Epilogue : "Bahtera Kehidupan"

5K 1.1K 349
                                    

.
.
.

    Eloknya sore kala itu tak ubahnya hanyalah sebuah pemandangan terhadap sekumpulan polisi yang mengamankan semua pelaku dan satu kantung mayat yang dibawa menuju mobil ambulans. Bangunan tinggi yang menjadi saksi atas sebuah kematian menghalangi senja yang mulai tenggelam di ujung cakrawala. Sekumpulan burung gagak memilih bertengger di kabel kabel listrik yang menambah kesan tragisnya sore itu.

    Xion dan Sunwoo telah mendapat perawatan. Xion mengalami retak tulang bahu dan kaki, begitupula Sunwoo. Namun hal paling mencolok bagi para tenaga medis dari sosok Sunwoo adalah trauma berat yang membuatnya tampak seperti orang linglung. Matanya tak henti menatap ke arah bangunan, untuk kesekian kalinya, Xion menepuk pundak sahabatnya itu.

  "Apakah aku orang munafik, Xion?" Tanya Sunwoo untuk kesekian kalinya.

  "Bukan." Jawab Xion.

  "Aku mengikat janji dan aku mengingkarinya." Kata Sunwoo putus asa.

  "Kau sudah berjuang sebagaimana semestinya. Ini pilihannya, Sunwoo. Kau tak akan pernah tau seberapa lelah Jihoon menanggung semua itu selama ini. Kau sudah berusaha menepati janjimu, namun Jihoon-lah yang tak ingin memenuhinya. Jadi," Xion merangkul pundak Sunwoo, "ini semua bukan salahmu."

  "Ini seperti akulah yang membunuhnya." Kata Sunwoo.

  "Tidak, justru kau yang ada disampingnya, menuntunnya membaca syahadat. Kau tak membunuhnya." Balas Xion.

  "Mereka akan membenciku." Sunwoo mulai meracau.

  "Jikapun mereka membencimu setelah ini, kau akan tetap menjadi sahabatku. Jangan membuat kepergiannya menjadi berat, jika kau tak bisa membantunya di dunia, bantulah dia di akhirat, bukan begitu, Sunwoo?" Xion coba menenangkannya.

  "Butuh banyak waktu untuk bangkit dari trauma. Namun kau pasti bisa melakukannya, begitulah Allah menetapkan garis takdir padamu. Sebanyak inilah kamu hancur, dan sebanyak ini pula kau bangkit. Betapa kuatnya dirimu, Sunwoo.. aku iri padamu." Lanjut Xion.

  "Aku ingin pulang." Ucap Sunwoo.

    Xion mengangguk, "kau harus pulang. Karena Irak dan Mesir akan semakin mewujudkan sosok Jihoon dalam jangkauan pandangmu."

.
.

    Sunwoo dan Xion dipulangkan ke Kairo keesokan harinya. Sampai disana, Junkyu yang Sunwoo pikir akan memukul dan mencaci makinya justru memeluk erat tubuhnya. Mengucap jutaan hamdalah atas keselamatannya dan Xion.

  "Aku mengingkarinya.. maafkan aku." Kata Sunwoo menunduk dalam.

  "Nggak apa apa, dia orang yang sangat keras kepala.. aku mengenalnya lebih dari siapapun. Tak apa apa.. Jihoon akan tetap hidup dalam diri kita selama kita mengingatnya, jangan khawatir." Ucap Junkyu.

  "Ayo pulang." Kata Sunwoo.

    Junkyu mengangguk, "kita pulang hari ini. Mari menjaga tempat paling berharga untuk Jihoon itu selamanya."

    Woobin mendorong Seokhwa dan Jungmo untuk memeluk Sunwoo dan Junkyu, begitu pula Xion yang menyandarkan kepalanya di pundak Junkyu. Mereka membicarakan soal pengabdian kepada pondok. Jihoon pernah menyindir hal itu sebelum pergi ke Kairo. Dia bilang jika ingin mengabdi bersama yang lain, dan mereka akan wujudkan itu.

.
.

  "Lu nggak apa apa, Sunwoo?"

    Suara lembut Juyeon menenangkan Sunwoo yang barusan turun dari pesawat. "Nggak apa apa, kak. Penerbangan selanjutnya 45 menit lagi, sekarang lagi nyari makan."

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.2 : AbimanyuWhere stories live. Discover now