Say It First! | [13]

68.8K 9.8K 1.4K
                                    

Maafin updatenya lama-lamaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maafin updatenya lama-lamaaa. Kemarin-kemarin selain sibuk ngurusin PO Ketos Galak, juga sibuk sama anak-anak yang mau ANBK. Sekarang dua urusan itu sudah selesai dan doain bisa update cepet lagiii. ❤️


Dan satu lagi, maaf kemarin ada yang salah. Dulu kan Sima manggil neneknya itu Nenek, bukan Oma. Kelupaa, jadi ralat yaaa. Janari bilang Nenek juga.
*

**

Janari merasakan tubuh Chiasa berubah tegang setelah mendengar pertanyaannya. Di belakang rasa gugup gadis itu, Janari diam-diam tertawa, merasa menang. Dia begitu menikmati saat-saat raut wajah Chiasa berubah menjadi sangat tertekan, tapi perempuan itu selalu berusaha menutupinya dengan baik.

Tangan Janari meraih satu tangan Chiasa yang tadi memegang kotak-kotak kecil itu dan membereskannya dengan panik. "Gimana?"

Chiasa berdeham pelan, kebiasaan yang akhir-akhir ini Janari ketahui ketika dia tengah gugup. "Ng ..., kapan?"

Respons yang jauh dari perkiraannya. Sebelumnya, Janari pikir Chiasa akan lari terbirit-birit setelah mendengar semua pertanyaan dan tawarannya, tapi perempuan itu masih berusaha terlihat tidak terpengaruh, bersikap seolah-olah dia mendekati Janari karena dia benar-benar ... suka?

Janari tahu, Chiasa mampu melemahkannya, tapi untuk saat ini, dia tidak akan mudah percaya. Sesuatu yang Chiasa sembunyikan di balik sikap baiknya, harus Janari ketahui untuk memusnahkan rasa penasarannya. Chiasa membencinya, karena dulu Janari sempat mengecewakannya, jadi tidak akan semudah itu untuk percaya pada sikap baik perempuan itu.

"Kalau sekarang ... gue nggak siap," ujar Chiasa lagi, saat Janari diam saja karena sibuk berpikir sendirian. "Gue ...."

"Kita nggak harus langsung melakukan semuanya kok." Janari melepaskan tangan Chiasa untuk meraih rambut yang terurai menutupi sisi wajahnya. Kini, dia bisa melihat sisi wajah dan leher Chiasa setelah menyibaknya. "Pelan-pelan, kita mulai dari .... Menurut lo, enaknya kita mulai dari mana?"

Chiasa terdengar berdeham lagi. Wajahnya sedikit menoleh, tapi kembali berpaling ketika mendapati wajah Janari tepat berada di sampingnya. "Boleh, pelan-pelan dan ... kayaknya nggak sekarang. Ini udah malam, jadi gue—" dia kembali berdeham, "—balik dulu, kayaknya."

Tubuh Janari sedikit berjengit saat Chiasa tiba-tiba bangkit, meninggalkannya. Melihat perempuan itu berlalu sambil terlihat masih kebingungan, Janari hanya mampu menyeringai. Kita lihat seberapa lama Chiasa bisa menyimpan semua rahasianya. "Gue antar pulang, ya?"

Say It First!Where stories live. Discover now