Say It First! | [08]

73.8K 11.2K 1.9K
                                    

Karena kadang aku baik seperti peri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena kadang aku baik seperti peri. Tiba-tiba update begini kan 🙂
***

"Eh, hujannya udah agak reda nih." Suara Hakim mengakhiri aksi saling tatap antara Janari dan Chiasa.

"Iya. Balik, yuk," ajak Sungkara seraya bangkit dari sofa dan meraih tas punggungnya yang tergeletak di karpet. Mereka sama sekali belum menyadari tentang apa yang terjadi di antara dua temannya.

"Jadi acara malam ini batal, ya?" tanya Jena. Posisi kaki Jena sudah tidak lagi menindih kaki Kaezar karena laki-laki itu sudah membereskan laptopnya. Mereka benar-benar sudah bersiap pulang. "Gue nih antara kasihan sama pengin ketawa juga deh baca chat-nya Davi."

"Kenapa?" tanya Chiasa. Dia memutar stool agar menyerong dan menatap Jena.

"Ngomel-ngomel. Katanya jagungnya udah dia bakar sama keluarganya." Jena tidak bisa menahan tawa juga akhirnya.

"Bilang Davi, jagungnya tetap gue bayar," ujar Janari membuat Chiasa menoleh, menatapnya. "Bilangin juga. Jangan ngambek." Dia terkekeh. Sadar diperhatikan, dia menatap Chiasa, lalu mengangkat alisnya.

Chiasa tidak menanggapi sebelum akhirnya mengalihkan kembali perhatian pada temen-temannya yang sudah bersiap pulang. Baru saja turun dari stool, Janari memegang pergelangan tangannya, menahannya pergi.

"Chia, mau gue anterin balik, nggak?" tanya Sungkara lebih dulu menawarkan diri, karena dari arah kampus—atau apartemen Janari ini—arah rumah Chiasa dan Hakim berlawanan, jadi mau tidak mau, Sungkara memberikan tawaran itu. "Lo bawa jaket nggak? Soalnya kayaknya di luar—"

"Chia belum mau balik sekarang," ujar Janari tiba-tiba, padahal sebelumnya Chiasa tidak mengatakan apa-apa. "Kita masih ada urusan. Iya, kan?"

Chiasa hanya menatapnya heran.

Ucapan Janari membuat Hakim dan Sungkara saling tatap. Jena bahkan sampai melongo, sepertinya dia akan tetap begitu seandainya Kaezar tidak menarik tangannya untuk menyadarkan. Memang akan terkesan aneh sekali. Jauh sebelum mengenal Ray, Chiasa sudah menjauhi Janari. Dan ketika menjalin hubungan dengan Ray, Janari adalah orang yang paling Chiasa Jauhi.

Terlebih lagi, Ray memang tidak menyukai Janari, jadi Chiasa merasa harus menjaga perasaannya.

Namun, semuanya berbalik sekarang. Chiasa membutuhkan Janari, untuk kebutuhan riset novelnya. Memang tidak ada yang tahu alasan itu, termasuk Janari sendiri—jangan sampai tahu, tapi Chiasa tidak akan menyembunyikan apa pun mengenai hubungannya dengan Janari ke depannya. Karena, sepertinya dampak trauma akibat backstreet-nya hubungam Jena dan Kaezar dulu masih terasa, sehingga di antara mereka diberlakukan peraturan untuk tidak menyembunyikan hubungan apa pun dan dengan siapa pun.

Kini semua tatapan mata di ruangan itu terarah pada pergelangan tangan Chiasa yang masih berada di genggaman tangan Janari, membuat Chiasa melepaskannya perlahan. "Iya. Lo pulang duluan aja, nanti ... gue—"

Say It First!Where stories live. Discover now