Say It First! | [17]

69.3K 10.2K 1.7K
                                    

Posisi? Wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Posisi? Wkwkwk.



Spam emoticon. Apa aja. 🙂

***

Chiasa sama seperti perempuan kebanyakan, yang tangisnya justru akan semakin hebat jika mendapatkan sebuah perhatian seperti pertanyaan ‘kenapa?’ atau  ... sebuah pelukan. Seperti sekarang.

Beberapa detik berlalu, Chiasa membiarkan dua lengan Janari melingkari tubuhnya. Beberapa detik yang membuat Chiasa menikmati aroma keringat dan parfum Janari yang bias.

Sialnya, ternyata selain aroma Janari selepas mandi, Chiasa juga menyukai aroma Janari yang ... kelelahan seperti ini.

Chiasa mendorong pelan dada Janari dengan satu tangan, karena tangan yang lain masih menggenggam ponsel. Mengambil satu langkah mundur agar bisa berpikir dengan benar. Perlu jarak agar aroma tubuh Janari tidak terhidu lagi.

Karena jujur, dia baru saja menemukan sebagian dalam dirinya memiliki keinginan untuk berada dalam pelukan laki-laki itu lebih lama.

Janari berjalan menjauh, dan kembali dengan selembar tisu yang kemudian diulurkan pada Chiasa.

“Lain kali jangan peluk-peluk deh!” ujar Chiasa setelah meraih tisu pemberian Janari dan mengusap sudut-sudut matanya.

“Cara nenangin tangis perempuan tuh, peluk aja.”  Jangan bayangkan ada seringaian kecil yang menyebalkan seperti biasanya, Janari mengatakan hal itu dengan wajah datar dan suara yang nyaris tanpa intonasi.

Chiasa menatap Janari sinis. Dengar, sehebat apa biasanya dia memperlakukan seorang perempuan.

“Bokap gue yang bilang,” ujarnya kemudian. Janari mengulurkan tangannya untuk menunjuk Chiasa. “Dan ternyata, bener.”

“Basi,” sembur Chiasa.

“CHIA? KAMU DIPELUK SIAPA? CHIA KAMU BAIK-BAIK AJA?” Suara Kak Lexi dari speaker ponsel terdengar panik.

Chiasa menatap layar ponselnya, yang ternyata sambungan telepon dengan Lexi masih berlanjut. Dari tadi dia lupa menutupnya, ya? Oh ya, tentu saja, ini gara-gara Janari yang tiba-tiba memeluknya sebelum Chiasa sempat mematikan telepon.

“CHIA, PLIS NGOMONG. AKU DENGAR KAMU NANGIS KENCANG TADI.” Suara Lexi sampai terdengar tanpa harus menempelkan ponsel ke telinga.

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang