6. Salah Sasaran?

3.3K 1.1K 647
                                    

.
.
.

    Wanita itu baru saja selesai membersihkan diri dan pergi menuju ke dapur rumahnya. Ketika sedang menyeduh teh, dia menoleh karena merasa sedang diawasi. Tangannya mengusap lehernya yang tiba tiba merinding. Dia mengeluh, mungkin dia kelelahan.

    Dia duduk di sofa lalu menyalakan TV dengan volume kecil karena dia tak mau membangunkan putrinya yang masih kecil. Semua channel TV yang dia lihat menayangkan berita yang sama. Karena kesal dia mematikan TV itu sambil menutup mata.

    Tiba tiba dia mendengar sesuatu dari lantai atas. Terdengar suara putrinya tampak sedang bicara dengan seseorang. Dia melirik jam dan mulai khawatir karena sekarang sudah lewat tengah malam. Dia berjalan cepat ke arah kamar putrinya, dia takut seorang pencuri memasuki rumahnya, apalagi suaminya bekerja di luar kota.

    Suara putrinya yang tengah berbincang dengan seseorang itu makin terdengar jelas, dia segera membuka pintu kamar putrinya dan jantungnya hampir jatuh ke lambung ketika mendapati seorang pemuda tengah duduk di atas kasur putrinya sambil tersenyum manis. Namun karena si wanita mengetahui siapa pemuda itu, senyum manis itu tampak mengerikan di matanya.

  "Ibu! Kakak ini sangat tampan.. dia adalah pangeran dari dongeng yang aku baca!" Seru putrinya sambil memeluk lengan Sunwoo.

  "Tak ada pa-pangeran yang seperti itu, sayang.. kemarilah. Kau pasti ketakutan—"

  "Tidak, Ibu.. kau bilang seorang pangeran akan datang jika aku bersikap baik seperti seorang putri. Dialah pangeran itu, Ibu! Karena aku selalu bersikap baik." Ucap gadis itu.

  "Kau tau apa yang aku butuhkan, Nona." Ucap Sunwoo sambil mengusap kepala anak gadis yang memeluk lengannya itu.

  "Aku hanya melakukan tugasku, Tuan—"

  "Apakah itu termasuk memberikan izin orang asing untuk masuk ke dalam kamarku? Aku membayar untuk tidur disana, aku tak mengeluh karena aku hanya numpang tidur untuk pergi ke Siwa hari ini. Tapi kau mengacaukannya. Untuk siapa kau bekerja dan seberapa banyak uang yang mereka sumpalkan pada mulutmu hingga kau memilih untuk membuatku harus ada di situasi seperti ini?" Sunwoo menatap wanita itu, dia menunjukkan sebuah cutter di tangannya, memberikan ancaman yang paling mengerikan bagi seorang Ibu.

  "Kumohon.. dia tak terlibat apapun." Ucap wanita itu menangis.

  "Pilihan ada di tanganmu." Kata Sunwoo.

    Wanita itu menghela nafas, "aku memang dibayar untuk melakukan itu. Mereka datang dengan kotak besar malam itu. Tepat setelah seseorang yang berpenampilan sepertimu masuk ke dalam hotel diantar oleh seorang supir taksi. Mereka mengancamku jika mereka akan mencelakai suamiku dan putriku seperti yang kau lakukan sekarang. Maafkan aku, Tuan. Aku benar-benar tak tau harus apa kala itu."

  "Kau mengingat orang yang membawa box itu?" Tanya Sunwoo.

    Wanita itu mengangguk cepat, "mereka memberiku nomor telepon mereka. Aku bisa memberikannya padamu asal kau melepaskan putriku."

  "Tentu, setelah memastikan jika nomor telpon itu benar miliknya."

*

    Sunwoo mengetik nomor telpon yang diberikan wanita itu lalu coba menelponnya.

  "Siapa yang akan kau telpon?" Tanya gadis kecil yang setia memeluk lengannya itu.

  "Seseorang dari istana. Aku berencana memberikannya sebuah hadiah." Ucap Sunwoo ramah.

  "Hadiah apa?"

  "Em.. cat merah mungkin?" Balas Sunwoo.

  "Aku sangat menyukai warna merah!" Serunya.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.2 : AbimanyuWhere stories live. Discover now