Say It First! | [46]

59.7K 9.9K 2.5K
                                    

Lagi apaaa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi apaaa?



udah lama nggak ketemu Ari ya. Jadi mari lah lihat dulu punggungnya. Tatap yang lamaaa.

Mohon tandain typo yaaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mohon tandain typo yaaaaa.

***

Janari mencoba menghubungi Sima, menanyakan rencananya tadi siang yang akan mengajak Chiasa pergi. Namun ternyata, ia mendapatkan kabar yang lebih dari itu. Sima mengirimkan sebuah pesan padanya. "Aku sama Chia lagi di rumah Ibun. Soalnya Ibun masak banyak buat makan siang hari ini. Jadi jemput Chianya ke sini, ya."

Seharusnya itu menjadi kabar baik, kabar yang menyenangkan, jika saja dia tidak ingat pada apa yang baru saja terjadi, dan apa yang akan dia hadapi setelahnya.

Janari sudah mengantar Tiana pulang. Tidak banyak percakapan di antara keduanya selama di perjalanan. Tiana masih terlihat syok dengan apa yang baru saja terjadi. Saat Janari meliriknya, rambut perempuan itu masih terlihat berantakan, segaris luka cakaran yang memerah di samping leher yang berusaha ditutupinya ketika turun dari mobil.

"Nanti malam—"

"Malam ini aku banyak tugas. Sebaiknya kamu istirahat di sini, obati luka kamu. Kita bicara lain waktu." Janari memperhatikan kaki Tiana yang kini berjalan terseret sebelum Pak Yatno memberikan kruknya.

Entah harus berterima kasih pada Jena atau bagaimana, sikap Tiana menjadi lebih penurut semenjak pertengkaran tadi. Sekarang, Tiana hanya mengangguk, lalu berbalik dan melangkah masuk disambut beberapa asisten di rumah Nenek.

Janari tidak berniat turun, tetap berada di mobil untuk diantar ke apartemen oleh Pak Yatno.

Dia hanya mengambil kunci mobil ketika sampai, lalu mengendarainya menuju rumah Ibun sesuai instruksi Sima. Sampai di sana, saat hari sudah berubah gelap, dia tidak menemukan siapa-siapa saat langkahnya sudah memasuki ruang tamu. Langkahnya terayun semakin dalam, dan menemukan Sima yang tengah duduk sendirian di stool seraya meratapi ponselnya.

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang