiliki banyak bercak darah.

  "Kau boleh pergi setelah kakimu membaik, dengan itu kau bisa bergerak dengan leluasa." Lanjutnya.

    Sunwoo menggeleng, "kau bilang padaku jika memiliki kakak perempuan, kan? Dia tak boleh menodai matanya karena melihatku."

    Ibrahim menekuk alis sedih, ucapan Sunwoo benar, dia juga tak mau jika Sunwoo melihat kakaknya. "Kau tak punya tempat untuk sembunyi, Tuan. Berita tentangmu sudah menyebar luas sekali. Orang orang akan mengenalimu nanti."

  "Jangan khawatirkan aku. Aku akan baik baik saja. Aku pernah mendapat perlakuan lebih buruk dari ini. Juga, aku tak mau terjadi sesuatu padamu dan kakak perempuanmu. Cukup aku menitipkan ini padamu, aku tak mau membuatmu terlibat lebih jauh lagi." Jelas Sunwoo.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.2 : AbimanyuWhere stories live. Discover now